Virus Corona
Kasus Covid-19 Indonesia Mulai Naik, Epidemiolog: Jika Mudik Dibiarkan, Kapal Kita Bisa Tenggelam
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunus Miko soroti peningkatan kasus harian Covid-19 di Indonesia selama Ramadhan dan mudik Lebaran 2021.
TRIBUNTERNATE.COM - Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunus Miko soroti peningkatan kasus harian Covid-19 di Indonesia selama pelarangan mudik Lebaran 2021.
Diketahui, sejak tanggal 7 Mei 2021 kasus harian Covid-19 Indonesia berada di angka 6.000 kasus per harinya.
Hal ini pun membuat Yunus khawatir akan adanya peningkatan jumlah kasus yang lebih besar di kemudian hari.
Terlebih, tak sedikit masyarakat yang nekat untuk melakukan mudik Lebaran 2021.
"Saya sebenarnya sedih karena kondisi Covid-19 saat ini berada di angka 5000-an, tapi itu yang dilaporkan adalah kasus yang dapat ditangkap oleh surveilans kita."
"Surveilans kita menangkap kasusnya tidak banyak, karena kontak tracingnya juga terbatas," kata Tri Yunus Miko, dikutip dari Kompas Sepekan Kompas TV, Minggu (9/5/2021).
Menurutnya, Indonesia mengalami penurunan dalam hal kontak tracing.
Di mana saat ini pemerintah hanya melakukan tracing kepada 4 hingga 10 orang pada satu kasus positif Covid-19.
Menurut Yunus, angka tersebut hanyalah jumlah dari keluarga dekat, bukan orang-orang yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19.
Baca juga: Rekor, India Catat 1,57 Juta Kasus Baru Covid-19 Hanya dalam Sepekan
Baca juga: Update Covid-19 di Indonesia Sabtu, 8 Mei 2021: 6.130 Kasus Baru, Tambahan 179 Kasus Kematian

"Jadi menurut saya tidak efektif, sehingga kontak tracing yang bisa dilakukan ini hanya 4 sampai 10 jadi rata-rata 6. Jadi itu sebenarnya keluarga dekat ya atau keluarga serumah dari (satu) kasus, jadi menurut saya tidak ada kemajuan," tuturnya.
Padahal, kata Yunus, di bulan April 2020 pemerintah bisa melakukan kontak tracing 20 hingga 30 orang pada setiap kasus positif Covid-19.
Menurut Yunus, ini adalah sebuah penurunan yang cukup drastis karena jumlahnya turun hingga seperlimanya.
"Pada waktu April 2020 kita bisa men-tracing 20 sampai 30 pada satu kasus Covid-19, sekarang (hanya) 4."
"Jadi dengan demikian, maka kasus yang bisa ditangkap ya 4 berbanding 20 atau seperlimanya,"
Dengan demikian, bisa dibayangkan berapa jumlah kasus positif Covid-19 yang tidak terlacak saat ini.
Belum lagi kasus Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) yang kini hanya melakukan isolasi mandiri di rumah.
Yunus mengatakan bahwa hal tersebut tentu semakin tidak bisa dikontrol.
Sehingga, ia memperkirakan jumlah kasus harian Covid-19 di Indonesia nantinya bisa mencapai angka 15 ribu hingga 20 ribu per hari.
"Jadi bayangkan kalau kasus itu sebenernya yang dilaporkan bisa lebih banyak, kalau kontak tracing ditingkatkan."
"Belum lagi OTG tidak ditangkap sejak September 2020, jadi saya bayangkan kalau kasus di kita adalah 15 ribu bahkan sampai 20 ribu sehari," ucap Yunus.
Indonesia, kata Yunus, mungkin akan kewalahan menghadapi pandemi Covid-19 di kemudian hari, apalagi jika larangan mudik Lebaran 2021 tidak diperketat.
Selain mudik, menurut Yunus, dibolehkannya pelaksanaan ibadah salat tarawih dan juga salat Id bisa menjadi potensi meledaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
"Jadi kalau saya bilang kapal kita akan tenggelam, ya mungkin. Kalau dibiarkan mudik sebanyak mungkin, kemudian tidak dilarang tarawih, tidak dilarang salat Id, bahkan tidak dianjurkan salat tarawih di rumah atau tidak dianjurkan oleh pemerintah salat Id di rumah," tandasnya.
Baca juga: Bukan karena Covid-19, Sahabat Sebut Raditya Oloan Meninggal Dunia karena Infeksi Bakteri Ini
Baca juga: Kemenag RI Rilis Panduan Malam Takbiran dan Shalat Idul Fitri 2021 di Tengah Pandemi Covid-19
Kapasitas Tempat Tidur RS Rujukan Covid-19 di 6 Provinsi Hampir Penuh
Keterpakaian ruang perawatan intensif pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan Covid-19 di 34 provinsi Indonesia meningkat sepekan terakhir.
Diberitakan Kompas.com, Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS BUMN penuh semua.
"Juga Rumah Sakit swasta, Rumah Sakit vertikal pemerintah ini ICU yang penuh. Jadi intinya ini banyak sekali peningkatan yang dirawat pada April akhir-akhir ini," kata Erlina yang disiarkan kanal YouTube PDPI, Rabu (5/5/2021).
Erlina mengatakan, berdasarkan data dari Kemenkes yang diterimanya, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 dalam sepekan terakhir meningkat 1,28 persen.
Sedangkan, angka kematian meningkat 20,73 persen dalam 30 hari per akhir April.
Peningkatan jumlah pasien yang dirawat inap di rumah sakit dibenarkan oleh Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Irwandy, SKM, MScPH, MKes.
"Ini data hingga 2 Mei (2021) tentang angka keterpakaian tempat tidur di RS Indonesia. Benar telah terjadi peningkatan yang terlihat dimulai akhir April kemarin," kata Irwandy kepada Kompas.com, Kamis (6/5/2021).
"Dan sepertinya harus diwaspadai, karena ke depan diprediksi akan terus meningkat (angka keterpakaian tempat tidur)," imbuh Irwandy.
Dari 34 provinsi, hingga saat ini, ada 6 provinsi di Indonesia yang angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 sudah melebihi setengah dari kapasitas maksimalnya.
Berdasar data RS Online tanggal 2 Mei 2021 pukul 18.00 WIB, keenam provinsi dengan angka keterpakaian tempat tidur terbanyak adalah:
- Sumatera Utara (61,6 persen)
- Sumatera Selatan (58,5 persen)
- Riau (58,1 persen)
- Lampung (54,5 persen)
- DI Yogyakarta (51,7 persen)
- Kepulauan Riau (51,1 persen)
Untuk DKI Jakarta angka keterpakaian tempat tidur di RS rujukan Covid-19 saat ini adalah 33,7 persen.
(TribunTernate.com/Ron)(Kompas.com)