Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Djaduk Ferianto Meninggal

Sujiwo Tejo: Met Jalan Djaduk Ferianto, Aku, Butet & Agus Noor Masih Harus Gedebugan Hidup

Sujiwo Tejo menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya adik Butet Kartaradjasa, Djaduk Ferianto.

TRIBUNNEWS / HERUDIN
Djaduk Ferianto semasa hidup, saat memandu acara kelompok musik Kua Etnika di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (15/1/2015). Kelompok musik pimpinan Djaduk Ferianto ini memadukan musik etnik dengan pendekatan modern. 

TRIBUNTERNATE.COM - Meninggalnya Djaduk Ferianto menyisakan duka mendalam bagi keluarga serta rekan sesama seniman.

Bahkan topik tentang Djaduk langsung menjadi trending topic di Twitter dengan lebih dari 10 ribu cuitan, hingga Rabu (13/11/2019) pukul 10.45 WIB.

Banyak pihak yang terkejut dengan kepergian Djaduk yang mendadak.

Satu di antara seniman yang turut berduka cita yakni Sujiwo Tejo.

Melalui akun Twitternya, @sudjiwotedjo, ia menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya adik Butet Kartaradjasa.

Penulis buku Senandung Talijiwo itu menyertakan tagar #utangrasa pada unggahannya.

Sebelum Meninggal, Djaduk Ferianto Merasa Kesemutan di Tubuh

Meski sedih kehilangan Djaduk Ferianto, Sujiwo Tejo merasa lega karena kini seniman asal Yogyakarta itu telah tenang di akhirat.

Sedangkan dirinya dan rekan-rekan seniman lainnya, seperti Butet hingga Agus Noor masih harus berjuang menjalani hidup.

"Met jalan Djaduk Ferianto... sampai jumpa ... #utangRasa .. hmmm... J**aanc*k a*u tenan heuheuheu..

aku, Butet, Agus Noor .. dll masih harus gedebugan hidup .. kamu udah tenang..hmmm," tulis Sujiwo Tejo.

Diketahui, seniman asal Yogyakarta Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu (13/11/2019) pukul 02.30.

Djaduk meninggal dunia saat berada di rumah seusai mengikuti rapat Ngayogjazz.

"Di rumah sempat tidur, lalu terbangun dan merasa kesakitan. Jam 02.30 meninggal di rumah," kata Board Creative Ngayogjazz, Novindra Dirantara, dilansir dari Kompas.com, Rabu pagi.

Ia mengatakan, Djaduk masih terlihat sehat saat rapat Ngayogjazz bersamanya.

"Walaupun terlihat lelah," ujar pria yang akrab disapa Vindra tersebut.

Saat di rumah, lanjut dia, Djaduk Ferianto sempat terbangun dari tidurnya dan merasa kesakitan.

"Saat bangun, beliau merasa kesemutan di tubuh dan bicaranya sudah enggak jelas," kata Vindra.

Vindra mengaku diberi kabar oleh keponakan Djaduk yang tinggal bersama.

Djaduk Ferianto Tutup Usia, Tompi: Kearifan Budi & Hangatnya Tuan Akan Selalu Manis Dikenang

"Saya baru dikasih info dari keponakannya jam 3 pagi tadi. Kebetulan selesai rapat Ngayogjazz jam 12 malam, kami pulang ke rumah masing-masing," ujar Vindra.

Jenazah Djaduk akan disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Yogyakarta, pada Rabu siang.

Rencananya, almarhum Djaduk akan dimakamkan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul pada Rabu (13/11/2019) pukul 15.00 WIB.

Perjalanan Karier Djaduk Ferianto

Melansir Tribunnews.com, pria bernama lengkap Gregorius Djaduk Ferianto lahir di Yogyakarta pada 19 Juli 1964.

Djaduk sudah akrab dengan dunia seni mulai sejak kecil.

Ia adalah putra bungsu dari Bagong Kussudiardja yang merupakan koreografer dan pelukis senior Indonesia.

Dimulai ketika ia berusia enam tahun aktif dalam kegiatan menari di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo yang tak lain adalah milih ayahnya sendiri.

Djaduk mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, ia mengambil jurusan Seni Rupa dan Desain.

Seniman Musik Djaduk Ferianto Meninggal Dunia 3 Hari Sebelum Tampil di Ngayogjazz

Dikutip dari id.wikipedia.org, Rabu (13/11/2019) Djaduk pernah mendirikan Kelompok Rheze yang tahun 1978 pernah dinobatkan sebagai Juara I Musik Humor tingkat Nasional.

Tahun 1996, Djaduk membentuk kelompok musik yang diberi nama Kua Etnika yang dikenal dengan mengubah lagu-lagu daerah menjadi lebih dinamis lagi.

Djaduk baru bisa masuk industri nasional tahun 1996, setelah muncul di acara Dua Warna RCTI.

Setelah itu ia juga mendirikan Orkes Sinten Remen pada tahun 1997, mereka membawakan keroncong dengan bahasa yang sudah diubah namun tetap tidak meninggalkan kekhasannya.

Selain bermusik, Djaduk juga sempat menjadi pemain di Teater Gandrik.

Dalam dunia seni peran, ia juga pernah ikut andil di Film Petualangan Sherina.

Djaduk berperan sebagai Kartarajasa, orang yang ingin menguasai tanah pertanian Ardiwilaga.

Pria berusia 55 tahun ini juga pernah memperoleh sejumlah penghargaan, di antaranya Pemusik Kreatif 1996, Penata Musik Terbaik Piala Vidia 1995, dan Grand Prize 2000 dari Unesco.

Adik dari Butet Kertaradjasa ini juga menggagas Ngayogjazz pada tahun 2006 bersama musikus lainnya.

(TribunTernate.com/Rohmana Kurniandari, Kompas.com/Kurnia Sari Aziza, Tribunnews.com/Lanny Latifah)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved