Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mengenal Badai Sitokin dan Gejalanya, Penyebab Raditya Oloan Meninggal dan Deddy Corbuzier Kritis

Simak informasi tentang Badai Sitokin yang sebabkan Deddy Corbuzier kritis dan membuat Raditya Oloan meninggal usai terkena Covid-19.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Deddy Corbuzier akui sempat terpapar Covid-19 bahkan menghadapi kondisi kritis karena mengalami badai sitokin. 

TRIBUNTERNATE.COM - Pada Minggu (22/8/2021), Deddy Corbuzier mengatakan bahwa dirinya sempat terinfeksi Covid-19.

Hal itulah yang menyebabkan dirinya vakum sementara dari semua media sosial miliknya.

Bahkan, Deddy mengaku bahwa dirinya sempat kritis karena berjuang melawan badai sitokin akibat Covid-19.

Padahal, dirinya telah dinyatakan negatif pada saat mengalami badai sitokin.

Meski sempat mengalami kondisi yang sangat buruk, beruntung nyawa Deddy Corbuzier masih bisa diselamatkan.

Tak hanya terjadi pada Deddy Corbuzier, badai sitokin juga sempat dialami oleh pesohor yang juga seorang rohaniawan, Raditya Oloan.

Suami artis Joanna Alexandra itu meninggal dunia pada 6 Mei 2021 lalu, usai berjuang melawan badai sitokin.

Diketahui, Raditya Oloan dinyatakan positif Covid-19 dengan penyakit penyerta atau komorbid asma.

Lantas, apa sebenarnya badai sitokin seperti yang dialami oleh Deddy Corbuzier dan Raditya Oloan? Bagaimana gejalanya?

Deddy Corbuzier
Deddy Corbuzier (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca juga: Deddy Corbuzier Ungkap Alasan Sempat Vakum dari YouTube: Alami Badai Sitokin Usai Terpapar Covid-19

Baca juga: Suami Joanna Alexandra Meninggal, Ini Kronologi Raditya Oloan Terkena Covid-19 & Alami Badai Sitokin

Apa itu Badai Sitokin?

Mengutip verywellhealth, sindrom badai sitokin mengacu pada sekelompok kondisi medis di mana sistem kekebalan tubuh memproduksi terlalu banyak sinyal inflamasi.

Tak jarang, badai sitokin juga menyebabkan kegagalan organ hingga kematian.

Badai sitokin bukanlah penyakit, tetapi masalah medis serius yang bisa terjadi karena beberapa masalah mendasar yang berbeda.

Belakangan, sindrom ini mendapatkan perhatian lebih karena pandemi Covid-19.

Secara garis besar, badai sitokin adalah riam respon imun yang berlebihan yang bisa menyebabkan masalah serius.

Seperti diketahui, sistem kekebalan tubuh mengandung banyak komponen berbeda yang bisa membantu manusia melawan infeksi.

Itu mencakup berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui molekul sinyal yang dikenal sebagai sitokin.

Ada banyak sitokin berbeda yang melakukan berbagai macam fungsi.

Beberapa diantaranya membantu merekrut sel-sel kekebalan lainnya, beberapa lagi membantu memproduksi antibodi atau sinyal rasa sakit.

Selain itu, beberapa lainnya membuat pembekuan darah menjadi lebih mudah, serta membantu menghasilkan peradangan yang membuat pembuluh darah lebih bocor dari biasanya.

Sedangkan, kelompok sitokin lain membantu meredam respons peradangan tubuh.

Semua itu adalah keseimbangan yang penting, karena terlalu banyak peradangan bisa menyebabkan masalah tersendiri.

Dalam keadaan normal, sitokin membantu mengoordinasikan respons sitem kekebalan tubuh untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri.

Masalahnya adalah terkadang respons peradangan tubuh bisa lepas kendali yang menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.

Kadang-kadang tubuh memproduksi terlalu banyak sitokin inflamasi dan tidak cukup sitokin yang memodulasi peradangan.

Sitokin inflamasi kemudian mulai "menyerbu" di luar kendali, tanpa umpan balik yang cukup dari sitokin anti-inflamasi.

Pada orang yang mengalami sindrom badai sitokin, sitokin tertentu hadir dalam darah dengan jumlah yang lebih tinggi dari normal.

Pada Covid-19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi tampaknya terlibat dalam pengembangan sindrom gangguan pernapasan akut.

Hal tersebut bisa menjadi penyebab utama kematian pada orang yang terinfeksi Covid-19.

Suami Joanna Alexandra, Raditya Oloan meninggal dunia usai berjuang melawan badai sitokin.
Suami Joanna Alexandra, Raditya Oloan meninggal dunia usai berjuang melawan badai sitokin. (Instagram/joannaalexandra)

Baca juga: Peneliti Singapura Kembangkan Vaksin Covid-19 Booster, Berpotensi Lawan Semua Varian Virus Corona

Baca juga: Diprediksi Tak akan Hilang Sepenuhnya, Covid-19 Disebut Bakal jadi Endemi hingga Lebih dari 10 Tahun

Gejala Badai Sitokin

Badai sitokin bisa memunculkan banyak gejala yang berbeda.

Kadang-kadang ini hanya gejala ringan seperti flu, namun bisa pula menjadi parah dan mengancam jiwa.

Masih mengutip verywellhealth, gejala badai sitokin meliputi:

  • Demam dan kedinginan
  • Merasa kelelahan
  • Pembengkakan esktrem
  • Mual dan muntah
  • Sakit otot dan sendi
  • Sakit kepala
  • Ruam
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Napas cepat
  • Kejang
  • Tremor
  • Sulit mengoordinasikan gerakan
  • Kebingungan dan halusinasi
  • Lesu dan respons tubuh yang buruk

Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda dari adanya badai sitokin parah.

Jantung mungkin tidak akan memompa darah secara maksimal seperti biasanya.

Akibatnya, badai sitokin dapat mempengaruhi beberapa sistem organ dan berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

(TribunTernate.com/Ron)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved