Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Subvarian Omicron BA.2 Telah jadi Varian Dominan di Beberapa Negara, WHO Perketat Pengawasan

Subvarian BA.2 sekarang telah menjadi varian dominan di beberapa negara Asia, termasuk Cina, India, Pakistan, Bangladesh dan Filipina.

Ina Fassbender/AFP
ILUSTRASI Kondisi pandemi di tengah varian Omicron - Penularan subvarian Omicron BA.2 yang diyakini para ilmuwan lebih menular dibandingkan Omicron, mulai meningkat, dan WHO mengatakan saat ini sedang memperketat pengawasan terhadap subvarian BA.2 itu. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penularan subvarian Omicron BA.2 yang diyakini para ilmuwan lebih menular dibandingkan Omicron, mulai meningkat.

Hal ini dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan WHO mengatakan saat ini sedang memperketat pengawasan terhadap subvarian BA.2 itu.

Namun, WHO menyayangkan adanya penurunan pengujian (testing) yang mengakibatkan kacaunya gambaran kasus Covid-19 global.

Padahal, subvarian Omicron BA.2, terus meningkat dalam prevalensi.

Subvarian BA.2 sekarang telah menjadi varian dominan di beberapa negara Asia, termasuk Cina, India, Pakistan, Bangladesh dan Filipina.

Mengutip The Strait Times, Denmark adalah negara pertama yang melaporkan bahwa BA.2 telah melampaui BA.1, versi Omicron yang pertama kali dideteksi.

Para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti bahwa BA.2 lebih mematikan daripada BA.1.

Baca juga: Kontak Erat dengan Pasien Covid-19? Lakukan Cara Sederhana Ini untuk Mengetahui Tertular atau Tidak

Baca juga: Benarkah Omicron Hanya akan Timbulkan Gejala Ringan? Ini Mitos dan Fakta Seputar Covid-19 Omicron

Sementara itu, vaksin tampaknya sama efektifnya terhadap BA.2 seperti halnya terhadap bentuk Omicron lainnya.

BA.2 sekarang menyumbang sekitar 1 dari 5 kasus Omicron baru yang tercatat di seluruh dunia, menurut WHO.

Gelombang Omicron belum mencapai puncaknya di wilayah Pasifik Barat, yang meliputi Oseania, pulau-pulau Pasifik.

Selain itu, juga belum mencapai puncaknya di negara-negara Asia Timur seperti China dan Korea Selatan yang baru-baru ini merayakan Tahun Baru Imlek.

Ilustrasi pandemi Covid-19 di Korea Selatan.
Ilustrasi pandemi Covid-19 di Korea Selatan. (Anadolu Agency)

Kasus Covid-19 di wilayah tersebut dilaporkan telah naik 19 persen pekan lalu.

Di Pasifik, dua negara kepulauan yang sebelumnya tidak memiliki kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, sekarang sedang bergulat dengan kedatangan virus.

Di Tonga, wabah dimulai setelah kapal membawa bantuan untuk membantu negara itu pulih dari letusan gunung berapi dan tsunami pada Januari lalu.

Kemudian, Kepulauan Cook melaporkan kasus pertamanya minggu lalu.

WHO mengatakan beban kasus turun di wilayah lain.

Tetapi, kasus masih meningkat di beberapa bagian Eropa, termasuk di Slovakia, Latvia, dan Belarus.

Dan di Rusia, kasus baru telah meningkat sebesar 79 persen selama dua minggu terakhir, menurut Pusat Sains dan Teknik Sistem di Universitas Johns.

Baca juga: Sederet Makanan dan Minuman Ini Bantu Meringkankan Gejala Covid-19, Sup Ayam hingga Teh Hangat Madu

Baca juga: Positif Covid-19 Gejala Ringan? Ini Tata Cara Isoman Agar Tak Berkembang jadi Kluster Keluarga

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 WHO, memperingatkan bahwa penurunan tingkat pengujian di seluruh dunia berarti jumlah kasus global yang dilaporkan mungkin tidak mencerminkan penyebaran virus yang sebenarnya.

"Kita perlu berhati-hati dalam menafsirkan terlalu banyak tren penurunan ini," katanya.

Maria Van Kerkhove juga menambahkan, kekhawatiran yang lebih besar adalah peningkatan kematian yang dilaporkan akibat Covid-19 selama enam minggu berturut-turut.

Wilayah Mediterania Timur, yang mencakup Timur Tengah, melaporkan kematian paling banyak, dan wilayah Pasifik Barat melaporkan paling banyak kedua, menurut WHO.

Sementara itu, WHO mengatakan, di Amerika, banyak negara tidak bergerak cukup cepat untuk memperlambat penularan BA.1.

Oleh karena itu, menurut WHO, Amerika harus lebih siap untuk versi apa pun dari virus corona yang akan datang berikutnya.

"Ini bukan varian terakhir, dan masa depan pandemi masih sangat tidak pasti," kata Dr Carissa Etienne, direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika WHO.

Etienne juga menambahkan bahwa varian baru dapat muncul kapan saja.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved