Beda Cara Aparat Tertibkan Pedagang selama PPKM Darurat: Ada Terlibat Cekcok, Ada yang Beri Santunan
Aparat dianjurkan gunakan cara yang humanis & persuasif saat tertibkan masyarakat di masa PPKM Darurat, namun di lapangan ada yang bersikap arogan.
TRIBUNTERNATE.COM - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 mendatang nyatanya membuat masyarakat yang bergantung pada penghasilan harian kebingungan.
Pasalnya, mereka yang harus berdagang demi mendapatkan pemasukan, harus rela menutup lapaknya demi memutus penularan virus corona atau Covid-19.
Berbagai cara pun dilakukan oleh pemerintah untuk menyukseskan PPKM Darurat, termasuk dengan cara menurunkan aparat untuk menertibkan pedagang yang masih beroperasi.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah menganjurkan aparat negara untuk bersikap persuasif dan humanis dalam menertibkan masyarakat di masa PPKM Darurat.
Itu artinya, aparat diwajibkan untuk bertindak berdasarkan perikemanusiaan dan membujuk serta mengedukasi masyarakat secara halus.
Namun pada kenyataannya, tindakan aparat di lapangan tak selalu sejalan dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah.
Ada beragam sikap aparat dalam menertibkan masyarakat, ada yang menerapkan sikap humanis dan persuasif, namun ada pula yang bertindak sebaliknya, yakni arogan.
Dirangkum TribunTernate.com dari berbagai sumber, berikut dua tindakan aparat yang bertolak belakang selama masa PPKM Darurat se-Jawa-Bali:
1. Tindakan Arogan Aparat, Adu Mulut dengan Pedangang di Bandar Lampung
Tindakan arogan aparat terjadi di Bandar Lampung, bahkan aksinya menjadi viral di media sosial.
Diketahui dari sebuah video yang viral, seorang pemilik angkringan di Bandar Lampung mengamuk dan adu mulut dengan petugas Satgas Covid-19.
Pemilik angkringan merasa penutupan paksa oleh petugas tidak memikirkan nasib pedagang kecil.
Baca juga: Keyboardis Dadali, Rixx, Meninggal Dunia Terpapar Covid-19, Sempat Kesulitan Cari Rumah Sakit
Baca juga: Sri Mulyani: PPKM Darurat akan Diperpanjang 4-6 Minggu, Dampaknya Membuat Ekonomi Melambat
Pada keterangan video berdurasi satu menit yang diunggah akun Instagram @seputar_lampung pada Minggu (11/7/2021), disebutkan bahwa video itu direkam saat penertiban jam operasional PPKM terhadap salah satu angkringan di Jalan Imam Bonjol, Sabtu (10/7/2021) malam.
Dalam video itu terlihat seorang pria yang diduga sebagai pemilik angkringan berdebat dengan petugas Satgas Covid-19 dari kepolisian terkait penutupan usahanya karena sudah melewati jam operasional.
Tensi perdebatan kemudian meninggi setelah polisi membentak pria pemilik angkringan itu. Pria yang mengenakan topi itu membalas perkataan petugas.

"Tangkap saya Pak! Saya enggak kriminal, Pak! Tangkap saya, Pak! Saya enggak jual narkoba di sini! Penjarain saya, Pak!" kata pria itu.
Pria itu juga menyinggung Satgas Covid-19 yang dinilai semena-mena terhadap warga dengan alasan penertiban di masa pandemi.
"Bapak jangan... pakai seragam jadi nindas-nindas rakyat. Saya di sini cari makan Pak, bayar anak buah, bayar anak sekolah," kata pria itu.
Baca juga: Video Wanita Ketahuan Mencuri Makanan di Supermarket Viral, Kebanyakan Cokelat, Total Rp1,2 Juta-an
Baca juga: Kontroversi Dr Lois Owien: Dianggap Sebar Hoaks, Kini Terancam Bui 10 Tahun, Bukan Anggota Aktif IDI
Pria yang belum diketahui identitasnya itu juga menyinggung kearoganan petugas yang tidak memahami pedagang kecil. Padahal pedagang hanya mengandalkan dagangannya untuk mencari nafkah.
Terkait video yang viral ini, Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Bandar Lampung, Ahmad Nurizki (Rizki) membenarkan sempat terjadi ketegangan saat penertiban jam operasional di angkringan Jalan Imam Bonjol.
Menurut Rizki, ada kesalahpahaman antara pedagang dan satgas.
"Ada kesalahpahaman, tapi masalahnya sudah clear saat itu juga. Masing-masing sudah meminta maaf dan berdamai," kata Rizki saat dihubungi, Senin (12/7/2021).
Rizki menjelaskan, selama ini Satgas Covid-19 Kota Bandar Lampung selalu mengedepankan cara persuasif dan dialog saat menyosialisasikan peraturan terkait penerapan PPKM.
"Warga Bandar Lampung ini biasanya kooperatif. Kemarin ada miskomunikasi saja. Intinya kalau tertib pasti aman, jika tidak berkerumun dan tidak melewati batas jam operasional pasti tidak ditertibkan," kata Rizki.
2. Tindakan Humanis dan Persuasif Aparat, Beri Uang dan Sepeda pada Pedagang
Berbeda dengan kasus sebelumnya, seorang polisi di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur justru menerapkan tindakan humanis dan persuasif kepada seorang kakek yang masih berjualan di masa PPKM Darurat.
Diketahui, seorang kakek penjual mainan bernama Kasmadi (75) kaget saat dagangannya didatangi oleh seorang polisi, yakni Aipda Purnomo (41).
Kasmadi diminta oleh Aipda Purnomo untuk menutup dagangannya selama masa PPKM Darurat Se Jawa-Bali.
Alih-alih bertindak arogan, Aipda Purnomo justru memberikan sang kakek uang sebesar Rp5 juta.
Kisah Kasmadi ini juga turut dibagikan Purnomo pada unggahan YouTube miliknya, Punomo Belajar Baik, Senin (12/7/2021).
Diungkapkan Purnomo kepada Tribunnews.com, uang tersebut diberikan kepada kakek Kasmadi untuk memenuhi kebutuhannya selama PPKM darurat ini.

Baca juga: Kisah Penjual Tabung Oksigen di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19: Ikut Bingung karena Semakin Mahal
Baca juga: Kisah Pedagang Bubur Ayam Gratiskan Dagangannya untuk Penderita Covid-19 yang Jalani Isoman
Bahkan jika dimungkinkan, uang tersebut dapat membantu menutup kebutuhan sang kakek selama satu bulan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi PPKM Darurat yang mungkin akan diperpanjang oleh pemerintah.
Tidak hanya uang senilai Rp5 juta, Purnomo juga membelikan sebuah sepeda untuk sang kakek.
Mengingat, sejak tahun 1978, sang kakek selalu menjajakan barang dagangannya dengan jalan kaki.
Purnomo kemudian menceritakan pertemuannya dengan sang kakek yang berawal dari ketidaksengajaan.
Awalnya, saat melakukan perjalanan pulang dari Polres Lamongan, Jawa Timur, Purnomo tidak sengaja melihat seorang kakek yang berjalan kaki dengan memikul jualan mainan dipinggir jalan.
"Awalnya ndak sengaja ketika pulang dari polres Lamongan kami melihat seorang kakek yang sudah umur berjalan kaki dengan memikul jualan mainan dipinggir jalan raya," terang Purnomo, Senin (12/7/2021).
Melihat itu, Purnomo lantas sengaja hampirinya.
Setelah berbincang-bincang, ternyata kakek tersebut merupakan warga Desa Datinawong, Kabupaten Babat, Lamongan.
Kasmadi mengatakan kepada Purnomo, biasanya dirinya berjualan di depan sekolah di Lamongan Kota.
Namun, banyak sekolah yang saat ini tutup karena pandemi.
Bahkan, dari mulai Subuh hingga pukul 11.00 WIB, dagangan Kasmadi belum laku sama sekali.
Oleh karena itu, Kasmadi sekarang berjualan dengan berkeliling di pinggir jalan raya.
Karena faktor usia, jika merasa kelelahan, Kasmadi sering duduk di emperan toko untuk istirahat dan menghilangkan rasa capeknya.
Mengingat, kakinya sudah tidak sanggup untuk berjalan jauh dan menggendong gerobaknya.
Belum lagi soal penglihatannya yang sudah berkurang karena rabun.
"Di saat pandemi sekarang ini, mengais rejeki sangat sulit katanya kepada saya. Namun, Pak Kasmadi pantang menyerah meskipun terkadang jualan mainannya jarang terbeli, karena banyak anak-anak sekolah yang sebagai besar jadi pelanggannya tidak sedang libur."
"Namun, Pak Kasmadi tetep bersabar, meskipun sekarang rute jalan kakinya semakin jauh ditambah penglihatannya Pak Kasmadi agak berkurang dan rabun, mata sebelah kanan kurang terang karena sakit," kata Purnomo.
Melihat kegigihan Kasmadi dalam mengais rezeki, Purnomo lantas membeli dagangan Kasmadi.
Termasuk juga memberikan tambahan modal untuk sementara meliburkan dagangannya selama aturan PPKM Darurat ini.
Purnomo juga membelikan sepeda untuk Kasmadi, agar usai PPKM, dirinya tak perlu berjalan kaki lagi saat menjajakan barang dagangannya.
"Hari ini sengaja kami borong semua jualan pak kasmadi dan kami berikan tambahan modal untuk sementara agar tidak berjualan selama aturan PPKM ini."
"Kami berikan modal juga sepeda buat Pak Kasmadi agar tidak berjalan kaki lagi saat jualan, kasihan," ujar Purnomo.
Lebih lanjut, Purnomo juga berpesan kepada seluruh masyarakat untuk tetap bergotong-royong saling membantu dalam menghadapi pandemi ini.
Tidak hanya Kasmadi, namun pada masyarakat lain yang juga saat ini dalam keadaan susah, oleh karena itu sepatutnya kita membantu.
"Di saat seperti ini, kita bisa bangkit asal kita tetap saling membantu dan membuang rasa egois kita, karena kita adalah bangsa Indonesia yang guyup rukun serta gotong-royong," puskas Purnomo.
(TribunTernate.com, Tribunnews.com, Kompas.com)