Liga Jerman
Cristiano Ronaldo Sering Ngambek, Bayern Munich Tolak CR7 Dianggap Keputusan yang Tepat
Menolak Cristiano Ronaldo, Bayern Munich sempat dianggap melewatkan kesempatan emas merekrut 'goal machine' yang punya basis penggemar yang masif.
Rupanya, tak hanya sekali Bayern Munich menolak gagasan merekrut Cristiano Ronaldo.
Ketika CR7 pindah dari Real Madrid ke Juventus dengan biaya transfer 100 juta euro yang menggiurkan, CEO Bayern Munich, Karl-Heinz Rummenigge, berkomentar bahwa “Bayern tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”
Saat itu, pernyataan ini mendapat banyak cemoohan dari CR7 dan fanbase Juventus, tetapi belakangan KHR terbukti benar dalam penilaiannya.
Meski sudah merogoh kocek dalam-dalam, Juventus justru mengalami penurunan performa di musim-musim berikutnya, terutama di Eropa.
Bahkan, meski Cristiano Ronaldo mencetak gol secara teratur untuk mereka, ada sesuatu yang salah di Juventus dan mereka gagal mencapai puncak dalam periode 2015-2018.
Hal yang sama terjadi ketika Cristiano Ronaldo pindah kembali ke Manchester United.
Proyek yang menjanjikan di bawah pelatih Ole Gunnar Solskjaer dengan cepat berubah menjadi buruk beberapa bulan setelah kedatangan Cristiano Ronaldo, meskipun superstar Portugal itu masih berkontribusi dalam daftar pencetak gol.
Seperti halnya Max Allegri, Maurizio Sarri, dan Andrea Pirlo sebelumnya, Solskjaer menjadi pelatih keempat berturut-turut yang dipecat Manchester United setelah melatih Cristiano Ronaldo.
Bisa dilihat, ada masalah sistemik yang mengganggu Juventus dan Manchester United yang menjadi alasan sebenarnya di balik kejatuhan pelatih mereka.
Namun, menandatangani dan memainkan CR7 versi modern adalah gejala dari masalah sistemik tersebut.
Seolah-olah, Cristiano Ronaldo membawa 'nasib buruk' ke timnya, dan klub yang tidak bisa melihatnya akan tumbang dengan cepat.
Kemudian, ada fakta soal tak adanya tim besar sekaliber Liga Champions UEFA yang berminat untuk mendatangkan Cristiano Ronaldo pada musim panas ini.
Tim dengan manajemen baik seperti Bayern Munich, Manchester City, dan Real Madrid tidak melihat peran spesialis pencetak gol berusia 37 tahun yang tidak menguasai bola dan tidak bisa menekan.
Ada alasan mengapa "tampilan baru" tim Manchester United di bawah asuhan Erik Ten Hag tidak memiliki ruang untuk Cristiano Ronaldo, meskipun menggunakan pemain biasa-biasa saja seperti Antony Martial dan Marcus Rashford.
Sepak bola modern kini lebih berkaitan dengan peran dan profil, bukan superstar.