Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Curhatan Steven Gerrard 1 Jam sebelum Dipecat Aston Villa gara-gara Dibantai Fulham: Saya Pejuang

Aston Villa memecat sang pelatih, Steven Gerrard menyusul kekalahan 3-0 saat melawan Fulham pada Jumat (21/10/2022).

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Instagram.com/@avfcofficial
Steven Gerrard dipecat dari posisi pelatih Aston Villa 

TRIBUNTERNATE.COM - Aston Villa memecat sang pelatih, Steven Gerrard menyusul kekalahan 3-0 saat melawan Fulham pada Jumat (21/10/2022).

Diketahui, Aston Villa hanya menang dua kali di liga musim ini.

Kini, Aston Villa juga bertengger di atas zona degradasi berdasarkan gol yang dibukukan.

Baca juga: Chelsea Permalukan Aston Villa, Graham Potter Puji sang Kiper Kepa Arrizabalaga: Pemain Kelas Dunia

Baca juga: Brentford Vs Chelsea 0-0: Skuad Graham Potter Utang Budi pada Kepa Arrizabalaga, Mason Mount Ditarik

Dikutip TribunTernate.com dari bbc.com, tren negatif Aston Villa ini membuat posisi Steven Gerrard sebagai pelatih dipertaruhkan.

Seorang juru bicara Aston Villa mengucapkan terima kasih atas jasa Steven Gerrard selama ini.

Baca juga: Momen Kocak Pelatih Brentford Wawancara Graham Potter: Kok Suka Gonta-ganti Formasi Chelsea?

"Kami ingin berterima kasih kepada Steven atas kerja keras dan komitmennya, serta mendoakan yang terbaik untuknya di masa depan," ujarnya.

Diketahui, Steven Gerrard mulai melatih Aston Villa sejak November 2021.

Sebelumnya, ia melatih Rangers serta skuad muda Liverpool.

Selama melatih Aston Villa, pelatih 42 tahun itu hanya menghasilkan 13 kemenangan dari 40 pertandingan pada 11 bulan terakhir.

Baca juga: Laga Seri Brentford Vs Chelsea Jadi Ajang Unjuk Gigi Eks Aston Villa, Kesayangan Baru Graham Potter

Steven Gerrard sempat curhat kepada BBC Match of the Day terkait performa buruk skuadnya.

"Inkonsistensi telah merugikan kami, inilah situasi yang kami hadapi."

"Saya mengambil alih tim dengan situasi yang sangat miri. Kami telah mencoba merekrut (pemain baru) untuk mengeluarkan kami dari situasi ini."

"Saya seorang pejuang, ini ada dalam DNA saya. Saya akan terus berjuang kecuali saya diminta berhenti," tegasnya.

Sejam kemudian, karier Steven Gerrard di Aston Villa pun berakhir.

Kapten Aston Villa, John McGinn mengaku merasa malu lantaran mengecewakan para penggemarnya.

Baca juga: Kiper Liverpool Jadi Pahlawan Hadapi West Ham, Jurgen Klopp Malah Ejek: Ganteng tapi Menjengkelkan

"Rasanya memalukan menjadi bagian dari semua ini. Kami mengecewakan para penggemar yang sudah jauh-jauh datang. Ini adalah malam yang buruk bagi kami," ungkapnya.

Bagi John McGinn, kekalahan Aston Villa ini harusnya menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak hanya pelatih.

"Tidak masalah siapa yang bertanggung jawab atas tim kami. Ini tidak ada hubungannya dengan pelatih, para pemain harus melihat diri mereka sendiri di cermin."

"Kami jelas tidak kehilangan kepercayaan pada (pelatih), kamilah yang bertanggung jawab."

"Dia pelatih yang bagus, dia terluka sama seperti para pemainnya. Kami mengecewakannya malam ini,. Sekarang semua diserahkan pada kami untuk memberikan penampilan terbaik untuknya," paparnya.

Aston Villa Dibantai Chelsea

Gelandang Chelsea, Mason Mount, berhasil menjadi pahlawan saat melawan Aston Villa dalam laga Minggu (16/10/2022) lalu.

Mason Mount mencetak dua gol pada menit ke-6 dan ke-65 pada laga tandang yang digelar di Villa Park tersebut.

Pemain asal Inggris ini menyebut, sang pelatih, Graham Potter mengajarkan anak asuhnya untuk menderita hingga akhirnya bisa berhasil.

Dikutip TribunTernate.com dari metro.co.uk, Chelsea kini menduduki peringkat keempat Liga Inggris di bawah asuhan Graham Potter yang tak terkalahkan.

Mount Mason menyadari peran besar Graham Potter yang baru melatih kurang dari dua bulan tersebut.

"Kami tahu kami bisa melakukan lebih baik, tapi kami bertahan, bekerja keras, dan meraih kemenangan."

"Sang pelatih mengatakan bahwa kami terkadang harus menderita dalam permainan, dan kami mengalami itu," paparnya.

Mason menyebut, dalam menghadapi lawan yang berat, tentunya akan ada dinamika dalam permainan, tak melulu menguasai bola.

Di saat itulah anak asuh Potter diajarkan untuk bersabar dalam penderitaan sambil terus berusaha.

"Kami sadar sebagai pemain dalam pertandingan, kami tidak mungkin menguasai bola sepanjang pertandingan. Apalagi kami bermain melawan tim papan atas yang juga menguasai bola dan memiliki peluang."

"Kami harus menderita melalui masa-masa itu. Saya merasa kami melakukan dengan baik di babak pertama."

"Pertandingan terasa berjalan kurang baik, tapi yang paling penting adalah kami melaluinya dengan unggul 1-0 di babak pertama. Kemudian kami beristirahat, berdiskusi, dan mengevaluasi mana yang bisa diubah," paparnya.

Menurut pemain 23 tahun ini, kerjasama dalam skuadnya begitu bagus sehingga evaluasi berdampak besar di babak kedua.

(TribunTernate.com/Ifa Nabila)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved