Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pertama Kali di Dunia, Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia Berhasil Dilakukan Dokter Bedah AS

Untuk pertama kalinya, ginjal babi berhasil ditransplantasikan ke manusia tanpa memicu penolakan langsung oleh sistem kekebalan manusia.

Brendan Smialowski/AFP/GettyImages
Untuk pertama kalinya, ginjal babi berhasil ditransplantasikan ke manusia tanpa memicu penolakan langsung oleh sistem kekebalan manusia. 

Babi yang diubah secara genetik, dijuluki GalSafe, dikembangkan oleh unit Revivicor United Therapeutics.

Perubahan ini disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada bulan Desember 2020 untuk digunakan sebagai makanan bagi orang-orang dengan alergi daging dan sebagai sumber terapi manusia yang potensial.

Sementara itu, produk medis yang dikembangkan dari babi masih memerlukan persetujuan FDA khusus sebelum digunakan pada manusia.

Peneliti lain sedang mempertimbangkan apakah babi GalSafe dapat menjadi sumber dari segala organ, mulai dari katup jantung hingga cangkok kulit untuk pasien manusia.

Dr Montgomery mengatakan, eksperimen transplantasi ginjal NYU seharusnya dapat membuka jalan bagi percobaan pada pasien dengan gagal ginjal stadium akhir, mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan.

Percobaan tersebut mungkin menguji pendekatan sebagai solusi jangka pendek untuk pasien sakit kritis sampai ginjal manusia tersedia, atau sebagai cangkok permanen.

Dr Montgomery juga mengatakan, eksperimen saat ini melibatkan transplantasi tunggal dan ginjal dibiarkan di dalam tubuh hanya selama tiga hari, sehingga setiap uji coba di masa depan kemungkinan akan mengungkap hambatan baru yang perlu diatasi.

Ke depan, peserta transplantasi mungkin adalah pasien dengan kemungkinan rendah menerima ginjal manusia dan prognosis buruk pada dialisis.

"Bagi banyak dari orang-orang itu, tingkat kematiannya sama tingginya dengan beberapa jenis kanker, dan kami tidak berpikir dua kali untuk menggunakan obat baru dan melakukan uji coba baru (pada pasien kanker) ketika itu mungkin memberi mereka waktu beberapa bulan lebih banyak waktu untuk hidup," kata Dr Montgomery.

Dr Montgomery juga menyampaikan, sebelumnya, para peneliti bekerja dengan ahli etika medis dan ahli hukum dan agama untuk memeriksa konsep sebelum meminta keluarga untuk melakukan percobaan kepada pasien mati otak.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved