Pilpres 2024
Perbandingan Mahfud MD dan Cak Imin, Cawapres Sama-sama Orang NU, Pendukung Lebih Banyak Mana?
Mahfud MD dan Cak Imin yang merupakan sama-sama tokoh peting di Nahdlatul Ulama alias NU.
TRIBUNTERNATE.COM - Menjelang Pilpres 2024, dari tiga nama capres, sudah terpilih resmi dua nama cawapres, yakni Mahfud MD mendampingi Ganjar Pranowo dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mendampingi Anies Baswedan.
Hanya Prabowo Subianto yang belum mendaftarkan diri ke KPU dengan berbagai tokoh potensial seperti Erick Thohir, Gibran Rakabuming Raka, hingga Yusril Ihza Mahendra.
Ada yang menarik dari dua nama cawapres yang sudah ada, yakni Mahfud MD dan Cak Imin yang merupakan sama-sama tokoh peting di Nahdlatul Ulama alias NU.
Baca juga: Siapa Istri Mahfud MD Cawapres Ganjar, Zaizatun Nihayat Kenal saat Kuliah, Pekerjaan Guru SMA
Baca juga: Curhatan Mahfud MD Pakai Kemeja Putih Daftar Cawapres Ganjar: Ini Baju 5 Tahun Lalu yang Batal
Lalu, manakah cawapres yang bakal punya suara lebih banyak, apakah Mahfud MD atau Cak Imin?
Suara NU, khususnya di Jawa Timur begitu tinggi lantaran banyak pengikutnya.
Sedangkan potensi pemilih di Jawa Timur sekitar 16 persen dari total pemilih di Indonesia.
Dua Pilpres terakhir, Jokowi terpilih jadi presiden karena menang di Jawa Timur.
Tak heran, Anies Baswedan memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar jadi cawapres yang dikenal memiliki basis pemilih di Jawa Timur.
Kemudian Ganjar Pranowo juga memilih Mahfud MD yang juga pemilihnya mayoritas di Jawa Timur. (Baca data dan analisis pemilih di Jawa Timur di slide berikutnya).
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menyebutkan bahwa Mahfud MD lawan yang sebanding dengan Muhaimin Iskandar di Jawa Timur di Pilpres 2024.
"Antara Cak Imin dan Cak Mahfud, siapa yang lebih kuat magnetnya bagi nahdliyyin. Saya melihat Mahfud akan bisa melakukan penetrasi membelah kantong suara NU di Jawa Timur," kata Pangi dihubungi, Kamis (19/10/2023).
Menurut Pangi, Cak Imin mendapatkan lawan tanding yang sebanding yakni Mahfud MD.
"Dan yang jelas Cak Imin mendapat lawan tanding yang sebanding melawan Cak Mahfud," kata Pangi.
Pangi menilai itu artinya suara NU di Jawa Timur berpotensi split dan terbelah tidak solid untuk Cak Imin.
"Itu artinya suara NU di Jawa Timur berpotensi split ticket dan terbelah tidak solid signifikan ke Cak Imin. Menarik pemilu kali ini capres Jawa dan luar Jawa kurang mendapat highlight," tutupnya.
Mengapa Jawa Timur?
Jawa Timur dipilih karena memiliki potensi pemilih sekitar 16 persen dari total pemilih di Indonesia.
Jawa Timur juga disebut sebagai salah satu kunci pemenangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres).
Untuk itu, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang harus diperhitungkan.
Bagaimanapun kunci memenangkan Pemilu termasuk Pilpres 2024 adalah Pulau Jawa.
Jumlah pemilih di Jawa hampir separuh lebih dari total pemilih di seluruh wilayah Indonesia.
Pada Pilpres 2024 ini, daftar pemilih tetap atau DPT final yang akan mempunyai hak suara secara nasional yang dipublikasikan KPU sebanyak 204.807.222 orang.
Dimana 115.384.664 pemilih diantaranya berada di Pulau Jawa.
Rincian DPT di Pulau Jawa pada Pemilu 2024 mendatang:
- Jawa Barat : Total pemilih 35.714.901
- Jawa Timur : Total Pemilih 31.402.838
- Jawa Tengah : Total Pemilih 28.289.413
- Banten : Total pemilih 8.842.646
- DKI Jakarta: Total pemilih 8.252.897
- DI Yogyakarta :Total pemilih 2.881.969
Jika melihat data di atas maka Jawa Barat dan Jawa Timur merupakan dua wilayah dengan pemilih terbanyak di Indonesia.
Di kalangan politisi ada sebuah andekdot politik bahwa memenangkan suara di Jawa Timur bisa memenangkan Pilpres.
Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad mengatakan Jawa Timur akan menjadi wilayah pertarungan sengit untuk ketiga bakal capres-cawapres yang maju di Pilpres 2024.
Yaitu pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto yang hingga kini belum mengumumkan bakal cawapresnya.
“Sebenarnya pertarungannya mungkin yang disebut ketat itu mungkin di Jawa Timur, karena kalau kita lihat secara umum di Jawa Barat ini kan basisnya Prabowo Subianto, ya Anies juga cukup kuat di sana tapi ini tetap saja Pak Prabowo Subianto,” ucap Saidiman, Kamis (19/10/2023) dikutip dari Kompas.TV.
“Mengingat bahwa ini dua kali pemilu terakhir memang ini basisnya Pak Prabowo dan mengalahkan Joko Widodo dengan selisih suara yang cukup jauh di sana.”
Sementara Jawa Tengah, kata Saidiman, ini menjadi basis kekuatan Ganjar Pranowo atau pun PDI Perjuangan.
“Untuk Ganjar pranowo dia kuatnya di Jawa Tengah jadi kekalahan di Jawa Barat sejauh ini dikompensasi oleh kemenangan di Jawa Tengah yang juga selisih cukup jauh dari Prabowo Subianto pesaing terdekatnya,” kata Saidiman.
“Nah mungkin wilayah pertarungan sengitnya Jawa Timur, kita tahu bahwa dalam dua kali pemilu sebelumnya Jawa Timur itu pertarungannya sangat ketat tapi dimenangkan oleh Joko Widodo yang kemudian mengantarkan dia menjadi presiden.”
Maka itu, Saidiman memahami jika dalam beberapa kali Pilpres gabungan partai politik melakukan penetrasi ke Jawa Timur.
“Di Jawa Timur ini yang mungkin akan jadi pertarungan paling sengit dan tampaknya kalau kita lihat pilihan calon wakil presiden baik kepada Ganjar maupun Anies Baswedan memang terlihat bahwa ada upaya untuk kemudian melakukan penetrasi ke Jawa Timur yang lebih khusus,” ucap Saidiman.
Pengaruh Mahfud MD di Jawa Timur
Mahfud MD lahir di Sampang, Madura, pada 13 Mei 1957.
Ia kemudian mengenyam pendidikan dasar di madrasah di Pamekasan.
Dia putra asli Jawa Timur.
Menginjak remaja, Mahfud bertolak ke Yogyakarta untuk menjalani Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN).
Selepas itu, ia memutuskan menetap di kota pelajar untuk kuliah.
Mahfud mengambil dua jurusan, yakni jurusan Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) dan jurusan Sastra Arab Universitas Gajah Mada (UGM).
Di jejang pendidikan berikutnya, ia kemudian mendapatkan gelar master dan doktor di UGM.
Sejak 1984, Mahfud adalah dosen Guru Besar Fakultas Hukum UII. Sembari menjadi dosen, dia melanjutkan kuliah S2 dan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Mahfud lulus dari program pascasarjana bidang Ilmu Politik UGM pada tahun 1989 dan melanjutkan pendidikan S3 Ilmu Hukum UGM di tahun 1993.
Ia juga sempat menjadi rektor Universitas Islam Kadiri (Uniska) pada periode 2003-2006.
Mahfud kenyang pengalaman di lembaga yudikatif, legislatif, maupun eksekutif.
Pengalaman eksekutifnya yaitu, pada tahun 2000-2001, Mahfud pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Kerja Presiden Abdurrahman Wahid. Tahun 2001, ia ditunjuk Abdurahman Wahid sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Setelah menapaki karir sebagai menteri, Mahfud mencoba masuk ke dunia politik.
