Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Rekam Jejak Tati Sumirah: Berprestasi di Dunia Bulu Tangkis hingga Hidup Sederhana Jadi Kasir Apotek

Prestasi Tati Sumirah patut dibanggakan saat memperkuat tim Indonesia pada putaran final Piala Uber 1975.

Editor: Sansul Sardi
TRIBUNNEWS.com
Mantan pebulu tangkis Indonesia, Tati Sumirah. 

Dikutip Wartakotalive.com dari racketbadminton.blogspot, ada sekelumit cerita soal Tati Sumirah.

Tati Sumirah mantan pemain bulutangkis yang pernah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional saat menjadi anggota tim peraih piala Uber untuk pertama kalinya kini hidupnya masih memprihatinkan.

Meski sudah mendapatkan pekerjaan berkat kebaikan maestro bulutangkis Rudy Hartono, namun ia masih menumpang tinggal dirumah saudaranya.

Pada era tahun 70 an namaku begitu dikenal masyarakat, terutama bagi para penggemar olahraga bulutangkis.

Betapa tidak aku adalah salah satu anggota tim yang berhasil meraih Piala Uber untuk yang pertama kalinya. Ketika pulang ke tanah air membawa piala kebanggaan, kami disambut sangat meriah.

Sepertinya semua orang menganggap kami pahlawan yang pulang dari medan pertempuran. Bahkan berhari - hari semua media massa masih memberitakan keberhasilan kami.

Ucapan selamat datang dari mana - mana, keluarga, teman - teman, kolega, warga masyarakat hingga para pejabat.

Namun itu semua tinggal kenangan, masa - masa itu begitu manis dan indah bagiku untuk selalu dikenang.

Tahun demi tahun ketika tenagaku sudah tidak lagi kuat dan bisa meraih prestasi kehidupanku juga berangsur-angsur surut. Aku tidak lagi menghasilkan uang dari ayunan raket.

Setelah tidak lagi menjadi pemain nasional pada tahun 82, Aku sempat menjadi pelatih di club-club bulutangkis dikawasan Kelapa Gading.

Lumayan untuk kehidupanku sehari-hari, namun akhirnya Aku berhenti karena jumlah anak didik mulai berkurang.

Kemudian Aku bekerja disebuah apotik dikawasan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Sudah lama memang Aku dekat dengan pemilik apotik itu bahkan sebelum Aku berhenti bermain bulutangkis, Aku sudah ditawari untuk bekerja di apotiknya. Mulai saat itu Aku menjalani kehidupan sebagai seorang karyawati.

Roda kehidupanku juga hanya bergantung dengan gaji yang Aku terima. Saat itu Aku juga kehilangan kontak dengan teman - teman seperjuangan. Kehidupanku benar - benar sudah jauh dengan bulutangkis yang telah membesarkanku dan membuat Aku dikenal banyak orang.

Iya... semua itu karena ekonomiku memang tidak memungkinkan Aku melakukan semua yang Aku mau.

Bahkan ketika ada teman seperjuangan meninggal pada tahun 2003, Aku justru tahu dari tayangan televisi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved