Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Benarkah Vaksin Tuberkulosis Bisa Turunkan Angka Kematian Pasien Covid-19?

Sebuah studi awal dari Amerika menunjukkan vaksin tuberkulosis yang sudah berusia seabad, bisa berperan dalam mengurangi angka kematian Covid-19.

Editor: Sansul Sardi
NICOLAS ASFOURI / AFP
Foto diambil pada tanggal 29 April 2020 ini. seorang ilmuwan melihat sel-sel ginjal monyet saat melakukan tes pada vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 di dalam laboratorium Cells Culture Room di fasilitas Sinovac Biotech di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penelitian untuk menemukan vaksin atau antivirus corona terus dikembangkan di berbagai negara.

Baru-baru ini ebuah studi awal dari Amerika menunjukkan vaksin tuberkulosis yang sudah berusia seabad, bisa berperan dalam mengurangi angka kematian Covid-19.

Para peneliti dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular dari National Institutes of Health membuat tautan ke Bacille Calmette Guerin (BCG) setelah membandingkan data tingkat Covid-19 di seluruh dunia.

Mereka menemukan, beberapa wilayah Amerika Latin termasuk Pernambuco, Rio de Janeiro, Sao Paulo di Brasil, dan Mexico City di Meksiko, memiliki angka kematian jauh lebih rendah dibanding negara bagian AS seperti New York, Illinois, Louisiana, dan Florida.

Tak Sengaja Periksa Bisul Rupanya Terinfeksi Corona,Terungkap 1.280 Siswa Secapa AD Positif Covid-19

Amitabh Bachchan dan Putranya Positif Corona, Dirawat di Rumah Sakit dan Alami Gejala Ringan

Hal itu disampaikan oleh penulis Carolina Barillas-Mury dalam makalah peer-review yang terbiy di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, Selasa (7/7/2020).

"Ini luar biasa, mengingat Amerika Latin memiliki populasi yang lebih banyak dibanding negara-negara Amerika Utara, termasuk New York," katanya, dikutip dari South China Morning Post, Minggu (12/7/2020).

Ilustrasi vaksin virus corona. Rusia mengklaim telah menemukan vaksin corona yang dianggap vaksin paling menjanjikan saat ini..
Ilustrasi vaksin virus corona. Rusia mengklaim telah menemukan vaksin corona yang dianggap vaksin paling menjanjikan saat ini.. (Fresh Daily)

Di Eropa, Jerman juga memiliki hasil yang mengejutkan.

Pasalnya, angka kematian Covid-19 2,9 kali lebih tinggi di wilayah bekas Jerman Barat dibanding bekas Jerman Timur.

Namun, tingkat kematian di Italia empat kali lebih tinggi dibanding Finlandia.

Menurut penelitian, wilayah dengan angka kematian Covid-19 lebih rendah memiliki beragam latar belakang.

Di antaranya seperti usia, pendapatan, dan akses kesehatan.

Tetapi semuanya memiliki satu kesamaan, yakni program vaksinasi BCG untuk mencegah tuberkulosis (TB).

Di Jerman misalnya, rencana imunisasi BCG berbeda, yaitu sebelum negara disatukan pada 1990.

Bekas Jerman Timur mulai memberikan vaksinasi BCG untuk mencegah TB satu dekade lebih awal di banding bekas Jerman Barat.

IMUNISASI ANAK - Petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap menyuntikkan vaksin pada anak yang mengikuti program imunisasi di Puskesmas Ngagel Rejo, Selasa (30/6/2020). Pelayanan imunisasi untuk anak tetap berjalan sesuai jadwal, meski saat ini Indonesia tengah dirundung wabah COVID-19 akibat virus Corona. Pelayanan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
IMUNISASI ANAK - Petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap menyuntikkan vaksin pada anak yang mengikuti program imunisasi di Puskesmas Ngagel Rejo, Selasa (30/6/2020). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Artinya, lebih banyak orang Jerman yang tinggal di bagian timur telah diberikan vaksin.

Adapun, orang tua lanjut usia berisiko lebih tinggi terinfeksi Covid-19.

Berdasarkan data, para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan 10 persen dalam cakupan vaksin TB dapat menyebabkan penurunan 10 persen dalam kematian akibat Covid-19.

Para peneliti juga menantang Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) terkait vaksin TB yang disebut tidak ada bukti efektif.

WHO Akui Virus Corona Menyebar di Udara dan Menular, Simak Pernyataan Resminya

Deadline Jokowi 14 Hari Turunkan Kasus Corona, Khofifah: Jatim Sembuhkan 2.150 Pasien Covid-19

Mereka menuturkan, ini bukan studi pertama tentang potensi BCG untuk melindungi diri dari Covid-19.

"Studi ekologi semacam ini rentan terhadap bias dan rancu, termasuk perbedaan dalam demografi nasional dan beban penyakit."

"Tingkat pengujian untuk infeksi virus Covid-19, dan tahap pandemi di setiap negara," kata WHO saat itu.

IMUNISASI ANAK - Petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap menyuntikkan vaksin pada anak yang mengikuti program imunisasi di Puskesmas Ngagel Rejo, Selasa (30/6/2020). Pelayanan imunisasi untuk anak tetap berjalan sesuai jadwal, meski saat ini Indonesia tengah dirundung wabah COVID-19 akibat virus Corona. Pelayanan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
IMUNISASI ANAK - Petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap menyuntikkan vaksin pada anak yang mengikuti program imunisasi di Puskesmas Ngagel Rejo, Selasa (30/6/2020). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Luis Escobar, salah satu penulis studi mengatakan penelitian ini telah mempertimbangkan kekhawatiran WHO.

"Semua negara berbeda. Guatemala memiliki populasi yang lebih muda dibanding katakanlah Italia."

"Jadi kami harus membuat penyesuaian data untuk mengakomodasi perbedaan itu," kata Escobar.

Para peneliti mengtakan, efek positif dari vaksin BCG sangat signifikan.

Namun, ahli belum memiliki jawaban pasti mengapa ini memberi dampak positif.

Perlu diketahui, nama BCG diambil dari mikrobiolog Perancis Albert Calmette dan Camille Guerin yang mengembangkannya.

Vaksin BCG mengandung strain hidup Mycobaterium bovis, yang terkait dengan bakteri penyebab TB.

Foto diambil pada tanggal 29 April 2020 ini. seorang ilmuwan melihat sel-sel ginjal monyet saat melakukan tes pada vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 di dalam laboratorium Cells Culture Room di fasilitas Sinovac Biotech di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet.
Foto diambil pada tanggal 29 April 2020 ini. seorang ilmuwan melihat sel-sel ginjal monyet saat melakukan tes pada vaksin eksperimental untuk virus corona COVID-19 di dalam laboratorium Cells Culture Room di fasilitas Sinovac Biotech di Beijing. Sinovac Biotech, yang melakukan salah satu dari empat uji klinis yang telah disetujui di China, telah mengklaim kemajuan besar dalam penelitiannya dan hasil yang menjanjikan di antara monyet. (NICOLAS ASFOURI / AFP)

Penyakit, yang menyebabkan satu dari tujuh kematian di Amerika dan Eropa pada pergantian abad ke-20.

Vaksin BCG sendiri mulai diperkenalkan pada tahun 1921.

Studi sebelumnya telah menemukan vaksin itu juga dapat memberi anak-anak perlindungan luas terhadap penyakit lain.

Seperti infeksi saluran pernapasan yang tidak terkait dengan TBC.

Fenomena ini telah dilaporkan di negara-negara termasuk Guinea-Bissau dan Spanyol.

Barillas-Mury mengatakan para peneliti menduga vaksin itu dapat "melatih" respons imun bawaan anak.

"Ini untuk memenuhi lonjakan permintaan vaksin yang mendadak demi mencegah keterlambatan distribusi ke negara-negara yang sangat membutuhkan vaksin BCG untuk melawan TBC," ujarnya.

Namun para peneliti mengingatkan, ini masih studi awal dan tidak boleh digunakan untuk memandu kebijakan pemerintah pada tahap ini.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Studi Awal dari Amerika Tunjukkan Vaksin Tuberkulosis Bisa Turunkan Angka Kematian Pasien Covid-19

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved