Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Omicron Berpotensi Timbulkan Lonjakan Kasus Covid-19, WHO Peringatkan Seluruh Negara agar Waspada

WHO mengatakan varian Omicron yang mutasinya sangat banyak kemungkinan akan menyebar secara global dan menimbulkan risiko lonjakan infeksi yang tinggi

Freepik
Ilustrasi virus corona - WHO mengatakan varian Omicron yang mutasinya sangat banyak kemungkinan akan menyebar secara global dan menimbulkan risiko lonjakan infeksi yang tinggi. 

TRIBUNTERNATE.COM - WHO mengatakan varian Omicron yang mutasinya sangat banyak kemungkinan akan menyebar secara global dan menimbulkan risiko lonjakan infeksi yang sangat tinggi.

Mengantisipasi peningkatan jumlah kasus, PBB mendesak 194 negara anggotanya untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi.

“Omicron memiliki jumlah mutasi lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, beberapa di antaranya mengkhawatirkan dampak mereka terhadap pandemi,” kata WHO seperti dikutip dari The Strait Times.

"Risiko global secara keseluruhan terkait dengan varian baru ini dinilai sangat tinggi."

Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengatakan kemunculan Omicron menunjukkan betapa berbahaya dan genting situasi saat ini.

“Omicron menunjukkan mengapa dunia membutuhkan kesepakatan baru tentang pandemi,” katanya.

Kesepakatan global baru, yang diharapkan dapat diterapkan pada Mei 2024.

Kesepakatan tersebut akan mencakup masalah-masalah seperti berbagi data dan urutan genom virus yang muncul, dan vaksin potensial apa pun yang berasal dari penelitian.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Indonesia Tutup Akses dari 11 Negara Ini per Selasa, 30 November 2021

Baca juga: WHO: Belum Diketahui Apakah Omicron Menular Lebih Cepat atau Gejalanya Lebih Parah

Ilmuwan Richard Hatchett, kepala eksekutif Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (Cepi), sebuah yayasan yang mendanai pengembangan vaksin, mengatakan kemunculan Omicron telah memenuhi prediksi bahwa penularan virus di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah akan mempercepat evolusinya.

“Ketidakmerataan (distribusi vaksin) yang menjadi ciri respons global kini telah muncul kembali,” katanya.

Hacett menekankan bahwa Botswana dan Afrika Selatan, tempat di mana varian Omicron pertama kali ditemukan, hanya memvaksinasi kurang dari seperempat populasi mereka.

Omicron pertama kali dilaporkan pada 24 November dari Afrika Selatan, tempat di mana infeksi meningkat tajam.

Sejak varian ini menyebar ke lebih dari selusin negara, banyak di antaranya telah memberlakukan pembatasan perjalanan untuk mencoba menutup akses dari luar negeri.

Penumpang terlihat memakai masker saat tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (26/1/2020).
Ilustrasi pembatasan masuk dari luar negeri. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

WHO menegaskan kembali bahwa sambil menunggu saran lebih lanjut, negara-negara harus menggunakan pendekatan berbasis risiko untuk menyesuaikan langkah-langkah perjalanan internasional secara tepat waktu.

“Dampak pada populasi yang rentan akan sangat besar, terutama di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang rendah,” tambahnya.

Baca juga: Moderna: Vaksin Covid-19 Baru untuk Varian Omicron Diperkirakan akan Tersedia pada Awal 2022

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menilai potensi Omicron lolos dari perlindungan terhadap antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya.

Meskipun demikian, belum ada laporan soal kasus kematian terkait varian ini.

Lebih banyak data diharapkan bisa dirilis dalam beberapa minggu mendatang.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved