Liga Inggris
Duka Graham Potter Kenang Ayah dan Ibu yang Meninggal di Awal Karier sebagai Pelatih Brighton
Pelatih Chelsea, Graham Potter, menyimpan duka yang mendalam di awal kariernya sebagai pelatih Brighton & Hove Albion.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNTERNATE.COM - Pelatih Chelsea, Graham Potter, menyimpan duka yang mendalam di awal kariernya sebagai pelatih Brighton & Hove Albion.
Graham Potter kehilangan ayah dan ibunya dalam waktu berdekatan saat awal menjadi pelatih Brighton pada 2019 lalu.
Dengan emosional, Graham Potter mengenang masa-masa sulit tersebut.
Baca juga: Pengakuan Mantan Anak Asuh Graham Potter, Kaget Pelatih Hijrah ke Chelsea: Saya Utang Banyak Padanya
Baca juga: Kerap Dibandingkan dengan Thomas Tuchel di Chelsea, Graham Potter: Lama-lama Bisa Kena Mental
Dikutip dari dailymail.co.uk, Graham Potter mengaku berjuang untuk mengendalikan kesedihannya lantaran harus melatih anak asuhnya secara profesional.
"Jadi, saya mencoba mengatur perasaan 'Oke, apakah saya marah atau kecewa atau frustasi atau apa pun perasaan itu, karena ini atau karena itu?'," ujar Graham Potter.
"Itu adalah enam bulan pertama kehidupan saya di Liga Inggris dan saya pikir peribahasanya adalah 'memperbaiki pesawat yang sedang terbang'. Itu peribahasa yang cocok," sambungnya.
Baca juga: Kerap Dihujat, Graham Potter Akui Taktiknya Salah untuk Chelsea: Saya Beri Selamat untuk Brighton
Graham Potter merasa bersyukur lantaran saat itu para staf dan pemain di Brighton begitu menyemangatinya.
Kedua orangtua Graham Potter mengalami sakit hingga keduanya tiada dalam waktu yang beredekatan.
"Ibu saya menderita demensia, jika (saat itu) Beliau masih hidup, Beliau tidak akan tahu (saya pelatih di Liga Inggris). Jadi pada akhirnya Beliau sudah tidak menderita itu lagi," ungkap Graham Potter.
"Ayah saya pasti (akan menonton saya), Beliau datang ke pertandingan pertama di Watford."
"Beliau berjuang melawan kanker dan enam minggu kemudian Beliau tiada, pertandingan terakhir yang dihadiri adalah tandang melawan Liverpool lalu Beliau meninggal," kenangnya.
Baca juga: Kevin De Bruyne: Kami Buktikan Manchester City Bisa Menang tanpa Erling Haaland
Graham Potter pun menjadi emosional mengingat kesedihan kehilangan kedua orangtuanya.
Sementara kini ia merintis kesuksesan sebagai pelatih klub raksasa Liga Inggris seperti Chelsea.
Graham Potter soal Kesehatan Mental sebagai Pelatih
Graham Potter angkat bicara terkait kesehatan mental menjadi pelatih di klub Liga Inggris.
Graham Potter menyadari dirinya menjadi sorotan setelah menggantikan Thomas Tuchel sebagai pelatih Chelsea.
Baca juga: Tak Melulu Erling Haaland, Guardiola di Laga Leicester Vs Man City: Kevin De Bruyne Telah Kembali
Mantan pelatih Brighton & Hove Albion ini juga selalu dibanding-bandingkan dengan pendahulunya.
Graham Potter menyebut, hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi seorang pelatih.
"Selalu ada sosok yang di bawah tekanan, sehingga ada narasi ke sana," ujar Graham Potter, dikutip dari dailymail.co.uk.
Graham Potter menyebut, secara umum, pastilah pelatih baru dengan pelatih lama akan dibandingkan.
Namun jika hal ini terus-terusan menjadi pembahasan, maka tidaklah sehat bagi kondisi mental yang bersangkutan.
"Kalian ingin membandingkan dengan pelatih sebelumnya, pasti ada saja yang dibahas."
"Ini tidak bagus untuk kesehatan mental jika kalian terus membandingkan, saya mengatakannya secara umum," tuturnya.

Graham Potter membahas nasib serupa pada Steven Gerrard yang baru saja dipecat Aston Villa.
Steven Gerrard akan dibanding-bandingkan dengan Unay Emery.
"Kami adalah bagian dari oleharaga di mana kami menciptakan tekanan. Seseorang pasti ada yang di bawah tekanan," kata Graham Potter.
"Lalu yang satu hilang, berlanjut ke yang berikutnya. Saat ini Steven Gerrard (yang dipecat) beberapa minggu lalu, dan akan ada orang lain lagi lalu orang yang lain lagi," paparnya.

Graham Potter soal Kepemimpinan Thomas Tuchel
Graham Potter menjawab pertanyaan mengenai skuadnya yang sempat memburuk di era Thomas Tuchel.
Kini, di tangan Graham Potter, Chelsea mulai bangkit di musim ini.
Pencapaian positif yang terakhir adalah kemenangan 2-1 saat melawan Red Bull Salzburg pada Selasa (25/10/2022) malam WIB.
Graham Potter mengakui, RB Salzburg bukanlah tim yang mudah untuk dikalahkan.
"Tidak mudah untuk menciptakan peluang melawan tim ini akrena pertahanan mereka sangat intens dan agresif," aku Graham Potter, dikutip dari mirror.co.uk.
Tak hanya itu, pincangnya Chelsea juga berpengaruh dalam performanya.
Meski sebenarnya RB Salzburg pun banyak kehilangan pemain kuncinya.
"Saya pikir kami sudah menciptakan beberapa peluang bagus dari permainan yang bagus."
"Kami memiliki banyak permainan dan sedikit gangguan dalam hal beberapa pemain kunci yang hilang, tapi salut untuk para pemain yang telah bisa menghadapi ini dengan baik," paparnya.
Graham Potter menyadari, perjalanan anak asuhnya di Liga Inggris dan Liga Champions sama-sama beratnya.
Namun, ia bangga skuadnya kini sudah mulai bisa bangkit dari keterpurukan.
Graham Potter mengaku tidak memusingkan keterpurukan Chelsea di era pendahulunya, Thomas Tuchel.
Kini, ia hanya ingin fokus agar anak asuhnya bisa terus membuat peluang untuk menang.
"Saya tidak bisa berkomentar (tentang penyelesaian) sebelum saya di sini."
"Yang bisa saya katakan adalah bagus kami bisa menciptakan peluang dan tampil baik."
"Kemudian kita dukung kualitas para pemain, semakin banyak peluang yang kami ciptakan, semakin tampak kualitas mereka. Jadi saya tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu," tegasnya.
(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)