Rekam Jejak Tati Sumirah: Berprestasi di Dunia Bulu Tangkis hingga Hidup Sederhana Jadi Kasir Apotek
Prestasi Tati Sumirah patut dibanggakan saat memperkuat tim Indonesia pada putaran final Piala Uber 1975.
TRIBUNTERNATE.COM -- Legenda pebulu tangkis Indonesia, Tati Sumirah meninggal dunia pada Kamis, (13/2/2020) malam pukul 22.25 WIB.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Tati Sumirah ternyata pernah dirawat di RSUP Persahabatan pada Selasa, (4/2/2020) lalu.
Tati Sumirah dimakamkan pada Jumat, (14/2/2020) di TPU Rawamangun.
Sebagai pemain, ini prestasi Tati Sumirah patut dibanggakan saat memperkuat tim Indonesia pada putaran final Piala Uber 1975.
Almarhum menjadi satu-satunya pemain tunggal putri yang mempersembahkan angka kemenangan buat Skuad Garuda.

• Kabar Duka, Legenda Bulu Tangkis Tati Sumirah Meninggal Dunia, Sempat Jadi Kasir Apotek Usai Pensiun
Dalam babak final di Istora Senayan, Jakarta, 6 Juni 1975, Indonesia sukses merebut Piala Uber setelah menang 5-2 atas juara bertahan Jepang.
Tati Sumirah sukses menyumbangkan poin kemenangan dengan menekuk Atsuko Tokuda, 11-5, 11-2.
Sementara, Theresia Widiastuti dikalahkan Hiroe Yuki, 7-11, 1-11 dan Utami Dewi dijegal Noriko Nakayama, 5-11, 3-11.
Namun, di empat partai ganda, pemain tuan rumah tampil hebat.
Pasangan Regina Masli/Minarni Sudaryanto menggusur Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa, 15-6, 6-15, 15-9. Lalu, Imelda Wigoena/Theresia Widiastuti menang atas Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-4, 15-9.

Berikutnya, Regina/Minarni mengatasi perlawanan Hiroe Yuki/Mika Ikeda, 15-8, 15-11, dan Imelda /Theresia menggulingkan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa, 17-14, 15-0.
Piala Uber pun berhasil diraih oleh Indonesia saat itu.
Namun pada saat itu, perhatian kepada atlet bulu tangkis belumlah seperti yang sekarang sehingga kehidupan almarhum terbilang kurang beruntung.
Sehingga setelah gantung raket, untuk menyambung hidup, almarhum sempat bekerja sebagai kasir di sebuah apotek di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Namun, atas budi baik rekan-rekannya, Tati Sumirah kemudian mendapat pekerjaan baru sebagai tenaga di bagian perpustakaan perusahaan minyak pelumas di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Terasingkan
Dikutip Wartakotalive.com dari racketbadminton.blogspot, ada sekelumit cerita soal Tati Sumirah.
Tati Sumirah mantan pemain bulutangkis yang pernah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional saat menjadi anggota tim peraih piala Uber untuk pertama kalinya kini hidupnya masih memprihatinkan.
Meski sudah mendapatkan pekerjaan berkat kebaikan maestro bulutangkis Rudy Hartono, namun ia masih menumpang tinggal dirumah saudaranya.
Pada era tahun 70 an namaku begitu dikenal masyarakat, terutama bagi para penggemar olahraga bulutangkis.
Betapa tidak aku adalah salah satu anggota tim yang berhasil meraih Piala Uber untuk yang pertama kalinya. Ketika pulang ke tanah air membawa piala kebanggaan, kami disambut sangat meriah.
Sepertinya semua orang menganggap kami pahlawan yang pulang dari medan pertempuran. Bahkan berhari - hari semua media massa masih memberitakan keberhasilan kami.
Ucapan selamat datang dari mana - mana, keluarga, teman - teman, kolega, warga masyarakat hingga para pejabat.
Namun itu semua tinggal kenangan, masa - masa itu begitu manis dan indah bagiku untuk selalu dikenang.
Tahun demi tahun ketika tenagaku sudah tidak lagi kuat dan bisa meraih prestasi kehidupanku juga berangsur-angsur surut. Aku tidak lagi menghasilkan uang dari ayunan raket.
Setelah tidak lagi menjadi pemain nasional pada tahun 82, Aku sempat menjadi pelatih di club-club bulutangkis dikawasan Kelapa Gading.
Lumayan untuk kehidupanku sehari-hari, namun akhirnya Aku berhenti karena jumlah anak didik mulai berkurang.
Kemudian Aku bekerja disebuah apotik dikawasan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Sudah lama memang Aku dekat dengan pemilik apotik itu bahkan sebelum Aku berhenti bermain bulutangkis, Aku sudah ditawari untuk bekerja di apotiknya. Mulai saat itu Aku menjalani kehidupan sebagai seorang karyawati.
Roda kehidupanku juga hanya bergantung dengan gaji yang Aku terima. Saat itu Aku juga kehilangan kontak dengan teman - teman seperjuangan. Kehidupanku benar - benar sudah jauh dengan bulutangkis yang telah membesarkanku dan membuat Aku dikenal banyak orang.
Iya... semua itu karena ekonomiku memang tidak memungkinkan Aku melakukan semua yang Aku mau.
Bahkan ketika ada teman seperjuangan meninggal pada tahun 2003, Aku justru tahu dari tayangan televisi.
Aku merasa benar-benar terasing dengan teman-temanku, apalagi dengan para juniorku yang terus berusaha mengukir prestasi melalui bulutangkis.
Yah.. Aku tahu roda kehidupan memang terus berputar. Kadang diatas dan kadang dibawah, namun Aku menjalani semua itu dengan kepasrahan.
Susah senang sudah Aku jalani, jika Aku rindu dengan masa lalu dimana Aku berada di puncak kejayaan prestasiku, Aku cuma bisa melihat deretan piala dan penghargaan yang Aku letakan begitu saja di lemari.
Yah.. inilah harta kekayaanku yang tidak pernah akan lekang oleh waktu.
Selama puluhan tahun kehidupanku memang sungguh berat. Aku tidak punya bekal apa - apa ketika harus berhenti dari dunia bulutangkis.
Masa mudaku tidak pernah berpikir untuk sekolah tinggi atau mempersiapkan masa depan karena yang Aku bisa saat itu cuma berlatih dan bermain bulutangkis.
Aku akhirnya sadar rupanya pemain bulutangkis belum bisa diandalkan untuk menjamin kehidupan yang layak.(m21) (Wartakotalive/Rafzanjani Simanjorang)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Prestasi Tati Sumirah di Dunia Bulu Tangkis Hingga Hidup dari Kasir Apotek, Jauh dari Komunitasnya