Kata Sosiolog Soal Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Serial ''Layangan Putus''
Salah satu pelajaran dari "Layangan Putus", perempuan harus berdaya dan berhak hadir di ruang publik serta melek literasi agar tidak mudah dibodohi.
TRIBUNTERNATE.COM - Bagi penggemar drama Indonesia, tentu tak asing lagi dengan serial Layangan Putus yang tayang di platform video on-demand WeTV.
Saat ini, serial yang dibintangi Putri Marino, Reza Rahardian, dan Anya Geraldine itu tengah hangat diperbincangkan.
Serial tersebut mengangkat isu perselingkuhan dalam rumah tangga hingga akhirnya menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet.
Beberapa potongan adegan serial Layangan Putus sempat pula viral di media sosial.
Merespon hal tersebut, dosen sosiologi keluarga UNAIR Prof. Dr. Sutinah, Dra., M.S., mengingatkan, agar perempuan berdaya dan pandai membaca tanda-tanda jika pasangan selingkuh.
Menurutnya, membangun kembali dan mempertahankan perkawinan pasca perselingkuhan cukup berat lantaran harus membangun trust, sebagai orang yang tersakiti.
Tidak hanya itu, berbicara soal tatanan sosial, pihaknya menyebut ideologi patriarki masih mengakar di masyarakat.
“Suatu konstruksi sosial yang menganggap perempuan lemah dan mudah disakiti laki-laki, terlebih perempuan kerap ditempatkan di subordinat artinya hanya bisa patuh, padahal perempuan berhak mendapatkan kesempatan untuk membela diri,’’ terang Guru Besar FISIP UNAIR, seperti dikutip dari laman Unair.ac.id, Kamis (6/1/2021).
Baca juga: Nama Putri Marino Viral, Aktingnya di Serial Layangan Putus Dipuji, Begini Respon Chicco Jerikho
Baca juga: Sosok Mommy ASF, Penulis Curhat dan Novel yang DIangkat Jadi Serial Layangan Putus
Baca juga: Bahas Serial Layangan Putus, Sandiaga Uno Promosi Wisata di Bromo yang Mirip di Cappadocia, Turki

Prof. Sutinah, menambahkan ketika laki-laki memiliki finansial yang baik, cakupan pergaulan luas, ia merasa mampu, dan tak segan mencoba selingkuh.
Di situlah peran perempuan harus bisa membaca tanda-tanda.
“Melek diselingkuhin, yang biasanya pulang kantor jam segini, yang biasanya cara berpenampilannya begini tiba-tiba trendy, dan keperbedaan lainnya yang menonjol dari keseharian,’’ ujar Prof. Sutinah.
Baca juga: Lekat dengan Citra Wanita Penggoda Gara-Gara Layangan Putus dan Selesai, Ini Kata Anya Geraldine
Sutinah menegaskan, perempuan harus berani dalam menghadapi situasi seperti ini, berani mengungkap bahwa perselingkuhan itu termasuk tindakan menyimpang.
Ia juga menyebut, seseorang yang pernah selingkuh berpotensi akan mengulangi perbuatan itu lagi dan lagi.
“Sama dengan orang yang melanggar aturan lalu lintas, dalam sosiologi sebuah perilaku menyimpang itu menguntungkan. bisa menguntungkan dari sisi waktu. Nah, perselingkuhan bisa menikmati sesuatu, tidak harus melulu soal seksual lo ya,’’ tegas Prof. Sutinah.
Adapun alasan perempuan kerap mempertahankan rumah tangga pasca diselingkuhi berkali-kali, sebagian besar karena faktor ekonomi yang masih bergantung pada laki-laki.