Virus Corona
Apakah Indonesia Sudah Transisi ke Endemi Covid-19? Ini Penjelasan Ketua Satgas Covid-19 IDI
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 IDI Zubairi Djoerban menjelaskan tentang apakah Indonesia sudah memasuki masa endemi.
TRIBUNTERNATE.COM - Sudah lebih dari dua tahun pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 berlangsung.
Angka kasus infeksi Covid-19 di Indonesia menunjukkan perbaikan dan kurva menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, apakah itu berarti Indonesia sudah memasuki masa transisi dari pandemi ke endemi Covid-19?
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban, pun memberikan penjelasan.
Melalui utas cuitan di akun Twitter-nya, @ZubairiDjoerban yang diunggah pada Selasa (7/6/2022), dokter spesialis penyakit dalam (internis) senior ini menyinggung tentang masa transisi menuju endemi Covid-19.
Zubairi Djoerban memberikan penjelasan dengan tanya jawab dalam utas cuitannya.
1. Apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi?
Menurut pria yang akrab disapa Profesor Beri ini, Indonesia sudah masuk tahap endemi.
Ada tiga faktor yang dapat menjadi penanda.
Yakni, stabilnya angka positivitas atau positivity rate (3 persen), rendahnya keterisian tempat tidur rumah sakit (bed occupancy rate/BOR), dan rendahnya angka kematian akibat Covid-19.
"Saya akan jawab iya. Kenapa? Karena positivity rate-nya stabil di bawah 3 persen. Keterisian tempat tidur (BOR) dan angka kematian juga rendah sekali." tulis Zubairi Djoerban.
2. Kasus harian Covid-19
Kata Zubairi Djoerban, hingga awal bulan Juni, angka kasus Covid-19 harian di Indonesia sangat bagus, karena tergolong rendah, yakni di bawah 400.
Ia pun menyebut, Amerika Serikat yang sudah menyatakan endemi saja jumlah kasus hariannya masih mencapai angka 70 ribu-an.
"Saat ini, memasuki bulan Juni, Indonesia selalu di bawah 400. Ini bagus sekali. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang telah menyatakan endemi—namun kasusnya masih 70 ribu kasus per hari," terangnya.

Baca juga: Hanya Bisa Pasrah, Pria Asal Pati Gagal Berangkat ke Tanah Suci Gara-gara Foto Paspor Jadi Perempuan
Baca juga: Penjelasan Prof. Zubairi Djoerban tentang Hubungan antara Kepadatan Penduduk dan Penyebaran Covid-19
Baca juga: Satgas Covid-19 Jelaskan Transisi Pandemi Jadi Endemi, Ada 5 Upaya Bangun Ketahanan Kesehatan
3. Apakah cakupan vaksinasi sudah cukup baik?
Zubairi Djoerban juga menyinggung soal vaksinasi Covid-19 dalam bahasan soal endemi ini.
Menurutnya, cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah cukup bagus.
Sebab, kalangan orang dewasa yang sudah divaksin mencapai lebih dari 70 persen. Kaum lansia atau lanjut usia hampir mendekati persentase tersebut.
Sementara, pelaksanaan vaksin booster atau dosis ketiga juga sudah mulai banyak.
"Usia dewasa sudah lebih dari 70 persen. Usia lanjut kurang sedikit. Booster juga sudah mulai lumayan banyak. Kalau dibandingkan dengan negara lain, cakupan vaksinasi kita juga sudah lumayan bagus," terang Profesor Beri.
Diketahui, data per Selasa (7/6/2022) kemarin menunjukkan, ada 200.629.176 orang yang mendapat suntikan vaksin dosis pertama, 167.796.320 orang mendapat suntikan vaksin dosis kedua, dan 46.817.474 orang telah disuntik vaksin dosis ketiga (booster).
4. Perbandingan dengan situasi negara tetangga
Zubairi Djoerban selanjutnya menjelaskan kondisi Covid-19 di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Zubairi, dalam hal angka kasus harian, peringkat Indonesia berada jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Australia.
Terlebih saat ini, Korea Utara menduduki peringkat satu dunia, yakni mencapai 54.620 kasus dalam sehari (berdasarkan data worldometers.info per Rabu (8/6/2022) siang).
