Virus Corona
Peneliti Ungkap Alasan Mengapa Tak Semua Batuk adalah Gejala Infeksi Corona
Gejala umum Covid-19 meliputi batuk, demam, dan kelelahan, serta beberapa gejala lebih serius seperti sesak napas dan diare.
TRIBUNTERNATE.COM - Gejala infeksi virus corona atau covid-19 selalu menjadi perhatian masyarakat sebagai antisipasi mendeteksi diri.
Seperti diketahui, gejala umum yang terjadi meliputi batuk, demam, dan kelelahan, serta beberapa gejala lebih serius seperti sesak napas dan diare.
Namun, menurut penelitian terbaru dan beberapa kesaksian pasien, sebagian kecil kasus Covid-19 juga meliputi batuk darah.
Mengutip laman Health, Senator AS, Amy Klobuchar baru-baru ini mengatakan suaminya, John Klobuchar, mengalami gejala menakutkan setelah ia didiagnosis menderita Covid-19.
"John mulai merasa sakit, dan seperti banyak orang lain, dia mengira itu hanya flu," tulis Klobuchar dalam sebuah unggahan di Medium pada 23 Maret.
"Dia terus bersuhu tinggi dan kondisinya terlihat buruk, batuk parah, dan ketika dia mulai batuk darah, dia mengikuti tes dan rontgen dada lalu mereka memeriksanya di rumah sakit di Virginia."
Pasien Covid-19 lainnya, Tarek Soliman (29), mengungkapkan ia juga mengalami gejala serupa dalam wawancara dengan Today.
"Demam hilang pada hari ketujuh atau kedelapan, tetapi saat itu, virus telah menyebar ke paru-paru saya, dan saya mulai mengembangkan pneumonia," kata Soliman.
"Ada cairan di paru-paru saya, dan saya batuk darah."
• Gegara Satpam Positif Corona Mudik & Bagi Nasi di Masa Isolasi, Warga Kampung Ini Bakal Rapid Test
• Diperbolehkan Pulang dari Rumah Sakit, Menhub Budi Karya Harus Isolasi Mandiri Selama 14 Hari
Penelitian terbaru juga menemukan bukti laporan orang yang batuk darah dengan Covid-19.
Dalam sebuah studi Februari 2020 yang diterbitkan dalam The Lancet, para peneliti menemukan 5 persen dari kasus Covid-19 yang dikonfirmasi melaporkan gejala serius.
Ini yang perlu diketahui tentang batuk darah dan harus mendapat perhatian khusus.
Apa itu batuk darah?
Batuk darah atau hemoptisis adalah percikan darah atau lendir berdarah dari paru-paru dan tenggorokan, demikian menurut US National Library of Medicine's MedlinePlus.
Perlu dicatat, darah yang datang dengan batuk seringkali bergelembung, karena bercampur udara dan lendir.
Darah dapat terlihat merah terang atau berwarna karat, dan hanya muncul sebagai goresan di lendir.
Hemoptisis dapat terjadi karena berbagai penyakit, menurut Gregory Cosgrove, MD, PFF, kepala petugas medis di Pulmonary Fibrosis Foundation.
Namun, hal itu tidak selalu menunjukkan penyakit serius.
"Jumlah atau tingkat darah dikeluarkan dan adanya gejala seperti sesak napas, oksigenasi rendah (hipoksia), atau bahkan perubahan tekanan darah (hipotensi), semua faktor itu menandakan batuk darah serius," kata Cosgrove.
Menurut MedlinePlus, sejumlah kondisi, penyakit, dan bahkan tes medis serta obat-obatan dapat membuat seseorang batuk darah.
Beberapa di antaranya adalah bronkitis, kanker paru-paru, radang paru-paru, iritasi tenggorokan akibat batuk hebat, TBC, bronkoskopi, atau bahkan obat pengencer darah.
"Hemoptisis secara umum bukan gejala yang bisa kita abaikan, namun biasanya, pasien batuk dengan bintik-bintik darah yang bercampur dahak," kata Dr. Cosgrove.
Pada kondisi tersebut, dokter akan memberi tahu kita untuk menangani gejala dengan penggunaan obat batuk demi membantu meredakan kondisi batuk, dan melacak berapa lama kita batuk darah dan jumlah darah yang tercampur lendir.
Namun, dalam beberapa kasus, batuk darah adalah kondisi darurat.
Jika kita batuk lebih dari beberapa sendok teh darah, dan disertai nyeri dada, pusing, demam, sakit kepala ringan, napas pendek, serta darah dalam air seni atau tinja, penting bagi kita mencari pertolongan medis.
"Jika ada yang batuk darah dan mengalami perubahan akut dan progresif pada gejala, mereka harus mencari perawatan medis terlepas dari jumlah darah yang keluar saat batuk," kata Dr. Cosgrove.
Batuk darah pada beberapa pasien Covid-19
Perlu dicatat, hemoptisis hanya dilaporkan pada sejumlah kecil pasien Covid-19 dan bukan gejala utama.
"Biasanya infeksi Covid-19 menyebabkan batuk, produksi dahak, dan sesak napas," kata Charles S. Dela Cruz, MD, PhD, ahli paru Yale Medicine dan profesor kedokteran dan patogenesis mikroba seperti dilansir dari Health.
"Hemoptisis, yang merupakan batuk darah, jauh lebih jarang terjadi pada kasus Covid-19.
Batuk darah bisa jadi gejala sekunder atau komplikasi gejala yang paling sering disebabkan oleh Covid-19.
Dr. Cosgrove menjelaskan, tingkat keparahan kerusakan paru-paru akibat pneumonia kemungkinan menjadi alasan utama mengapa beberapa pasien batuk darah.
Dr. Dela Cruz juga memberikan tanggapan senada.
"Jika itu terjadi, itu bisa berarti infeksi Covid-19 yang lebih parah atau pasien mengalami infeksi bakteri," katanya.
Segala jenis pneumonia virus atau bakteri dapat menyebabkan hemoptisis, tidak hanya pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19.
Tentu saja, batuk darah bisa menimbulkan kegelisahan pasien dan keluarga mereka, tetapi ini benar-benar tidak boleh diabaikan.
"Dalam kondisi lingkungan saat ini, batuk darah harus diperhatikan dan dievaluasi secara tepat, terutama jika hemoptisis dikaitkan dengan sesak napas," kata Dr. Dela Cruz. (Kompas.com/Gading Perkasa)
Tak Semua Batuk adalah Gejala Infeksi Corona
Wabah virus corona yang semakin meluas di berbagai negara membuat sebagian masyarakat semakin khawatir.
Namun, ada baiknya untuk kembali mengingat gejala-gejala yang mengarah pada infeksi virus ini.
Selain demam, gejala lainnya yang juga bisa diperhatikan adalah gejala batuk kering.
Ingatlah bahwa tidak semua batuk merupakan gejala corona, tetapi bagaimana membedakannya?
Batuk adalah reaksi defensif alami tubuh untuk mengeluarkan iritan, seperti lendir, debu, asap, atau penyebab alergi.
Hampir 60 persen kasus positif Covid-19 dilaporkan disertai gejala umum berupa batuk kering.
Mengacu data tersebut, wajar jika banyak orang khawatir ketika mulai batuk atau orang di sekitarnya mengalami batuk.
• Anggap WHO Gagal Tangani Pandemi Covid-19, Donald Trump Resmi Hentikan Sementara Aliran Dana
• Meski 3 Minggu di Rumah Terus, Wanita Ini Tertular Virus Corona Setelah Terima Barang Online
Menurut konsultan dan pulmonolog dari Rumah Sakit Apollo, Navi Mumbai, Dr Jayalakshmi TK, batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan lendir dan karenanya disebut sebagai batuk tidak produktif.
Batuk kering dipicu rasa seperti gatal di belakang tenggorokan yang memicu refleks batuk.
Sementara batuk basah biasanya mendorong lendir keluar dari sistem pernapasan, termasuk hidung atau tenggorokan.
"Batuk basah terdengar basah karena tubuh mendorong keluar lendir dan orang mungkin merasa ada sesuatu yang tersangkut di belakang tenggorokannya," kata Jayalakshmi.
"Dalam beberapa kasus disertai pula gejala lain seperti pilek, tetesan postnasal, atau kelelahan."
Sementara itu, Konsultan Senior Obat Perawatan Kritis Paru-paru, Rumah Sakit Utama Aster, Dr Ravindra Nallagonda, menjelaskan bahwa dalam banyak kasus, batuk basah mungkin disertai produksi dahak atau darah, sedangkan batuk kering tidak.
Batuk kering terjadi karena adanya peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan.
Biasanya, tenggorokan dan paru-paru meradang karena infeksi bakteri atau virus, ketegangan fisik, atau kondisi lingkungan.
Intensitas rasa sakit dan kebisingan yang dialami orang dengan batuk kering dan basah juga berbeda.
Orang dengan batuk kering, misalnya, menghasilkan semacam "suara" yang tidak dialami orang dengan batuk basah.
Orang-orang juga mungkin merasakan atau mengalami rasa geli atau serak di belakang tenggorokan mereka yang juga dapat memicu refleks batuk.
Dokter Penyakit Dalam Meenakshi Jain mengatakan bahwa batuk kering biasanya bertahan selama beberapa minggu setelah pilek atau flu berlalu.
Selain itu, dalam banyak kasus, batuk kering kadang sulit dikendalikan dan hadir cukup lama, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Perlu juga dicatat, walaupun batuk kering telah dinyatakan sebagai gejala utama infeksi virus corona, sering kali batuk ini juga bisa disebabkan oleh alergi, sinusitis, asma, tonsilitis, atau paparan iritan seperti debu atau asap.
Jika menderita batuk kering dan mencurigai infeksi virus corona, kamu juga harus waspada terhadap gejala lain, seperti demam tinggi yang berkelanjutan, kehilangan selera makan atau penciuman, sesak napas, dan masalah pencernaan seperti diare.
Sementara itu, kamu juga bisa mengambil langkah penanganan dengan obat untuk meredakan gejala batuk yang dialami.
Batuk kering akan lebih baik dengan uap, pelembap udara, pelega tenggorokan, atau penekan batuk, yang bisa digunakan untuk sementara waktu.
Gejala batuk kering juga bisa diredakan dengan pengobatan alami, seperti berkumur air garam atau konsumsi madu dan jahe.
Jika batuk terjadi terus-menerus, kamu juga bisa menaikkan bantal ketika tidur sehingga membantu mengurangi dan meredakan iritasi. (Kompas.com/Nabilla Tashandra)