TRIBUNTERNATE.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan sebuah peringatan bahwa pandemi Covid-19 tahun kedua diperkirakan akan menjadi jauh lebih mematikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini dinyatakan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat (14/5/2021) waktu setempat.
"Keadaan kita saat ini berada di jalur yang mana tahun kedua pandemi ini terlihat akan menjadi jauh lebih mematikan daripada yang pertama," kata Ghebreyesus dikutip dari India Today.
Pengumuman dari WHO itu dinyatakan bersamaan dengan Jepang yang mengumumkan perpanjangan keadaan darurat nasional di tengah meningkatnya desakan agar Olimpiade Tokyo 2021 dibatalkan.
Suasana juga menjadi mencekam di Jepang di mana keadaan darurat virus corona terjadi di tiga wilayah lain hanya 10 minggu sebelum Olimpiade Tokyo 2021 dijadwalkan akan berlangsung.
Masyarakat Jepang yang ikut mengajukan sebuah petisi, dan lebih dari 350.000 tanda tangan yang menyerukan agar Olimpiade Tokyo 2021 dibatalkan.
Menurut penghitungan data resmi AFP, pandemi Covid-19 telah menewaskan sedikitnya 3.346.813 orang di seluruh dunia sejak virus pertama kali muncul pada akhir 2019.
Baca juga: Terinfeksi Covid-19, Dua Pria di India Bunuh Diri, Salah Satunya Terjun dari Lantai 6 Rumah Sakit
Baca juga: Kisah Petugas di TPU Cikadut Makamkan Jenazah Pasien Covid-19 Diiringi Takbiran Malam Lebaran
Di Eropa, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa masuknya varian B1.617.2, salah satu yang diyakini mendorong lonjakan pandemi di India, dapat menunda pembukaan kembali aktivitas masyarakat dan ekonomi.
"Varian baru ini bisa menimbulkan gangguan serius bagi kemajuan kami," kata Johnson.
Kementerian kesehatan Inggris telah melacak keberadaan varian tersebut di barat laut Inggris dan di London.
Jerman telah menambahkan Inggris kembali sebagai daftar "daerah berisiko" yang membutuhkan pemeriksaan ekstra untuk turis yang masuk.
Yunani memulai musim pariwisatanya pada hari Jumat (14/5/2021) lalu, dan berharap untuk membalikkan keadaan menyedihkan musim panas tahun lalu.
"Saya berharap bisa melupakan Covid menyebalkan ini," kata Jil Wirries, seorang siswa berusia 28 tahun dari Hanover, Jerman yang datang berkunjung di Yunani.
"Semuanya buruk di Jerman. Orang-orang tertekan. Saya sangat senang berada di sini," lanjutnya.
Sementara itu, di Prancis dan Spanyol juga meluncurkan kampanye pembukaan pariwisata minggu ini.
Di Amerika Serikat suasana membingungkan terjadi.
Banyak masyarakat yang merasa kebingungan sehari setelah badan kesehatan tertinggi setempat (CDC) mengizinkan orang yang divaksinasi penuh untuk tidak menggunakan masker.
Pengumuman CDC tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menerapkannya.
Utamanya adalah bagaimana kita mengetahui jika seseorang telah divaksinasi penuh?
Beberapa negara bagian di AS tidak pernah mewajibkan penggunaan masker sejak awal.
Sementara itu, beberapa negara bagian lainnya telah memerintahkan untuk mengizinkan tidak menggunakan masker sebelum ada pengumuman baru dari CDC tersebut.
Beberapa negara bagian lainnya juga masih meninjau gagasan itu, tetapi ada pula negara bagian seperti Maryland dan Virginia bergegas untuk mengimplementasikan pengumuman CDC itu.
Baca juga: Puluhan Jasad Diduga Covid-19 Mengapung di Sungai Gangga, Pakar Khawatir Air Sungai Terkontaminasi
Baca juga: CDC Amerika Serikat Izinkan Orang yang Sudah Divaksin Penuh untuk Tidak Pakai Masker
Perusahaan besar juga mempertimbangkan pilihan mereka.
Raksasa ritel Walmart termasuk di antara perusahaan yang mengatakan akan mencabut peraturan wajib mengenakan masker untuk staf dan pelanggan yang divaksinasi penuh.
Mesi demikian, United Food and Commercial Workers, sebuah serikat yang mewakili 1,3 juta orang AS, menentang dengan tegas.
"Pekerja esensial masih dipaksa untuk berperan sebagai polisi masker untuk pembeli yang belum divaksinasi dan menolak untuk mengikuti langkah-langkah keamanan COVID setempat. Apakah mereka sekarang seharusnya menjadi polisi vaksinasi?" kata salah satu perwakilan pihak United Food and Commercials Workers.
WHO juga mengatakan bahwa meskipun seseorang telah divaksinasi harus tetap memakai masker di daerah tempat virus menyebar.
"Vaksinasi saja bukanlah jaminan melawan infeksi atau kemampuan menularkan infeksi itu kepada orang lain," kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.
Lebih dari 580.000 orang telah meninggal di AS karena Covid-19.
Tetapi hampir 60 persen orang dewasa AS sekarang telah menerima satu atau dua dosis.
Sementara itu, kasus positif Covid-19 juga dilaporkan menurun dengan cepat, dan anak-anak juga sedang dalam proses divaksinasi.
WHO, bagaimanapun, mendesak negara-negara kaya untuk berhenti memvaksinasi anak-anak dan memerintahkan untuk menyumbangkan dosis vaksin mereka ke negara-negara yang lebih miskin.
"Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja, tetapi sekarang saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali dan sebagai gantinya menyumbangkan vaksin ke Covax," kata kepala WHO Tedros, merujuk pada skema pembagian vaksin global yang tidak merata.
(TribunTernate.com/Qonitah)