G30S
Profil 7 Pahlawan Revolusi, Korban Kekejaman Peristiwa G30S yang Tewas di Lubang Buaya
Dalam peristiwa G30S yang disangkutpautkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), enam jenderal dan satu kapten menjadi korban.
TRIBUNTERNATE.COM - Peristiwa Gerakan 30 September atau disingkat dengan G30S (dalam dokumen pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI, sering disingkat G30S/PKI) atau Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) adalah salah satu titik kelam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal dan satu kapten menjadi korban.
Mereka dibunuh dan dikubur di sebuah sumur yang berada di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Dalang dari peristiwa keji ini disangkutpautkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Terkait tujuh jendral yang terbunuh dalam peristiwa G30S, berikut adalah profilnya yang dihimpun Tribunnews dari berbagai sumber.
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani lahir di Puroworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922.
Ahmad Yani mengawali karir sebagai seorang tentara pada tahun 1945 ketika ingin berperang melawan Belanda.
Setelah itu ia memimpin untuk berperang melawan tentara Inggris di Magelang dan mendapat gelar 'Pahlawan Magelang'.
Perannya tidak hanya dalam mengusir penjajah namun ketika ada gerakan pemberontakan pun dirinya juga ikut berperang.
Kejadian tersebut terjadi ketika ia ditunjuk untuk melawan Darul Islam di Tegal, Jawa Tengah pada tahun 1952.
Ahmad Yani bergabung dengan Pasukan Banteng yang merupakan batalion infanteri dari Kodam IV/Diponegoro.
Terkait dengan ideologi, sebenarnya Ahmad Yani sangat anti dengan komunis sehingga ia benar-benar ingin memeranginya.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketidakinginnannya akan adanya Kekuatan Kelima yaitu mempersenjatai kaum petani.
Ditambah dirinya juga memiliki ideologi yang berseberangan dengan Soekarno.
