Piala Dunia Qatar 2022
Perjalanan Achraf Hakimi: Dari Putra Pedagang Kaki Lima hingga Jadi Bintang Sepak Bola Maroko
Achraf Hakimi datang dari keluarga imigran dengan latar belakang ekonomi sulit, tumbuh dan dibesarkan dalam rumah tangga berpenghasilan rendah.
TRIBUNTERNATE.COM - Salah satu pemain bintang tim nasional Maroko yang tengah menjadi sorotan adalah Achraf Hakimi.
Ia disorot berkat tendangan panenka yang membawa kemenangan bagi Maroko saat adu penalti dengan Spanyol setelah laga 120 menit tanpa gol di babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Saat Achraf Hakimi maju, ia mencondongkan tubuh ke kiri sehingga kiper Spanyol Unai Simon salah membaca arah bola, dan panenkanya pun tereksekusi dengan sempurna.
Tendangan panenka ini pun mengangkat karir internasional bek kanan Paris Saint-Germain (PSG) itu.
Jalan yang panjang dan terjal
Achraf Hakimi lahir di Madrid, Spanyol pada 4 November 1998.
Perjalanannya menuju puncak kesuksesan ternyata panjang, terjal, dan berliku.
Saat masih sangat muda dan berada di bawah binaan Real Madrid, Achraf Hakimi disebut-sebut sebagai pemain bintang potensial.
Meski bergabung dengan klub paling sukses di Eropa pada usia 8 tahun, Achraf Hakimi tetap harus bekerja keras demi kesuksesannya.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Jejak Apik 2 Pemain Maroko, Noussair Mazraoui dan Achraf Hakimi, di Bundesliga
Achraf Hakimi menjadi bagian dari diaspora Maroko di Spanyol, sama seperti 800.000 orang lainnya.
Ia datang dari keluarga imigran dengan latar belakang ekonomi sulit, tumbuh dan dibesarkan dalam rumah tangga berpenghasilan rendah di pinggiran kota industri Getafe di Madrid.
Saat berada di akademi Castilla Real Madrid, Achraf Hakimi sempat mengalami masa-masa yang sulit, tetapi ia menegaskan bahwa masa kecilnya tetap bahagia.
"Ibu saya adalah seorang pekerja bersih-bersih dan ayah saya adalah seorang pedagang kaki lima," katanya di program TV Spanyol, El Chiringuito, dikutip dari Al Jazeera.
“Ayah dan ibu menyerahkan hidup mereka untukku. Mereka mengambil banyak hal dari saudara-saudara saya agar saya berhasil. Hari ini, saya bermain untuk mereka,” imbuhnya.
Baca juga: Maroko vs Perancis di Semifinal Piala Dunia 2022, Achraf Hakimi Tak Sabar Bertemu Kylian Mbappe

Baca juga: Selebrasi Penguin Achraf Hakimi setelah Adu Penalti, Tribute untuk Kylian Mbappe dan Sergio Ramos?
Memasuki usia remaja, Achraf Hakimi tampil dengan gemilang UEFA Youth League hingga namanya tenar di kotanya.
Pada saat itulah, dia juga menarik perhatian Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko.
Karena diaspora Maroko di seluruh Eropa begitu besar, ada banyak bakat yang bertebaran di Spanyol, Belgia, Prancis, dan Belanda.
Sehingga, pihak Federasi bekerja dengan sejumlah petugas intai untuk mendeteksi calon pemain bintang dan meyakinkan mereka untuk bermain untuk Maroko.
“Kami mengintai Achraf Hakimi ketika dia bermain dengan tim Real Madrid U-17.” kata Nasser Larguet, Direktur Teknis Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko, kepada majalah FourFourTwo pada 2018.
“Dia terus-menerus berhubungan dengan pengintai kami, menanyakan kapan kamp pelatihan atau pertandingan kami berikutnya. Saya, secara pribadi, berjanji kepadanya bahwa jika dia terus bermain seperti sebelumnya, dia akan segera bergabung dengan tim nasional senior,” papar Nasser.
Baca juga: Portugal vs Maroko: Tangis Cristiano Ronaldo dan Kandasnya Mimpi Meraih Gelar Juara Piala Dunia 2022
Baca juga: Maroko ke Semifinal Piala Dunia 2022, Walid Regragui Bangga: Kita Bisa Bermimpi Jadi Juara!
Debut untuk Maroko
Dan benar saja, Achraf Hakimi melakukan debut nasionalnya pada 2016, saat dirinya masih berusia 18 tahun.
