TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE-- Penataan parkir di sudut Kota Ternate, Maluku Utara masih menjadi perhatian publik.
Pasalnya, keluhan warga terus datang. Warga menilai parkir liar sangat meresahkan.
Rusli (34) salah satu pengunjung di pasar Higienis saat ditemui Tribunternate.com belum lama ini menyebutkan, di area pasar higienis, juga ada yang menagih uang parkir namun tidak berseragam.
Baca juga: Cegah Sakit Sejak Dini, 110 Lansia di Ternate Ikut Fisioterapi
"Dan saya merasa rugi karena orang-orang yang kita tidak tahu dari mana kemudian meminta uang parkir. Artinya, uang itu sudah jelas tidak masuk di kantong daerah, melainkan masuk di pribadinya dia."
"Walaupun hanya Rp2000, tapi jika dikalikan selama satu minggu kan banyak juga. Nah kalau uang yang ditagih itu banyak, tapi tidak masuk di daerah, tentu akan berimbas pada kita juga," kata dia.
Dimana, kata dia, uang hasil pungut tak pernah masuk di daerah, kemudian PAD tak selalu mencapai target sehingga berimbas pada fasilitas publik yang tidak kunjung diperbaiki
"Karena bagaimana mau diperbaiki, sementara PAD saja tidak pernah mencapai target. Bagaimana mau mencapai target, sementara para pemarkir liar ini yang tak pernah menyumbang PAD ini masih marak terjadi," imbuhnya.
Bahkan, lanjut Rusli, bukan hanya di pasar, tapi terjadi di sudut kota lainnya, seperti di taman Nukila.
"Jujur, saya tidak nyaman, meskipun para pemarkir liar ini meminta dengan suka rela dengan alasan hanya mencari sedikit uang untuk kebutuhan hidup, tapi kan cukup disayangkan, coba kalau uangnya masuk di PAD, kemudian digunakan untuk membangun area parkir. Justru itu lebih bermanfaat."
"Karena banyak parkir liar yang menggunakan bahu jalan, dimana disebabkan karena pemanfaatan PAD yang kekeliru. Masa, mau memungut retribusi, tapi menggunakan bahu jalan, yang justru mengganggu lalu lintas," tuturnya.
Sehingga, ia berharap, OPD terkait segera menertibkan para pemarkir liar yang ada, agar tak ada satupun fasilitas atau jalan umum yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
"Yang mana, tujuannya, uang parkir yang kita kasih itu jelas masuknya ke PAD, bukan ke kantong pribadi," tandasnya.
Selain pengunjung, masalah juru parkir nakal ini juga ternyata berdampak langsung pada menurunnya jumlah pengunjung yang pada akhirnya merugikan para pedagang.
Itu disampaikan Rahmi (54), salah satu pedagang baju di pasar Gamalama,Ternate.
Ia menyebut bahwa permasalahan ini bukan kali pertama terjadi, namun berulangkali.
Menurut dia, kondisi tersebut menimbulkan dampak signifikan bagi pelaku usaha di pasar Gamalama, yaitu penurunan jumlah pengunjung.
"Tentunya sangat berdampak terutama bagi para pedagang, karena jumlah pengunjung menurun."
"Padahal kalau mau masuk di dalam area pasar, itu sudah ditagih oleh petugas melalui pintu masuk dari arah barat, selatan, timur, dan utara."
"Tapi saat parkir di dalam, ada orang-orang sini dengan modus tutup jok motor lalu meminta uang parkir, padahal para pengunjung ini tidak minta juga," tambahnya.
Tak hanya warga dan pedagang, masalah ini pun tengah menjadi sorotan di lingkup DPRD Kota Ternate.
"Masalah ini sudah lama sebenarnya, namun karena terus dibiarkan, makanya para oknum ini terus berulah" Kata Nurjaya Hi Ibrahim, Anggota DPRD fraksi Gerindra saat dikonfirmasi. Senin, (30/6)
Bahkan, kata Nurjaya, bukan hanya soal pemarkir liar, malainkan soal seberapa jauh potensi PAD di Kota Ternate juga belum diketahui.
Sehingga, ia meminta Pemkot Ternate segera bekerjasama dengan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut
Dengan menyarankan, agar persoalan ini segera diselesaikan melalui kerja sama sama dengan pihak lain, seperti Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atau BPN
Karena, bagi Nurjaya, perihal tersebut akan membantu berapa besar potensi pajak atau retribusi yang akan diterima Daerah
"Ini kan banyak parkir yang gratis nih, dimana para pemarkir liar ini ada di mana-mana, dan itu bukan hanya di pasar, melainkan di sudut kota lainnya itu banyak."
"Maka, ini kalau kita pungut, luar biasa pendapatannya, mulai dari pengelolaan retribusi pasar, parkir pasar, pelabuhan, kemudian fasilitas publik lainnya seperti di taman-taman," sebutnya.
Dia bilang, alasan mengapa harus bekerja sama dengan pihak Bank dan sebagainya, agar pembayaran pajak maupun retribusi sudah tidak cash, melainkan menggunakan qris.
"Karena di Kota ini banyak potensi yang kita Galih, banyak tempat yang digunakan oknum-oknum untuk meraup keuntungan pribadi. Coba kalau ada petugasnya, kemudian penagihan melalui qris, PAD tak bocor, pemasukan bertambah. Dan tentunya warga merasa nyaman, karena uang yang warga kasih, setelah terkumpul digunakan untuk membangun fasilitas publik," tambahnya.
Sementara Kabid Lalu Lintas dan Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) Ternate, Fachrul Rozy, menyebutkan bahwa juru parkir resmi dari Dishub, seperti petugas parkir tepi jalan umum berjumlah 36 orang.
Sementara, petugas parkir pada tempat khusus parkir berjumlah 24 orang.
Baca juga: Kini Jabat Direktur Reskrimsus Polda Malut, Segini Kekayaan Kombes Pol Edy Wahyu Susilo
Kemudian, tarif resmi parkir sesuai dengan Perda No 14 tahun 2023, di Kota Ternate Roda du Rp2.000, roda empat Rp5.000, roda enam Rp8.000, lebih dari roda enam Rp10.000.
Lanjut dia, untuk estimasi kerugian parkir liar belum pernah dilakukan perhitungan secara resmi oleh Dishub Ternate. Kemudian, evaluasi parkir dikawasan pasar dilakukan setiap hari.
"Sampai saat ini belum ada masyarakat yang datang ke kantor untuk keluhkan. Sanksi untuk parkir liar kita serahkan ke Satpol PP karena fungsi penindakan bukan domainnya atau tugas dari Dishub," tandasnya. (*)