Sama Bahayanya dengan Krisis Iklim, Polusi Suara yang Ditimbulkan Manusia Ancam Kehidupan di Laut
Selama 50 tahun terakhir, polusi suara di lautan meningkat akibat aktivitas manusia, dan itu mengancam ekosistem laut.
Namun, kehidupan laut dapat pulih dengan cepat dari adanya polusi suara.
Hal itu terlihat dari adanya pergerakan mamalia laut dan hiu ke daerah yang sebelumnya bising ketika pandemi Covid-19 memangkas sibuknya lalu lintas laut.
“Segalanya, mulai dari plankton terkecil hingga hiu merasakan lingkungan akustik mereka,” kata Profesor Steve Simpson dari University of Exeter di Inggris, yang juga menjadi bagian dari tim peninjau studi ini.
"Hewan-hewan tak hanya harus mengeluarkan suara untuk berkomunikasi, tetapi juga menerima suara," katanya.
Profesor Steve Simpson mengatakan, polusi suara menimbulkan "kabut akustik" di lautan.
• Sekjen Partai Demokrat Sebut Ada Dana Awal yang Dibagikan Sebesar 25 Persen: Moeldoko Berperan Aktif
• Internet dan Media Sosial Diblokir Saat Kudeta Militer di Myanmar, Pengunjuk Rasa Turun ke Jalan
• Ada Laporan Moeldoko Temui Kader Partai Demokrat, Andi Mallarangeng: Yang Begini Tak Bisa Dibiarkan
“Hewan-hewan laut paling hanya dapat melihat dalam jarak puluhan meter, dan bisa mencium bau hingga ratusan meter. Akan tetapi, mereka dapat mendengar di seluruh cekungan laut,” kata Profesor Carlos Duarte dari King Abdullah University of Science and Technology di Arab Saudi, yang memimpin penelitian ini.
Profesor Carlos Duarte mengatakan penilaian utama kesehatan laut masih mengabaikan kebisingan atau polusi suara..
"Namun literatur ilmiah, jika dibaca dengan cermat, memberikan bukti kuat bahwa kebisingan yang disebabkan oleh manusia menjadi sumber utama gangguan pada ekosistem laut," katanya.
Tinjauan yang dipublikasikan di jurnal Science ini, menganalisis lebih dari 500 studi yang menilai efek kebisingan pada kehidupan laut.
Sekitar 90% dari penelitian menemukan kerusakan atau bahaya yang signifikan pada mamalia laut, seperti paus, anjing laut dan lumba-lumba, dan 80% menemukan dampak pada ikan dan invertebrata.
“Suara adalah komponen fundamental dari ekosistem, dan dampak [kebisingan] bisa menyebar luas, mempengaruhi hewan di semua tingkatan,” demikian bunyi dari analisis penelitian tersebut.

Dampak yang paling jelas adalah hubungan antara sonar militer dan ledakan survei seismik dengan ketulian pada satwa laut, fenomena satwa laut yang terdampar secara massal, dan kematian mamalia laut.
Polusi suara dari aktivitas manusia juga merugikan satwa laut yang mengandalkan suara secara alami dalam kehidupan mereka.
Beberapa satwa laut bahkan mengandalkan hidup pada suara alami.
Misalnya, dengungan yang digunakan ikan toadfish jantan untuk menarik perhatian betina dan bunyi tuter yang digunakan ikan cod untuk mengoordinasikan pemijahan.