Rupanya, ada alasan sentimental atas keputusan Achraf Hakimi memilih Maroko.
Meski tergoda dengan tawaran bermain untuk Spanyol dan membuat beberapa penampilan untuk tim junior Spanyol, Achraf Hakimi pada akhirnya tidak pernah merasa cocok dengan La Roja.
“Budaya saya adalah Maroko. Di rumah, kami berbicara dengan bahasa Maroko, dan makan makanan Maroko, dan saya adalah seorang Muslim yang taat. Sejujurnya, saya tidak perlu terlalu memikirkannya,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah L'Equipe.
“Saya biasa menonton pertandingan Maroko dengan ayah saya yang selalu bercerita tentang pemain legendaris di masa lalu,” ungkapnya.

Pada tahun 2017, saat ia siap untuk masuk ke sepakbola senior, Real Madrid berada di tengah perjalanan untuk memenangkan tiga gelar jawara Liga Champions UEFA berturut-turut.
Di bawah asuhan Zinedine Zidane, Achraf Hakimi tampil 9 kali di La Liga dan mencetak 2 gol, dan itu sudah cukup baginya untuk mengamankan tempat di timnas Maroko untuk Piala Dunia 2018.
Turnamen di Rusia merupakan pengalaman yang membuat frustrasi Hakimi dan The Atlas Lions.
Meski permainan mereka sempat mengungguli Spanyol, Portugal, dan Iran, tim itu akhirnya tersingkir di babak grup.
Dengan pengalaman Piala Dunia, Achraf Hakimi siap untuk mengambil lompatan besar dalam karirnya dan memperkuat peran awal di Real Madrid.
Sayangnya, Achraf Hakimi sempat mengalami pengalaman mengecewakan dengan Los Merengues.
Real Madrid mengirimnya dengan status pinjaman 2 tahun ke Borussia Dortmund.
Kesempatan ini pun dimanfaatkan Achraf Hakimi untuk membuktikan dirinya bisa tampil lebih baik.
Hingga akhirnya, Achraf Hakimi menggemparkan Bundesliga, mencetak 12 gol dan memberikan 17 assist dalam 73 pertandingan selama dua musim.
Namun, Real Madrid masih menolak untuk memanggil jasanya.
Penolakan ini pun mendorong Achraf Hakimi hijrah ke Italia untuk bergabung bersama Inter Milan pada tahun 2020.
Dia pun langsung menjadi bagian integral dari tim Antonio Conté yang sukses membawa scudetto kembali ke sisi dominan untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Akhirnya, pada 2021, setelah perjalanan panjang melalui berbagai kesulitan, Achraf Hakimi semakin disorot berkat bakatnya ketika dia pindah ke Paris Saint-Germain (PSG) dengan nilai transfer sekitar 83 juta dolar AS.
Meski baru berusia 24 tahun, Achraf Hakimi telah mampu menjadi sosok pemimpin bagi tim nasional Maroko, dan ia mendulang banyak dukungan selama 3 tahun terakhir berkat permainannya yang luar biasa.
Perilaku Achraf Hakimi pun terbilang tanpa cela, apalagi saat pemain lain seperti Hakim Ziyech dan Noussair Mazraoui berselisih dengan mantan manajer Maroko, Vahid Halilhodzic.
Vahid Halilhodzic juga menjadikan Achraf Hakimi sebagai tolok ukur kriteria fisik pemainnya.
"Persentase lemak tubuh Hakimi adalah 7 persen, sedangkan pemain Maroko lainnya yang bermain di liga domestik memiliki massa lemak yang bervariasi antara 13 hingga 16 persen,” kata Vahid Halilhodzic dalam sebuah konferensi pers.
Saat tim asal Afrika utara itu berjuang untuk mencetak gol di Piala Afrika 2021, Achraf Hakimi dengan posisi sebagai bek justru mencetak 2 gol penting.
Kemampuan dan keterampilan Achraf Hakimi inilah yang membuatnya selalu diandalkan untuk Maroko.
Tak heran bahwa ia kembali diandalkan saat adu penalti krusial melawan Spanyol dalam babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Setelah mengalahkan Portugal di babak perempat final, diharapkan, Achraf Hakimi beserta rekan-rekannya mampu mengharumkan nama Maroko saat melawan Perancis di babak semifinal Piala Dunia yang digelar di Qatar ini.
(TribunTernate.com/Rizki A.)