TRIBUNTERNATE.COM - Otoritas Manajemen Bencana Delhi (DDMA), pada Selasa (28/12/2021), mengumumkan aturan pembatasan baru untuk menekan penyebaran Covid-19 di India.
Aturan baru ini diberlakukan sebagai bagian dari kewaspadaan atas "lampu kuning" yang diberlakukan di Ibu Kota menyusul meningkatnya kasus Covid-19 di Delhi.
Diketahui dalam sehari, Delhi telah mencatatkan lonjakan kasus harian tertinggi selama hampir enam bulan tanpa peningkatan.
"Lampu kuning" sendiri mulai diberlakukan saat positivity rate selama dua hari berturut-turut naik menjadi di atas 0,5 persen.
Melansir Hindustan Times, jumlah kumulatif kasus harian Covid-19 selama tujuh hari di Delhi diketahui telah melampaui 1.500 kasus.
Untuk itu, otoritas setempat kembali membatasi pergerakan manusia di Delhi dengan mengeluarkan aturan baru.
Berikut sederet aturan pembatasan baru yang diberlakukan di Delhi, India:
1. Semua sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan akan tetap ditutup.
2. Bioskop dan gym akan ditutup.
3. Kapasitas pengunjung restoran dan bar akan dibatasi sebanyak 50 persen dan maksimal buka sampai pukul 10.00 malam.
Baca juga: Kasus Pertama Transmisi Lokal Omicron Terdeteksi, Pasien Tak Miliki Riwayat Bepergian ke Luar Negeri
Baca juga: Satu Pasien Omicron Lolos Karantina Wisma Atlet, Luhut: Tidak Ada Lagi Permintaan Dispensasi
4. Layanan pesan antar online akan tetap berjalan seperti biasa.
5. Jam malam diberlakukan, yakni mulai pukul 10.00 malam hingga 05.00 pagi.
6. Mal dan toko akan buka secara ganjil-genap antara pukul 10.00 pagi hingga 08.00 malam.
7. Toko usaha kecil menengah diizinkan untuk tetap buka tanpa adanya aturan ganjil-genap.
8. Spa, salon, dan barbershop akan beroperasi secara normal.
9. Delhi Metro dan bus umum akan beroperasi dengan kapasitas 50 persen tempat duuk tanpa penumpang yang berdiri.
10. Semua pertemuan besar, seperti pertemuan politik, sosial, dan agama, akan terus dilarang selama masa pandemi Covid-19.
Khawatir Varian Omicron, Warga India Mulai Panik Minta Vaksin Booster
Di tengah penyebaran kasus Covid-19 varian omicron, permintaan untuk suntikan booster vaksin Covid-19 di India semakin meningkat.
Hal ini dipicu oleh kekhawatiran kekebalan yang dihasilkan oleh vaksinasi sebelumnya tidak akan cukup untuk mencegah gelombang potensial Covid-19 yang disebabkan oleh penyebaran varian Omicron di negara tersebut.
Asosiasi Medis India (IMA), badan profesional medis tertinggi di negara itu, mendesak pemerintah untuk mulai memberikan dosis tambahan kepada pekerja garis depan serta individu dengan gangguan kekebalan untuk membantu meningkatkan kekebalan mereka.
Presiden IMA J. A. Jayalal mengatakan kepada The Straits Times bahwa dokter dan pekerja garis depan lainnya berisiko terkena viral load dalam jumlah besar jika jumlah pasien meningkat dalam lonjakan yang dipicu oleh Omicron.
"Dalam situasi seperti itu, Anda perlu meningkatkan kekebalan Anda dengan memasukkan lebih banyak antibodi (melalui) dosis penguat," katanya, seraya menambahkan bahwa orang dengan gangguan kekebalan juga membutuhkan dosis tambahan vaksin Covid-19.
Menurut IMA lebih dari 2.000 dokter telah meninggal saat bertugas selama pandemi.
"Itu adalah pengalaman yang pahit, kami tidak ingin itu terjadi lagi," kata Dr Jayalal.
Baca juga: Pelaku Perjalanan dari Turki Sumbang 6 Kasus Omicron di Indonesia, Kemenkes Minta Rakyat Waspada
Baca juga: Studi Tunjukkan Risiko Rawat Inap Kasus Infeksi Varian Omicron Lebih Ringan daripada Delta
Permintaann untuk dosis ketiga telah berkembang di India dari berbagai tempat, termasuk dokter, ahli virologi, politisi oposisi dan organisasi industri, dengan munculnya varian Omicron, yang diyakini lebih menular daripada Delta.
Sebuah konsorsium laboratorium sekuensing genomik India yang bertanggung jawab untuk melacak evolusi Sars-CoV-2 menyatakan bahwa pihak berwenang dapat mempertimbangkan dosis penguat untuk mereka yang berusia lebih dari 40 tahun.
Hal ini karena tingkat antibodi penetralisir yang rendah dari vaksin saat ini adalah tidak mungkin cukup untuk menetralisir Omicron, meskipun risiko gejala berat masih mungkin berkurang.
India telah melaporkan setidaknya 23 kasus Omicron yang dikonfirmasi.
Kasus tersebut ditemukan di negara bagian termasuk Maharashtra, Rajasthan, Delhi, Gujarat dan Karnataka.
Sementara itu, rapat panel pemerintah India untuk membahas pemberian dosis booster berakhir tanpa keputusan.
Untuk saat ini, pemerintah tetap fokus pada vaksinasi yang belum divaksinasi sama sekali, dan yang belum menerima dosis kedua.
"Saat ini, mari kita perjelas, prioritas kami sangat jelas, selesaikan tugas memvaksinasi semua orang dewasa dengan kedua dosis," kata Dr VK Paul, seorang pejabat senior pemerintah India.
India saat ini telah memvaksinasi sekitar 50 persen dari populasi yang memenuhi syarat dengan dosis penuh.
Sementara itu, lebih dari 85 persen telah menerima setidaknya satu dosis.
(TribunTernate.com/Ron/Qonitah)