Meninggal di Usia 80 Tahun, Ini Profil Sastrawan Sapardi Djoko Damono & Karya-karyanya yang Terkenal
Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada usia 80 tahun, Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB.
Tahun 1973, Sapardi pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.
Setahun kemudian, Sapardi lantas mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia.
Selama mengajar di UI, Sapardi sempat menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar.
Pada masa tersebut, ia juga menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur.
• Pengisi Suara Doraemon, Nurhasanah Meninggal Dunia, Sebelumnya Sakit Stroke, Ini Fakta-faktanya
• Komedian Omas Meninggal Dunia, Mandra Sebut Sang Kakak Sudah Lama Idap Penyakit Paru-paru
Sastrawan dan penyair kebanggaan Indonesia ini telah banyak menerima penghargaan.
Pada tahun 1986, Sapardi Djoko Damono mendapatkan anugerah SEA Write Award.
Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.
Selain itu, Sapardi merupakan seorang pendiri Yayasan Lontar.
Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
Karya-karya Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono tidak saja aktif menulis puisi, namun juga cerita pendek.
Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom atau artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Sepanjang hidupnya ia telah banyak menciptakan karya yang membuat namanya dikenal di kalangan pegiat sastra.
Berikut ini sejumlah karya yang pernah dilahirkan Sapardi, dirangkum dari Kompas.com:
1. Hujan Bulan Juni