Ini Beda Sikap Rini Soemarno dan Erick Thohir saat Tangani Kasus Garuda, 'Sama-sama Ditunjuk Jokowi'
Ketegasan Erick Thohir dalam menangani kasus maskapai Garuda Indonesia pun mendapat pujian dari banyak kalangan.
TRIBUNTERNATE.COM - Nama I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Ashkara menjadi sorotan publik.
Diketahui Ari Ashkara merupakan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), tentunya hal ini membuat nama maskapai Garuda Indonesia juga menjadi sorotan publik.
Hal ini terjadi setelah petugas Bea dan Cukai menemukan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal di pesawat baru milik Garuda Indonesia berjenis Airbus A3330-900 NEO.
Pesawat tersebut telah melakukan perjalanan perdana dari Perancis ke Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, kasus tersebut juga menyeret Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Akskhara Danadiputra atau Ari Ashkara.
Pasalnya dirut yang menjabat selama dua tahun tersebut diduga telah melakukan penyelundupan onderdil Harley Davidson keluaran tahun 1972 serta dua sepeda Brompton.
Mendapati hal itu, Menteri BUMN Erick Thohir bertindak cepat dan melakukan investigasi.
Tak butuh waktu lama, setelah mendapat bukti kuat siapa pemilik barang mewah itu, Erick Thohir langsung memberhentikan Dirut Garuda Ari Ashkara satu hari kemudian.
"Dengan itu, saya akan memberhentikan Saudara Direktur Utama Garuda dan tentu proses ini kami, karena Garuda adalah perusahaan publik, akan ada prosedur lainnya," kata Erick Thohir, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (5/12/2019).
Akibat penyelundupan itu, negara mengalami kerugian sebesar Rp 1,5 miliar.
Ketegasan Erick Thohir dalam menangani kasus Garuda Indonesia ini pun mendapat pujian dari banyak kalangan.
Tak sedikit yang membandingkan kinerjanya dengan Menteri BUMN sebelumya, Rini Soemarno.
Lantas, bagaimana sikap Rini terhadap Garuda?
Bukan kali pertama Garuda menyita perhatian publik.
Laporan Keuangan
Kasus yang paling banyak mendapat sorotan adalah ketika Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menemukan adanya pelanggaran laporan keuangan tahun buku 2018.