Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

19.000 Ternak Babi di NTT Mati, Diduga Akibat Virus Flu Babi Afrika

Sekitar 19.000 ternak babi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mati akibat penyakit flu babi Afrika (ASF).

TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Seorang petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo menyemprotkan dessinfektan ke ternak babi di Desa Mulawari, Kecamatan Tigapanah, Kabupetan Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sedikitnya ada 4.682 babi mati yang diduga akibat wabah virus Hog Cholera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di Sumatera Utara. 

TRIBUNTERNATE.COM - Sekitar 19.000 ternak babi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mati akibat penyakit flu babi Afrika (ASF).

Hal itu diungkap oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi,

Jumlah itu tercatat sejak awal Februari sampai pertengahan Juni 2020.

Belasan ribu ternak yang mati itu tersebar di sejumlah kota atau kabupaten di NTT.

Seperti Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.

Kronologi Terbongkarnya Aksi Penjualan Daging Babi yang Diubah Mirip Daging Sapi di Bandung

"Khusus untuk Kota dan Kabupaten di daratan Pulau Timor, penyebab matinya babi yakni akibat virus AFS, sedangkan wilayah lainnya, belum diketahui persis, tapi dilihat dari penampakan klinis dugaannya AFS," kata Dani saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/6/2020).

Pemprov NTT belum mengetahui penyebab kematian ternak babi di Pulau Sumba.

Sampel organ ternak yang mati belum dikirim ke Laboratorium Veteriner Medan karena pembatasan penerbangan akibat pandemi Covid-19.

Menurut Dani, tak ada kasus kematian ternak babi di kabupaten dan kota yang berada di Pulau Flores dan Pulau Lembata.

Diduga Akibat Wabah Virus Demam Babi Afrika, 7.500 Babi Mati di Sipora Mentawai

Dani menjelaskan, angka kematian ternak babi mulai menurun sejak akhir Mei hingga Juni.

Penurunan diduga terjadi karena pembatasan kegiatan selama pandemi Covid-19.

"Puncaknya itu di April lalu dan sekarang sudah mulai menurun. Khusus di Kota Kupang sudah turun sehingga aktivitas untuk kegiatan beternak babi mulai kembali normal," ujar dia.

Dani menyebut, belum adanya vaksin dari virus flu babi Afrika membuat Pemprov NTT dan peternak kewalahan menghadapinya.

Virus AFS itu, lanjut Dani, sangat ganas dengan tingkat penularan yang cepat. Sehingga, ternak bisa mati jika tak ditangani dengan cepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "19.000 Ternak Babi Mati akibat Virus ASF di NTT"
Penulis : Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere
Editor : Dheri Agriesta

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved