Ramadhan 2021
Cerita Islami Pengisi Waktu Ngabuburit: Pelajaran Hidup dari 4 Orang Anak dan Sebuah Pohon Pir
Berikut cerita islami pengisi waktu ngabuburit: Pelajaran Hidup dari 4 Orang Anak dan Sebuah Pohon Pir.
TRIBUNTERNATE.COM - Menunggu azan Maghrib berkumandang saat bulan puasa, bisa menjadi sesuatu hal yang sangat membosankan.
Waktu seolah berjalan dengan lambat jika kita terus memperhatikan jarum jam.
Untuk itu, agar tidak merasa bosan saat ngabuburit, kita dapat mengisi waktu luang dengan beberapa kegiatan.
Salah satunya adalah membaca kisah islami yang bisa kita petik pelajarannya.
Berikut cerita islami pengisi waktu ngabuburit yang dilansir oleh TribunTernate.com dari Islam Can.
Pelajaran Hidup dari 4 Orang Anak dan Sebuah Pohon Pir
Ada seorang pria yang memiliki empat orang anak laki-laki.
Dia ingin anak-anaknya belajar untuk tidak menghakimi sesuatu terlalu cepat.
Oleh karena itu, dia mengirim masing-masing anaknya secara bergiliran, untuk pergi dan melihat sebuah pohon pir yang jaraknya sangat jauh.
Putra pertama pergi di musim dingin, yang kedua di musim semi, yang ketiga di musim panas, sedangkan putra bungsu pergi di musim gugur.
Ketika mereka semua telah pergi dan kembali, ayahnya memanggil mereka bersama.
Baca juga: Cerita Islami Pengisi Waktu Ngabuburit: Kisah Seorang Pemuda yang Menjadi Kaisar karena Kejujuran
Baca juga: Cerita Islami Pengisi Waktu Ngabuburit: Kisah Wanita yang Tersentuh Hatinya untuk Memeluk Islam

Sang ayah meminta masing-masing anak menggambarkan apa yang telah mereka lihat.
Anak pertama berkata bahwa pohon itu jelek, bengkok, dan bengkok.
Anak kedua menjawab penjelasan yang berbeda dengan anak pertama.
Anak kedua mendeskripsikan bahwa pohon itu ditutupi dengan tunas hijau dan terlihat akan segera mekar.
Namun, ketika diminta mendeskripsikan, anak ketiga tidak setuju dengan perkataan anak pertama dan kedua.
Anak ketiga berkata bahwa pohon itu penuh dengan bunga yang berbau harum dan terlihat sangat indah.
Bahkan, sang anak ketiga berkata bahwa pohon itu adalah hal terindah yang pernah dia lihat.
Dan yang terakhir, anak terakhir tidak setuju dengan semua kakaknya.
Dia berkata bahwa pohon itu besar dan buahnya terlihat hidup dan segar.
Setelah mendengar penjelasan dari seluruh putranya, sang ayah kemudian menjelaskan maksud dari perintahnya kepada anak-anaknya itu.
Baca juga: Cerita Islami Pengisi Waktu Ngabuburit: Kisah Maalik bin Dinar dan Seorang Pencuri yang Bertaubat
Baca juga: Cerita Islami untuk Ngabuburit: Kebijaksanaan Iyas bin Muawiyah dalam Menjelaskan Wine Haram
Sang ayah berkata bahwa dari seluruh penilaian masing-masing anaknya terhadap pohon itu, tidak ada yang salah.
Dia menjelaskan, perbedaan cerita dari masing-masing anak itu terjadi karena mereka masing-masing hanya melihat satu musim dalam kehidupan pohon itu.
Dia mengatakan kepada mereka bahwa orang tidak dapat menilai pohon, atau orang lain, hanya dengan satu musim.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa esensi dari siapa mereka, serta kesenangan, kegembiraan, dan rasa cinta yang datang dari kehidupan itu hanya dapat diukur di akhir, ketika semua musim sudah habis.
Jika seseorang menyerah saat musim dingin, ia akan kehilangan harapan di musim seminya.
Jika menyerah pada musim panas, maka tidak dapat melihat keindahan musim gugur.
Ia juga berpesan agar jangan biarkan rasa sakit di satu musim menghancurkan kegembiraan dari musim lainnya.
Jangan menilai hidup dengan satu musim yang sulit.
Tekun dan bersabarlah melalui masa-masa sulit, dan waktu yang lebih baik pasti akan datang suatu saat nanti.
(TribunTernate.com/Qonitah)