Liga Inggris
Kepergian Sadio Mane hingga Lini Pertahanan yang Lemah, Ini 5 Masalah Besar bagi Liverpool
Penurunan Liverpool dalam permainan menekan mereka adalah tanda semakin berkurangnya intensitas dalam permainan.
TRIBUNTERNATE.COM - Sejak kampanye musim 2022-2023 dimulai, Liverpool telah mengalami awal terburuk dalam satu musim di bawah asuhan Jurgen Klopp.
Hingga pekan ke-10, Liverpool hanya mampu duduk di peringkat ke-10 klasemen sementara Liga Premier 2022-2023, dengan perolehan 10 poin dan total 20 gol yang dicetak; dua kali menang, empat kali seri, dan dua kali kalah.
Raihan 10 poin setelah 8 pertandingan di era Jurgen Klopp ini lebih rendah dibandingkan raihan 12 poin dari 8 pertandingan Liverpool saat masih berada di bawah kepelatihan Brendan Rogers.
Karena 12 poin itulah, Brendan Rogers kemudian dipecat dari posisi kepala pelatih Liverpool, 7 tahun yang lalu.
Terlebih, Liverpool juga baru saja dikalahkan oleh Arsenal dengan skor 2-3 di Emirates Stadium pada Minggu (9/10/2022).
Dengan terpuruknya Liverpool, ada 5 faktor yang dinilai sangat mempengaruhi performa The Reds:
PERTAHANAN
Lini pertahanan dulunya menjadi landasan utama untuk sebagian besar kesuksesan Liverpool.
Sayangnya, kini dinding pertahanan Liverpool cenderung lebih mudah ditembus lawan.
Liverpool telah kebobolan 12 gol dalam 8 pertandingan Liga Premier, dan total 17 kali kebobolan sejauh musim 2022-2023 ini.
Bek Liverpool,Trent Alexander-Arnold, dinilai memiliki upaya defensif yang terlalu longgar.
Bahkan, ia juga bersalah atas 2 gol pembuka Arsenal dalam laga di Emirates Stadium akhir pekan lalu.
Namun, ini semua bukan cuma salah Trent Alexander-Arnold.
Performa yang tak se-defensif dulu, membuat Virgil van Dijk malah dijuluki Virgil dari serial Thunderbirds.
Baca juga: Liverpool Dibantai Arsenal, Klopp Tuduh Arteta Paksa Wasit Curangi The Reds: Obrolan Tak Berguna
Baca juga: Liverpool Terpuruk, Jurgen Klopp Bela The Reds: Kalian Pikir Ronaldo dan Messi Bisa Selalu Bagus?
Baca juga: Kata Sadio Mane: Liverpool Tetap di Hati, Bayern Munich adalah Klubnya Pemain Muda dan Berbakat
Joel Matip juga kepayahan untuk mendapatkan performa terbaiknya, sedangkan Kostas Tsimikas bukanlah pemain pengganti yang dapat diandalkan untuk Andy Robertson seperti musim lalu.
Bek sayap Liverpool juga tidak maju seperti dulu.
Padahal, upaya Liverpool mengarahkan bola dari sayap dikenal sebagai komponen utama dari permainan menyerang mereka.

LINI TENGAH
Jordan Henderson, Fabinho, dan Thiago Alcantara menjadi komposisi lini tengah Liverpool.
Namun, ketiga pemain itu terlihat tua dan lamban pada musim ini.
Henderson yang berusia 32 tahun dan telah lama menjadi dinamo ruang mesin The Reds seolah kini semakin loyo.
Thiago adalah pengumpan bola yang sangat baik, tetapi ia rentan cedera dan seringkali ceroboh, sebagaimana dibuktikan oleh pelanggarannya terhadap Gabriel Jesus untuk pemenang Arsenal dari titik penalti.
James Milner, yang bahkan lebih tua dari Henderson, bisa jadi sedang menjalani musim terakhirnya di Anfield.
Sementara, Alex Oxlade-Chamberlain, Naby Keita, dan Curtis Jones bukanlah solusi.
Harvey Elliott dan Fabio Carvalho memiliki masa depan cerah yang menanti, tetapi mereka bukanlah berkah bagi Liverpool.
Arthur Melo tidak memberikan pengaruh apa-apa dan setelah membuat satu penampilan pengganti dalam laga melawan Napoli yang berujung pada kekalahan, dia terakhir terlihat bermain melawan Rochdale di Papa Johns Trophy.
Dia sekarang akan absen selama 3 hingga 4 bulan ke depan.
Baca juga: Jurgen Klopp Berusaha Tenang demi Darwin Nunez meski Ngaku Ngeri Sendiri Lihat Kondisi Liverpool
Baca juga: Legenda Bundesliga: Dampak Sadio Mane untuk Bayern Munich Lebih Besar daripada yang Orang Kira
Baca juga: Sadio Mane Mengaku Tak Sengaja Cetak Gol Pertamanya di Liga Champions

LINI SERANG
Kepergian Sadio Mane ke Bayern Munich jelas telah melemahkan Liverpool.
Energi, gol, dan kreativitas Sadio Mane seolah-olah telah menguap begitu saja.
Sementara itu, Liverpool mendatangkan Darwin Nunez dengan harapan dapat dijadikan sebagai pengganti Sadio Mane.
Pemain asal Uruguay itu baru berhasil mencetak 2 gol dalam 8 penampilannya di Liga Premier dan Liga Champions.
Namun, masalah terbesar di lini depan bagi Liverpool adalah penurunan performa Mo Salah.
Bahkan ketika Liverpool terakhir kali tertatih-tatih di pertengahan musim 2020-2021, Mo Salah masih terus mencetak gol.
Namun, kini ia tidak lagi memberikan performa yang sama.
Baca juga: Sadio Mane Sebut Karim Benzema Pantas Menangkan Ballon dOr 2022: Dia Layak Mendapatkannya
Peraih gelar FWA Footballer of the Year musim lalu itu hanya mencetak 4 gol dalam 11 pertandingan.
Bandingkan dengan musim lalu ketika dia sudah menjebloskan 12 gol ke gawang lawan pada tahap ini.
Mo Salah semakin terlihat seperti sosok periferal di sebelah kanan.
Sekarang, hilang sudah gerakan di dalam dan penyelesaian kaki kiri ke sudut jauh atas khas Mohamed Salah.
TAK ADA TEKANAN
Salah satu taktik khas Jurgen Klopp di Liverpool adalah tekanannya yang tinggi dan The Reds biasa memenangkan bola di atas lapangan dengan membanjiri lawan mereka.
Namun, hal seperti itu kini tak lagi terlihat.
Penurunan Liverpool dalam permainan menekan mereka adalah tanda semakin berkurangnya intensitas dalam permainan.
Sadio Mane adalah kunci untuk memimpin tekanan Liverpool.
Dan sekarang, Mo Salah hanya bisa melakukannya dengan setengah hati, mencoba menekan sendiri dan malah dilewati.
Mungkin tim tua Liverpool tidak lagi memiliki energi untuk menekan seperti dulu.
Atau mungkinkah The Reds masih lelah setelah kampanye yang melelahkan secara fisik dan mental musim lalu?
Apa pun alasannya, tekanan Liverpool tidak lagi sama, dan tim lawan merasa lebih mudah untuk bermain melawan mereka, bahkan di Anfield sekalipun.
KEBIJAKAN TRANSFER
Jelas Liverpool perlu melakukan penyegaran di musim panas, terutama di lini tengah.
Namun, satu-satunya pemain senior yang didatangkan Liverpool adalah Darwin Nunez untuk menggantikan Sadio Mane.
Mereka sebenarnya mengincar Jude Bellingham atau Aurelien Tchouameni, tetapi akhirnya memutuskan untuk tidak memilih siapa pun dari keduanya.
Kemungkinan, selanjutnya Liverpool sadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan.
Dan akhirnya, Liverpool mendatangkan Arthur Melo sebelum jendela transfer ditutup dan dia terbukti menjadi penerus Ben Davies.
Liverpool, yang biasanya sangat bagus dalam mengembangkan skuatnya dan sangat fokus untuk memperkuat lini tengah mereka, seharusnya bertindak lebih jauh sebelum musim panas lalu.
Mungkin kegagalan ini karena Julian Ward menggantikan Michael Edwards sebagai direktur olahraga dan Edwards adalah sosok yang sulit untuk dituruti kemauannya.
Uang juga menjadi faktor utama.
Liverpool membelanjakan anggaran transfer musim panas dengan pembayaran di muka senilai 64 juta poundsterlinga tau sekitar Rp1,09 triliun untuk Darwin Nunez.
Hal ini membuat mereka tidak dapat mengejar target utama yang lain.
Meski sukses di bawah Jurgen Klopp, Liverpool masih belum bisa menandingi sumber keuangan Manchester City, Chelsea atau Manchester United.
Liverpool jelas membutuhkan perbaikan finansial, dan ini akan membuat segalanya terasa semakin sulit.
Sumber: Mirror
(TribunTernate.com/Rizki A.)