Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kekayaan Mark Zuckerberg Lenyap Rp 102,6 T, Gegara Coca-Cola dan Unilever Stop Beriklan di Facebook?

Saham Facebook merosot lebih dari 8 persen pada penutupan perdagangan Jumat (26/6/2020) waktu setempat

Editor: Sansul Sardi
difernews.gr
CEO Facebook, Mark Zuckerberg 

TRIBUNTERNATE.COM - Berikut beberapa faktor yang mengakibatkan saham platform Facebook anjlok.

Dikabarkan aksi boikot sejumlah perusahaan pengiklan terbesar pada platform Facebook membuat saham raksasa media sosial tersebut anjlok.

Hal ini akhirnya, membuat kekayaan CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg pun terkikis.

Dilansir dari Business Insider, Minggu (28/6/2020), kekayaan Zuckerberg raib 7,21 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 102,6 triliun (kurs Rp 14.240 per dollar AS) pada Sabtu (27/6/2020) waktu setempat.

Adapun saham Facebook merosot lebih dari 8 persen pada penutupan perdagangan Jumat (26/6/2020) waktu setempat, sebagai dampak boykot iklan di media sosial itu.

Viral Warga Protes Biaya Rapid Test Mahal Capai Rp 650 Ribu di Facebook, IDI Lapor ke Polisi

Terbukti, Prediksi Tepat Bill Gates 5 Tahun Lalu: Yang Membunuh Kita Bukanlah Rudal, Tapi Mikroba

Coca-Cola adalah pengiklan teranyar yang mendukung kampanye bertajuk #StopHateforProfit yang digencarkan oleh kelompok aktivis hak asasi manusia AS.

CEO Coca-Cola James Quincey menyatakan, pihaknya akan menghentikan seluruh iklan di media sosial selama 30 hari sambil memikirkan ulang kebijakan perusahaan.

"Tidak ada tempat untuk rasisme di dunia dan tidak ada tempat untuk rasisme di media sosial," tulis Quincey dalam laman resmi Coca-Cola.

"The Coca-Cola Company akan menghentikan iklan berbayar di seluruh media sosial secara global selama setidaknya 30 hari.

Kami akan memanfaatkan waktu ini untuk mempelajari kembali kebijakan iklan kami guna mempertimbangkan apakah revisi dibutuhkan.

Kami juga mengharapkan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dari mitra-mitra media sosial kami," imbuh Quincey.

Kampanye #StopHateforProfit diluncurkan pada 9 Juni 2020 pasca kematian George Floyd oleh petugas kepolisian Minneapolis, AS dan menimbulkan gelombang protes di seluruh dunia.

Adapun Facebook menolak untuk menghapus unggahan Presiden AS Donald Trump, yang mengancam bakal menerapkan tindakan kekerasan kepada para pengunjuk rasa.

Kampanye tersebut mendesak para pengiklan-pengiklan besar untuk memikirkan kembali belanja iklan mereka di Facebook sampai media sosial itu memiliki kebijakan yang lebih ketat.

Perusahaan besar seperti Unilever, Hershey Co, North Face, Verizon, dan lain-lain memutuskan untuk menunda atau membatalkan iklan mereka di Facebook dan platform-platform media sosial lainnya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved