Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Ramadan dan Idul Fitri 2024

Ramadhan 2024: Ini 5 Ceramah Singkat Penuh Hikmah Pas Buat Kultum, Ada Tema Kisah Rasulullah SAW

Ada banyak tema yang bisa dibahas dalam ceramah kultum, misalnya keutamaan puasa Ramadhan, atau ibadah-ibadah sunnah lainnya.

TribunMakassar.com
ILUSTRASI Shalat tarawih di bulan Ramadhan 

TRIBUNTERNATE.COM - Simak lima contoh ceramah singkat yang cocok untuk dijadikan sebagai referensi kuliah tujuh menit (kultum) di bulan Ramadhan.

Bulan suci Ramadan 2024 (1445 Hijriah) akan tiba pada pertengahan bulan Maret 2024 mendatang.

Salah satu kebiasaan selama bulan Ramadan adalah adanya kultum setelah melaksanakan shalat berjemaah atau menjelang berbuka puasa.

Kultum juga bisa disampaikan setelah ibadah shalat tarawih.

Biasanya, kultum disampaikan oleh pendakwah, ustaz, tokoh masyarakat, atau bapak-bapak yang memiliki tanggung jawab untuk mengisi sesi tersebut.

Ada banyak tema yang bisa dibahas dalam ceramah kultum, misalnya keutamaan puasa Ramadhan, atau ibadah-ibadah sunnah lainnya.

Kultum juga biasanya berisi renungan untuk lebih bertakwa kepada Allah SWT.

Nah, sebagai referensi, Anda bisa menyimak lima contoh ceramah singkat untuk sebagai bahan kultum di bulan Ramadhan dalam artikel ini.

Anda bisa sedikit mengubahnya dengan menyelipkan humor atau kata-kata mendalam lainnya agar ceramah tentang puasa Ramadhan Anda bisa menjadi lebih berwarna.

1. Ceramah Singkat tentang Keistimewaan Puasa

Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding ibadah-ibadah pada umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah lainnya adalah hadits qudsi berikut,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ

Artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.”

Secara substansi hadits qudsi tersebut ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah puasa kepada Allah swt yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan lebih dibanding ibadah lainnya.

Dalam beberapa hal, penyandaran sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah yang memiliki nama lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi dibanding tempat-tempat lainnya.

Dari hadits tersebut, ada satu hal yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”. Kalau kita cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua ibadah itu akan dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya puasa yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya.

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki keistimewaan di sisi Allah swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di antaranya.

Pertama, puasa adalah ibadah yang tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Puasa merupakan ibadah yang bersifat abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang bisa membedakan antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak.

Berbeda dengan ibadah lainnya. Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang sedang shalat dengan yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat dengan gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan.

Antara orang yang sedang melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji memiliki gerakan yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang bukan. Meskipun puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa diungkapkan dengan ucapan. Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan puasanya, ia berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus dalam riya melalui gerakan atau pun ucapan.

Kedua, puasa mampu melumpuhkan setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai waktu magrib tiba.

Ketika makanan dan minuman tidak masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri akan terkendali. Sementara nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk menjerumuskan manusia dalam lembah maksiat.

Ketiga, pahala puasa lebih besar dibanding ibadah lainnya. Menurut Al-Qurtubi, setiap amal ibadah sudah ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700 kali, dan sampai yang Allah kehendaki.

Keempat, pahala melihat Allah SWT. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun.

Baca juga: Ramadhan 2024: Bolehkah Niat Puasa Dibaca Sekali untuk Sebulan Penuh? Ini Kata Ustaz Abdul Somad

Baca juga: 12 Ucapan Selamat Ramadhan Penuh Doa dalam Bahasa Inggris dan Artinya, Cocok Buat Story WhatsApp

ILUSTRASI - Ratusan jamaah dengan mengenakan masker menjalankan shalat tarawih berjamaah di Masjid Agung An Nur Batu Merah, Kecamatan Sirimau , Ambon, Kamis (23/4/2020)
ILUSTRASI - Ratusan jamaah dengan mengenakan masker menjalankan shalat tarawih berjamaah di Masjid Agung An Nur Batu Merah, Kecamatan Sirimau , Ambon, Kamis (23/4/2020) (KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY)

2. Ceramah tentang Ramadan Penuh Berkah

Saudara muslimku yang berbahagia, sesungguhnya kita mendapatkan rahmat dan berkat yang luar biasa dari Allah SWT, yang mana hingga pada hari ini, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kenikmatan ibadah di bulan suci ramadhan.

Berpuasa menjadi ibadah yang wajib untuk kita lakukan. Tujuan menjalankan puasa ramadhan yaitu untuk mendapat derajat taqwa di sisi Allah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 18).

Dari ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kewajiban berpuasa telah ada bahkan sejak zaman dahulu. Bahkan, puasa sudah dikenal bahkan sejak zaman Mesir Kuno dan bahkan meluas sampai ke Yunani hingga Romawi. Allah pun mengabarkan kepada umat Rasulullah, bahwa puasa hukumnya wajib. Ketika tahu bahwa puasa hukumnya wajib, maka hal ini akan terasa ringan dilaksanakan.

Bentuk ketaqwaan seorang muslim juga dapat dilihat dari caranya berpuasa. Pertama, orang yang berpuasa wajib meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah, entah itu makan, minum, jima’ dan lain-lain.

Kedua, orang berpuasa sebenarnya mampu melakukan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi. Akan tetapi, orang yang memahami hakikat bulan ramadhan tentu akan lebih memilih untuk memperbanyak amal ibadah dibanding melakukan sesuatu yang tidak berfaedah. Hal ini juga dapat menjadi latihan emosional sekaligus spiritual yang berguna untuk mengasah ketaqwaan.

Ketiga, orang yang berpuasa dan kuat imannya akan lebih sadar bahwa Allah SWT mengawasinya. Sehingga, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri untuk menahan hawa nafsu dan meninggalkan perkara yang membuat Allah murka.

Selain itu, berpuasa di bulan ramadhan juga dapat memberikan hikmah tersendiri bagi muslim yang taat menjalankannya. Hikmah tersebut yaitu:

Mendekatkan diri kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan hidup teratur, disiplin waktu, melatih rasa empati dan menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan bagi yang kaya dan miskin, melatih berakhlak mulia, dan melatih kecerdasan emosional.

3. Ceramah tentang Kisah Rasulullah

Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah SAW berkunjung ke rumah seorang wanita bernama Ummu 'Umarah. Begitu Rasulullah datang Ummu 'Umarah segera mempersilahkan beliau masuk. Tak lama kemudian, ia segera menghidangkan makanan untuk beliau.

Rasulullah sangat dikenal menghormati pemilik rumah. Ketika diberikan hidangan, beliau pun menyantapnya. Namun ketika beliau melihat pemilik rumah tidak ikut makan, beliau berkata "Makanlah, wahai Ummu 'Umarah!" Kemudian Ummu menjawab "Saya sedang berpuasa”. sangat senang mendengar salah satu kaumnya berpuasa. Kemudian beliau bersabda,

"Sesungguhnya orang yang berpuasa itu selalu didoakan oleh Malaikat. Terutama jika ada orang yang makan di tempatnya. Orang berpuasa itu akan didoakan hingga orang makan itu selesai menyantap makanannya”.

Dari apa yang telah dikatakan Rasulullah, Ummu 'Umarah sangat bersyukur. Ia secara langsung mendapatkan pelajaran tentang berpuasa dari Rasulullah SAW.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, ia mendapat pahala seperti seperti pahala orang yang berpuasa itu.Tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu”.

Tak hanya itu, perintah berpuasa juga difirmankan dalam Alquran oleh Allah SWT, Surat Al Baqarah.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa." (Q. S. Al Baqarah (2):183)

Ibadah puasa memang memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT. Di mana Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda sesuai kualitas puasa yang dilakukan oleh seorang hambaNya. Semakin tinggi kualitas puasanya, maka semakin banyak pula pahala yang didapatkannya. Artinya puasa yang dilakukannya, bukanlah satu aktivitas untuk menahan tidak makan dan minum belaka

Puasa merupakan peribadatan yang utama yang dicintai oleh Allah SWT dan Rasulullah. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. menyatakan sabda Rasulullah.

"Setiap anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Kecuali puasa, mama Aku akan membalas orang yang mengerjakannya karena dia telah meninggalkan keinginan bahwa nafsunya dan makannya karena Aku”. (Shahih, HR. Muslim).

Perlu dijadikan catatan penting bahwa berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus serta hal lain yang dapat membatalkannya. Orang yang berpuasa juga harus menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

4. Ceramah tentang Shalat Tiang Agama

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt., yang sudah memberi nikmat berupa kesehatan hingga hari ini. Tidak lupa selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw., serta keluarga, para sahabat, sampai kepada kita umatnya yang mudah-mudahan selalu taat mengikuti sunah-sunahnya.

Dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan satu hadis yang maknanya begitu mendalam mengenai salat. Isi hadis itu berbunyi:

"Salat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu." (Baihaqi)

Hadis di atas menggambarkan betapa pentingnya salat. Bahkan salat diibaratkan sebagai tiang atau fondasi agama.

Bayangkan saja bila rumah didirikan tanpa fondasi, apakah rumah itu bisa berdiri tegak? Tentu saja jawabannya tidak!

Pun demikian dengan agama Islam, jika kita tak mendirikan salat, roh Islam di dalam diri seorang Muslim akan mudah roboh. Bahkan dalam hadis lain, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:

"Yang pertama kali ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada salatnya. Jika salatnya baik, dia akan beruntung (dalam sebuah riwayat disebutkan dia akan berhasil). Dan jika salatnya rusak, dia akan gagal dan merugi." (Thabrani)

Maka artinya, salat merupakan ibadah wajib yang tak bisa kita tinggalkan begitu saja. Sebab ia adalah tiang agama dan merupakan amalan yang akan Allah Swt., hisab pertama kali di akhirat kelak.

Itulah kultum singkat tentang salat. Semoga ada manfaatnya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

5. Ceramah tentang Pengingat tentang Ajal

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul di tempat penuh barokah ini tanpa kekurangan suatu apa pun.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan ceramah singkat tentang kematian. Dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 185 telah dijelaskan bahwa kematian pasti akan menghampiri setiap manusia yang hidup di dunia.

Mengenai waktunya, tidak ada satu pun manusia yang tahu kapan ajalnya akan menjemput. Ingat Saudaraku, kehidupan ini hanyalah sementara. Kehidupan akhiratlah yang kekal.

Mulailah untuk banyak berbuat kebaikan dan amalan sebagai bekal di akhirat kelak karena tidak ada yang bisa menolong kita selain amal perbuatan kita sendiri. Allah Swt. telah menyiapkan surga bagi orang-orang yang gemar berbuat baik dan Allah Swt. akan memasukkan ke neraka bagi orang-orang yang lalai dalam kehidupannya di dunia.

Oleh karena itu, jangan sampai kita terlena dengan keadaan yang ada di dunia yang fana ini. Itu semua hanyalah bersifat sementara yang bisa diambil kapan pun oleh Allah. Demikianlah ceramah singkat tentang kematian dari saya.

Semoga bisa menjadi pengingat dan menambah ketaatan kita. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul 10 Ceramah Singkat tentang Puasa Ramadhan, Pas Banget Buat Kultum, Silakan Pilih Lalu Copy dan Edit

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved