Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

21 Staf WHO Rudapaksa 50 Wanita di Kongo selama Wabah Ebola, 29 Orang Korbannya Hamil

Sebanyak 21 orang staf WHO merudapaksa 50 wanita selama wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo, 29 dari 50 korbannya diketahui hamil.

AFP
Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) - Sebanyak 21 orang staf WHO merudapaksa 50 wanita selama wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo. 29 dari 50 korbannya diketahui hamil. 

TRIBUNTERNATE.COM - Sebanyak 21 orang staf Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan pelecehan seksual terhadap 50 wanita selama wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo.

Hal ini dilaporkan oleh komisi independen dalam konferensi pers pada hari Selasa (28/9/2021).

Melansir Insider, sebuah laporan berjumlah 35 halaman mengatakan ada tuduhan pelecehan seksual terhadap 83 pekerja bantuan, di mana 21 dari 83 tersangka pelaku dipekerjakan oleh WHO, antara tahun 2018 dan 2020.

Sebanyak 29 dari 50 wanita yang dipaksa berhubungan seksual tersebut hamil, daan beberapa di antara mereka dipaksa oleh pelaku untuk melakukan aborsi.

Investigasi tahun 2020 oleh Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian melaporkan bahwa staf WHO "mengusulkan" atau memaksa para wanita ini untuk berhubungan seks untuk mempertahankan atau mendapatkan pekerjaan.

Seorang wanita berusia 44 tahun mengatakan kepada wartawan Reuters bahwa seorang staf WHO mengatakan kepadanya bahwa dia wajib melakukan hubungan seks untuk mendapatkan pekerjaan.

"Begitu banyak wanita yang terpengaruh oleh ini," katanya.

Baca juga: Fakta-fakta Kasus Dugaan Pelecehan Seksual di KPI, Pengakuan Korban hingga Tanggapan Komnas HAM

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). (ncdalliance.org)

Baca juga: Penyelidik WHO Sebut Kemungkinan Pasien Covid-19 Pertama adalah Pekerja Laboratorium di Wuhan

Beberapa perempuan mengatakan bahwa mereka berulang kali dipaksa berhubungan seks dengan atasan mereka di organisasi tersebut.

"Saya tidak bisa memikirkan seseorang yang bekerja dalam respons yang tidak harus menawarkan sesuatu," kata wanita itu kepada Reuters.

BBC melaporkan bahwa sejumlah wanita lokal yang tidak diketahui pasti jumlahnya, juga mengalami pelecehan seksual selama jangka waktu yang sama, dan diketahui dua wanita hamil.

Mereka dilaporkan disergap di rumah sakit, diberi minuman, dan dirudapaksa.

Tidak semua pelaku telah diidentifikasi, tetapi mereka yang telah diketahui menjadi bagian dari kejahatan itu telah diberhentikan dari pekerjaannya di WHO.

Investigasi saat ini sedang berlangsung, namun belum diketahui apakah para pelaku akan diadili.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa tuduhan terhadap para pelaku akan diteruskan ke Kongo dan ke negaranya masing-masing.

"Apa yang terjadi pada Anda (korban) seharusnya tidak pernah terjadi pada siapa pun. Ini tidak bisa dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Ghebreyesus kepada para korban saat konferensi pers.

Dia meminta maaf kepada para korban dan meyakinkan akan mereformasi besar-besaran dari struktur dan budaya WHO.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved