Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Diduga Akibat Wabah Virus Demam Babi Afrika, 7.500 Babi Mati di Sipora Mentawai

Ribuan hewan ternak Babi di Pulau Sipora, Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan mati.

TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Ilustrasi - Seorang petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo menyemprotkan dessinfektan ke ternak babi di Desa Mulawari, Kecamatan Tigapanah, Kabupetan Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sedikitnya ada 4.682 babi mati yang diduga akibat wabah virus Hog Cholera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di Sumatera Utara. 

Menurut dia, kalau sudah terserang di suatu wilayah untuk mengantisipasi penyebarannya memang harus dibasmi.

Dia mengaku pihaknya sudah memberi tahu kepada masyarakat, bahwa yang menyerang ternak (babi) itu bentuk virus yang ditandai dengan gejala demam.

"Kami menyimpulkan ternak mati karena virus ASF dari hasil laboratorium veteriner dari rumah sakit hewan di Sumbar."

"Veteriner Bukittinggi sudah turun sekitar Februari lalu maupun dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi. Mereka mengambil sampel dan menyelidiki, setelah diselidiki positif ASF," ujar Hatisama Hura.

Hatisama Hura mengungkapkan kematian babi dalam kurun waktu yang singkat baru kali ini terjadi.

Dia mengatakan, memang ada penyakit-penyakit yang sifatnya Septicaemia Epizootica (SE), demam juga ada keluar darah tapi tak se menyebar kali ini.

"Kali ini mati semua meski tidak sekaligus matinya, namun proses penularannya berjalan," ucap Hatisama Hura.

Hatisama Hura mengatakan, rata-rata masyarakat (Sipora) beternak dua hingga 20 ekor babi karena mereka membaca peluang ekonomi di daerah tersebut.

Di samping digunakan untuk kebutuhan budaya di Mentawai yakni setiap pesta syukuran, babi juga dipakai untuk warga non muslim.

"Itu sangat memberikan peluang untuk perekonomian mereka dan untuk diperjual belikan," tuturnya.

Sejauh ini, lanjut Hatisama Hura belumlah ada vaksin yang dapat mencegah penularan virus tersebut.

ILUSTRASI: Peta Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumbar
ILUSTRASI: Peta Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumbar (BMKG)

Pihaknya menindaklanjuti antara lain peningkatan daya tahan tubuh babi dan menyuntik dengan vitamin.

"Kami sudah lakukan memang mati juga pada akhirnya karena memang belum ada yang pas obatnya," terang Hatisama Hura.

Hatisama Hura memastikan walaupun ASF berbahaya bagi babi, namun ia menegaskan bahwa penyakit ini tidak dapat ditularkan dari hewan ke manusia (bukan bersifat zoonosis).

Misalnya imbuh Hatisama Hura ada seekor babi terserang virus ASF tapi belum mati.

Halaman
123
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved