TRIBUNTERNATE.COM - Hampir tiga tahun berlalu, pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 belum sepenuhnya tuntas.
Bahkan, seiring waktu muncul berbagai varian dan subvarian virus corona.
Terbaru, ada virus corona subvarian Omicron XBB.1.5 yang saat ini tengah mendominasi secara global.
Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman mengatakan, subvarian Omicron XBB.1.5 lebih cepat menginfeksi dan bertahan lebih lama..
"Data epidemiologi dari Amerika, pertumbuhan subvarian XBB.1.5, 12 persen lebih cepat dibandingkan subvarian sebelumnya," ungkap Dicky kepada Tribunnews, Kamis (26/1/2023).
Subvarian XBB.1.5 muncul dari XBB yang merupakan kombinasi varian BA210.1 dan BA2.75, serta pertama kali terdeteksi di Amerika.
Menurut Dicky, subvarian XBB.1.5 memiliki banyak potensi masalah, misalnya, memiliki kemampuan lebih efektif dalam menginfeksi.
Walau reseptor subvarian XBB.1.5 terbilang sedikit di sel, ia masih bisa menempel secara efektif.
Karakter inilah yang membuatnya lebih mudah menginfeksi dan bisa bertahan lama.
"Dan sebetulnya penamaan Kraken ini nggak resmi, ini penamaan di media sosial, di beberapa ilmuwan. Nah, jadi yang nama resmi tetap XBB.1.5," kata Dicky menambahkan.
Baca juga: Sentil Maraknya Kasus KDRT, Gus Miftah: Mukul Istri Kok Ngaku Imam, Nggak Bisa Dong!
Baca juga: KDRT Ferry Irawan pada Venna Melinda, Athalla Naufal: Sudah Dianggap Bapak Sendiri, Malah Begini
Baca juga: Kisah Hanna, TKW yang Selamat dari Pembunuhan Berantai Wowon cs berkat Hujan Deras
Baca juga: DPRD Temukan Hutang Pemerintah Daerah Halmahera Utara Tahun 2022 Sebesar Rp 103 Miliar
Saat terinfeksi subvarian Omicron XBB.1.5, gejalanya relatif tidak jauh berbeda dengan varian atau sub varian sebelumnya.
Gejala yang ditunjukkan seperti demam tinggi, batuk menetap, dan pada beberapa kasus masih terdeteksi hilang pembauan.
Kemudian, ada pula gejala lain seperti sesak nafas pendek, kelelahan, dan nyeri tenggorokan.
Selain itu, Dicky mengungkapkan, walau gejala terbilang ringan, infeksinya masih bisa berakibat fatal pada kelompok berisiko.
Misalnya, orang yang belum melakukan vaksinasi Covid-19, terutama orang lanjut usia, komorbid, atau anak dan ibu hamil yang belum divaksin atau mendapat vaksin booster.