Resesi 2023
Hadapi Ancaman Resesi 2023, Ridwan Kamil: Dunia Gelap, Indonesia Tetap Terang Benderang
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memilih optimis menghadapi ancaman resesi global.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Ketiga, daya beli masyarakat akan melemah sehingga jumlah demand di pasar akan berkurang karena masyarakat akan sangat berhati-hati dalam membeli keperluan.
Resesi sendiri diakibatkan oleh bermacam faktor, mulai dari kejadian tak terduga seperti Covid-19 hingga tingginya utang suatu negara.
Pendapat soal Resesi oleh Rhenald Kasali
Sejumlah tokoh seperti influencer berlomba-lomba membuat konten mengenai resesi.
Tak jarang dari mereka yang memakai judul atau bahkan konten yang menakut-nakuti masyarakat, termasuk ancaman warga miskin akan semakin miskin akibat resesi.
Pendapat ini kemudian diluruskan oleh pakar ekonomi sekaligus akademisi Universitas Indonesia, Profesor Rhenald Kasali.
Rhenald Kasali menjelaskan adanya kesalahpahaman dalam memaknai resesi ini.
Bahkan, solusi-solusi yang ditawarkan oleh para tokoh tadi juga disebut ngawur dan tak sesuai konteks.
Resesi adalah Istilah Ekonomi Makro
Hal ini justru menebar ketakutan pada masyarakat dengan ancaman-ancaman tertentu.
"Kemudian diterjemahkan oleh sejumlah orang bahkan dikatakan akan terjadi PHK massal besar-besaran."
"Dan kemudian diterjemahkan secara bisnis katanya jangan berinvestasi, tahan cash, jualan online saudara-saudara akan terganggu."
"Oleh karena itu tahan stok, jangan punya stok besar-besaran, kalau pun beli mereka akan beli yang murah-murah tidak akan melakukan pembelian dalam jumlah yang cukup," kata Rhenald Kasali dalam kanal YouTube-nya.
Rhenald Kasali kemudian menjelaskan bahwa resesi adalah istilah untuk makro ekonomi, bukan mikro ekonomi.
Sedangkan bisnis seseorang bahkan UMKM termasuk mikro ekonomi.