Ini Kondisi Sekolah di Pedalaman Mappi Papua yang Ditulis dalam Surat Terbuka untuk Nadiem Makarim

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi anak-anak di Kampung Kaibusene, Mappi, Papua.

TRIBUNTERNATE.COM - Sebuah surat dari seorang guru di pedalaman Mappi Papua viral di media sosial. 

Surat terbuka yang ditulis Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) Kabupaten Mappi, Diana Cristiana Da Costa Ati, tersebut ditujukan untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. 

Dalam surat terbukanya, Diana memberi judul "Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah". 

Saat dihubungi Kompas.com, Diana pun membenarkan surat terbuka tersebut dia tulis untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, pada hari Kamis (7/11/2019) lalu. 

Dalam suratnya, Diana menceritakan begitu mirisnya kondisi gedung sekolah dan fasilitas bagi para siswa di pedalaman Mappi.

Diana menjelaskan, suatu ketika, ada seorang anak mencoba duduk namun bangku tersebut roboh seketika.

Diam-diam mereka sepakat untuk duduk di lantai. Saat hendak menulis di meja, mejanya bergoyang.

"Ibu guru kami takut meja patah, kata seorang murid. Tidak lagi peduli pada meja dan bangku. Kami semua duduk melantai sambil belajar menulis abjad," tutur Diana dalam suratnya itu.

Parahnya lagi, bangunan sekolah hanya ada 3 ruangan untuk 6 tingkatan kelas SD. Sehingga, dua kelas harus digabung dalam 1 ruangan.

"Anak-anak bercerita bila ada urusan di kabupaten, sekolah diliburkan dengan batas waktu yang tak tentu. Bila sudah mencapai seminggu lamanya, anak-anak berangkat ke hutan," kata Diana.

Medan yang sulit mencapai sekolah

Kondisi anak-anak di Kampung Kaibusene, Mappi, Papua.(IRSUL PANCA ADITRA)

Diana juga menjelaskan, hingga saat ini hanya ada dua tenaga pengajar yang ada di Mappi untuk mengajar sekitar 50 siswa.

Dua rekannya itu adalah anggota GPDT, Antonius Tampani dan Inda Rovitha Meyok.

Dirinya mulai ditugaskan ditugaskan di pedalamam Kabupaten Mappi, Papua, pada 3 Oktober 2018.

Diana menceritakan, setelah tiba di Mappi, dia kemudian bertolak ke Kampung Kaibusene, tempat dia bertugas, pada 16 November 2018.

Untuk mencapai kampung tersebut, dia harus bertolak dari Distrik Assue menggunakan perahu ketinting dengan waktu tempuh kurang lebih 9 jam.

"Kami beberapa kali bertemu rumpun tebu rawa yang menghalangi perjalanan yang cukup menguras tenaga untuk dilewati. Kami berhenti dan membersihkan jalan tertutup itu. Ada yang terbayarkan dari perjalanan itu. Banyak ikan gabus bermunculan, berlompatan di permukaan air. Udara yang menyegarkan pikiran sedikit membantu melupakan letih yang menjalar dalam tubuh," cerita Diana.

Berharap Menteri Nadiem turun tangan

Surat terbuka dari guru di pedalaman Mappi, Papua, untuk Mendikbud Nadiem Makarim(repro bidik layar Facebook/Diana Cristiana Dacosta Ati)

Dalam suratnya, Diana menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang guru yang hanya ingin memperhatikan nasib anak asuhnya.

Dirinya juga menjelaskan, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya untuk keperluan sekolah, seakan tidak tersentuh.
Bagaimana tidak, ruang kelas layaknya gudang harus ditempati untuk menuntut ilmu.

Tidak ada seragam, buku, pensil, meja dan bangku layak pakai. Anak-anak harus duduk di lantai, membungkuk untuk belajar menulis. Ada beberapa bangku namun sudah reyot.

Dirinya pun berharap Menteri Pendidikan Nadiem mendengarkan jeritan hati para siswa di pedalaman Mappi, Papua.

(Penulis: Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Aditra | Editor: Robertus Belarminus)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kondisi Sekolah di Papua, yang Ditulis dalam Surat untuk Mendikbud Nadiem"

Berita Terkini