Awalnya, dia tergabung dalam Partai Amanat Nasional (PAN) dan kemudian pindah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mahfud terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2004-2008 untuk Fraksi PKB. Ia ditempatkan di Komisi III DPR RI.
Pada 2008, ia memasuki dunia yudikatif karena terpilih menjadi hakim konstitusi melalui jalur DPR dan terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi selama dua periode, 2008-2011 dan 2011-2013.
Mahfud juga tercatat sebagai Anggota Tim Konsultan Ahli pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN).
Selain itu, Mahfud tercatat juga pernah menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebelum ditunjuk menjadi Menko Polhukam di Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Di kabinet periode kedua Presiden Joko Widodo, Mahfud ditunjuk sebagai Menko Polhukam sebelum akhirnya dipinang PDI-P untuk menjadi bakal calon wakil Presiden Ganjar Pranowo.
Mahfud MD disebut-sebut memiliki pengaruh di kalangan pondok pesantren di Jawa Timur dan terutama kaum Gusdurian, pengikut Gus Dur.
Profil Muhaimin Iskandar
Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa dengan Cak Imin memiliki nama lengkap Abdul Muhaimin Iskandar.
Cak Imin lahir di Jombang pada 24 September 1966. Di tahun ini, Cak Imin akan genap berusia 57 tahun.
Cak Imin saat ini merupakan Ketua Umum PKB periode 2019-2024.
Dirinya pernah menempuh pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Jombang, lalu melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta.
Selanjutnya pada tahun 1985, ia melanjutkan pendidikan sarjana di FISIP UGM hingga lulus pada tahun 1991.
Untuk pendidikan pascasarjana, Cak Imin mengambil pendidikan bidang komunikasi di Universitas Indonesia (UI) dan mendapatkan gelar master pada tahun 2001.
Muhaimin pernah mengajar di Pondok Pesantren Denanyar Jombang tahun 1980-1983.
Kemudian saat masih kuliah, Cak Imin cukup aktif berorganisasi. Tercatat ia pernah menduduki sejumlah jabatan di PMII, yaitu sebagai:
Ia juga aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa pada tahun 1990, serta di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Selanjutnya ia juga pernah menjadi Kepala Litbang Tabloid Detik pada tahun 1993.
Muhaimin mulai terjun ke dunia politik saat bersama para seniornya mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dideklarasikan pada 23 Juli 1998.
Beberapa senior tersebut yakni sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama termasuk pamannya, yakni Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Adapun saat itu Cak Imin ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB.
Muhaimin kemudian terpilih menjadi Ketua umum PKB hasil Muktamar di Semarang, Jawa Tengah tahun 2005.
Tahun 2008 muncul konflik kepengurusan yang melibatkan Gus Dur dan Muhaimin.
Namun, keputusan Mahkamah Agung memenangkan Muhaimin. Hingga kini Muhaimin masih menjabat sebagai Ketua Umum PKB.
Cak Imin tercatat pernah menjadi Anggota DPR RI selama empat periode. Ia mulai karier politiknya di lembaga legislatif pada Pemilu 1999 dan menjabat hingga tahun 2004.
Pada periode berikutnya, Muhaimin terpilih lagi sebagai Anggota DPR RI dan dipilih sebagai Wakil Ketua DPR RI tahun 2004-2009.
Selanjutnya pada tahun 2004 ia juga kembali terpilih menjadi anggota DPR RI, namun kemudian diminta oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009–2014.
Pada Pemilu 2014, Muhaimin kemudian terpilih kembali sebagai Anggota DPR RI dan ditunjuk partainya untuk menjabat sebagai Wakil Ketua MPR.
Adapun saat ini Muhaimmin tercatat sebagai Wakil Ketua DPR Bidang Kesejahteraan Rakyat periode 2019-2024.
Penulis: Rahmat W. Nugraha/Hasan (Kompas.TV/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kuat Mana Mahfud MD atau Cak Imin di Jawa Timur? Ini Analisis Pengamat
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.