"Kita jauh di bawah. Masih di bawah Singapura, Malaysia, Australia, apalagi Korea Utara yang saat ini ranking satu dunia." tulis Zubairi.
5. Jumlah orang yang dites di Indonesia masih sedikit
Meski demikian, Zubairi Djoerban tidak menampik bahwa jumlah testing atau pengujian baik sampel maupun orang yang dites di Indonesia masih rendah.
Namun, angka tes itu juga harus dilihat dengan catatan bed occupancy rate atau BOR.
Rendahnya BOR atau keterisian tempat tidur di rumah sakit juga menjadi indikasi bahwa kasus infeksi Covid-19 Indonesia menurun dan siap memasuki tahap endemi.
Selain itu, rendahnya BOR menunjukkan bahwa rumah sakit sekarang tak lagi dibanjiri pasien Covid-19 dengan gejala parah dan butuh perawatan.
Sehingga, bisa dibilang bahwa positivity rate mingguan di Indonesia juga bagus.
"Betul. Namun hal itu bisa terkoreksi dengan BOR. Kalau sakitnya Sang Pasien parah karena Covid-19 kan pasti ke rumah sakit. Faktanya rumah sakit sepi. Dus, positivity rate mingguan kita juga bagus," papar Zubairi.
Baca juga: Demi Konten, Pengunjung Kebun Binatang Nekat Lompat Pagar hingga Ditarik Orang Utan, Kini Minta Maaf
Baca juga: Tangkap Abdul Qadir Hasan Baraja, Polisi Kaget Aliran Dana Masuk ke Khilafatul Muslimin Sangat Besar

6. Dampak mudik Lebaran berpengaruh?
Zubairi Djoerban menyinggung kekhawatirannya mengenai dampak mudik Lebaran 2022.
Namun, menurutnya, sejak dua bulan dari awal puasa, tidak terjadi lonjakan kasus yang signifikan di Indonesia.
Padahal, jumlah penduduk yang melakukan mudik mencapai puluhan juta orang.
Oleh karenanya, kata Zubairi, Indonesia sudah memasuki tahap endemi.
"Awalnya kita khawatir soal itu. Apalagi yang mudik tercatat ada puluhan juta orang. Tapi, sudah dua bulan dari awal puasa, lonjakan kasus tidak terjadi. Maka, bisa dikatakan, sekarang ini kita sudah masuk tahap endemi," tulis Zubairi.
7. Sifat Endemi
Zubairi Djoerban pun menjelaskan apakah sifat endemi ini akan bertahan untuk seterusnya.
Kata Zubairi, masih ada kemungkinan adanya kenaikan kasus infeksi, sebab Covid-19 adalah penyakit yang sifatnya sangat dinamis.
Oleh karenanya, Prof Beri menegaskan pentingnya masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan.
"Covid-19 itu penyakit yang dinamis. Amat dinamis. Jadi, masih ada kemungkinan terjadi kenaikan. Harus tetap waspada dan taat prokes." lanjut Prof Beri.
Selain itu, Zubairi Djoerban menegaskan bahwa endemi bukan berarti Covid-19 akan menghilang.
Namun, Covid-19 tetap ada di sekitar kita, hanya saja sifatnya akan seperti halnya flu, yakni batuk, pilek, dan bersin.
Sebab, saat ini sudah banyak orang yang mendapat kekebalan dari vaksinasi
Di akhir utas cuitannya, Zubairi Djoerban mengingatkan bahwa masih ada lonjakan kasus, meski kemungkinannya kecil.
Sehingga, ia mengingatkan supaya masyarakat tidak langsung bereuforia dan jemawa, merasa Covid-19 tidak ada.
"Endemi itu artinya Covid-19 akan menghilang? Tetap ada di sekitar kita. Tapi, karena sebagian besar kita sudah divaksin lengkap, maka, kalau terinfeksi, kemungkinan hanya batuk pilek bersin saja."
"Masih akan terjadi lonjakan kasus? Bisa saja. Namun kemungkinannya kecil banget. Yang jelas, kita semua jangan jemawa. Terima kasih." pungkas Zubairi Djoerban dalam cuitannya.
(TribunTernate.com/Rizki A.)