Sri Mulyani Curcol Sering Sakit Perut Dengar Janji-janji Kampanye Jokowi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku memiliki kesan tersendiri selama masa kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden April 2019 lalu.
TRIBUNTERNATE.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku memiliki kesan tersendiri selama masa kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden April 2019 lalu.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku kerap merasa resah lantaran masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden kala itu terus memberikan janji-janji yang sensitif terhadap kondisi keuangan negara.
"But that's the beauty of election. Nanti pihak mana menjanjikan apa, gratis apa, yang lain juga enggak mau kalah, menggratiskan yang lainnya. Saya jadi sering sakit perut," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Kekhawatiran Sri Mulyani pun terwujud usai Pemilu. Dia mengatakan, banyak tagihan yang harus dia anggarkan dalam APBN akibat janji-janji kampanye Presiden Joko Widodo.
"Ini iya saya curcol. Itu waktu selesai election, bill-nya datenglah itu drrrrttt banyak banget. Dan itu harus reflecting dalam APBN," ujar dia.
Salah satu janji kampanye Jokowi yang paling membuat Sri Mulyani was-was adalah Kartu Pra Kerja. Sebab Jokowi memberikan janji untuk memberikan kartu pra kerja kepada kepada 2 juta penduduk dengan alokasi anggaran Rp 10 triliun.
• Sri Mulyani Ngaku Dipermalukan Bos Bank Dunia Gara-gara Ini, Indonesia Berada di Peringkat Teratas
Padahal, Sri Mulyani mengaku tak memiliki perhitungan untuk mengalokasikan program tersebut ke dalam anggaran.
"Salah satu yang di-promise Presiden kala itu kartu pra kerja Rp 10 triliun. Ini saya tanya 'Pak ini gimana caranya?' kemudian Pak Presiden bilang 'Udah dipikirin nanti saja. Pokoknya kampanye dulu," jelas dia.
Untuk itulah, Sri Mulyani segara melakukan perhitungan dalam proses realisasi program tersebut. Dan proses yang dibutuhkan menjadi lebih singkat karena bantuan teknologi.
“Cepet cari supply demand-nya, untungnya crowdsourcing untuk ide itu cepat,” ujar dia.

Sri Mulyani Dipermalukan Bos Bank Dunia
Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati mengaku sempat dipermalukan oleh Presiden Bank Dunia masa jabatan 2012-2019 Jin Young Kim.
Sri Mulyani yang kala itu tengah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia disentil oleh Kim akibat prevalensi balita stunting di Indonesia yang sangat tinggi kala itu. Posisi Indonesia kala itu sama dengan Ethiopia, yaitu sebesar 37,8 persen.
"Kala itu Presiden Kim bilang, Indonesia berada dalam peringkat teratas di dunia terkait dengan stunting. Saya bilang apa itu stunting? Itu saya baru dua tahun di World Bank, saya baru di wake up bahwa Indonesia punya persoalan stunting. Bahkan waktu itu mencapai 38 persen," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
"Saya dipermalukan terus sama Chief Kim. Kata dia, 'You have to do something for your country'," ujar dia.
• Tak Hanya Jokowi, Sri Mulyani Siap Dukung Prabowo Subianto untuk Belanja Penguatan Alusista TNI
Stunting merupakan masalah kesehatan yang saat ini tengah dihadapi Indonesia.
Stunting terjadi akibat anak mengalami kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Tak hanya itu stunting juga membuat seorang anak terganggu perkembangan otaknya, dan bakal berpengaruh terhadap kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif.
Mengetahui hal tersebut, Sri Mulyani pun menyampaikan informasi mengenai stunting itu kepada Jusuf Kalla, Wakil Presiden kala itu.
"Dan Pak Jusuf Kalla kemudian aware, dan di debat (Pemilu Presiden dan Wapres) kemarin semua ngomong stunting. That's achievement," ujar dia.
• Demi Negara, Sri Mulyani Tak Gentar Sita Uang Rp 1,2 Triliun dari Anak Mantan Presiden
Sejak saat itu, persoalan stunting menjadi salah satu fokus utama pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Perempuan yang akrab disapa Ani tersebut mengatakan, untuk bisa menyelesaikan masalah stunting tak bisa hanya mengandalkan satu kementerian, tetapi beberapa kementerian terkait hingga lingkup pemerintah daerah.
"Ini strategi pemerintah. Ayo kita lakukan keroyokan. Program untuk menurunkan stunting ditargetkan 100 kabupaten dulu, Kementerian Keuangan dan Bappenas (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas) make sure semua kementerian yang relevan terlibat dalam penyelesaian stunting," jelas Ani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Saat Sri Mulyani Curcol Sering Sakit Perut karena Janji-janji Jokowi Kala Kampanye... dan Sri Mulyani Mengaku Dipermalukan Bos Bank Dunia gara-gara Hal ini