Piala Dunia Qatar 2022
Selain bagi FIFA, Apakah Piala Dunia juga Jadi Ladang Cuan Negara Tuan Rumah? Ini yang Didapat Qatar
Untuk edisi tahun 2022, Piala Dunia digelar di Qatar; mencatatkan rekor tersendiri sebagai negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
TRIBUNTERNATE.COM - Piala Dunia merupakan salah satu event olahraga sepak bola terbesar di dunia, digelar 4 tahun sekali dan selalu dinanti-nantikan oleh penggemar.
Disebut-sebut, skala gelaran Piala Dunia lebih masif dibandingkan event olahraga Olimpiade.
Untuk edisi tahun 2022, Piala Dunia digelar di Qatar; mencatatkan rekor tersendiri sebagai negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Selain, itu Piala Dunia 2022 menjadi Piala Dunia kedua yang digelar di kawasan Asia, setelah Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.
Diperkirakan, ada lebih dari 5 miliar orang yang akan menyaksikan Piala Dunia 2022, dan kemungkinan 1 juta lebih orang akan hadir di Qatar untuk menontonnya secara langsung.
Jelas sudah, ada banyak uang yang dikeluarkan untuk gelaran Piala Dunia, mulai dari sektor penjualan tiket dan merchandise hingga sponsor perusahaan, sampai hadiah uang, dan pariwisata.
Untuk Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sendiri, Piala Dunia menjadi ladang cuan.

Baca juga: Senegal Benar-benar Patah Hati, Sadio Mane Dipastikan Absen di Piala Dunia 2022 Qatar
Baca juga: Ada Blokade Israel, Pesepakbola Palestina Harus Kubur Mimpi Menonton Piala Dunia 2022 Qatar
Baca juga: Mendulang Uang dari Piala Dunia, Ini 4 Ladang Cuan Terbesar FIFA: Hak Siar TV hingga Penjualan Tiket
Bahkan pada 2018 lalu, FIFA meraup pendapatan lebih dari 4,6 miliar dollar AS hanya dari penjualan hak siar televisi (TV) untuk Piala Dunia yang digelar di Rusia, dan masih ada sektor lain yang mengalirkan uang ke kantong FIFA.
Lalu, bagaimana dengan negara tuan rumah, apakah juga bakal sepadan secara finansial dengan upayanya menggelar Piala Dunia?
Apakah ada keuntungan balik, baik dalam waktu dekat maupun jangka panjang?
Apalagi, sebagian besar negara tuan rumah Piala Dunia menghabiskan puluhan miliar dollar AS untuk persiapan, membangun infrastruktur, fasilitas, hotel, dan lebih banyak lagi.
Lalu, dengan pundi-pundi uang yang diraup dari Piala Dunia, apakah FIFA juga akan membantu dana kepada negara tuan rumah?
Baca juga: Sadio Mane Cedera Jelang Piala Dunia 2022, Virgil van Dijk: Saya Tahu Betul Apa yang Dia Rasakan
Negara tuan rumah Piala Dunia memang tidak bisa mendapat balik sebagian besar modalnya dengan instan, setidaknya dalam bentuk uang tunai.
Di Piala Dunia 2022, FIFA akan memberikan biaya kepada Qatar senilai 1,7 miliar dollar AS.
Dana itu pun sudah mencakup pot hadiah senilai 440 juta dollar AS untuk tim.
Perlu diketahui, Qatar sendiri menghabiskan uang dalam nilai fantastis untuk persiapannya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Negara Teluk itu menggelontorkan dana senilai lebih dari 200 miliar dollar AS untuk Piala Dunia tahun ini dan mengembangkan infrastruktur lain, seperti membangun hotel dan fasilitas rekreasi, merombak seluruh jaringan akses jalan, dan membangun sistem kereta api.
Memang, diperkirakan ada lebih dari 1 juta orang yang akan mengunjungi Qatar selama turnamen sepak bola akbar FIFA berlangsung.
Angka ini diharapkan dapat mendongkrak pariwisata Qatar dan meningkatkan penjualan bagi bisnis hotel, restoran, dan sejenisnya
Namun, artinya pula Qatar butuh kapasitas fasilitas ekstra untuk dibangun, dan biaya yang dikeluarkan biasanya jauh lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan dalam jangka pendek.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul, siapa yang diuntungkan dalam jangka pendek dari gelaran Piala Dunia ini?
Baca juga: 10 Pemain yang Difavoritkan untuk Golden Boy Piala Dunia 2022, Ada Jamal Musiala dari Bayern Munich
Baca juga: Deretan Protes Supporter Klub Bundesliga terhadap Piala Dunia 2022 Qatar, Kecam Pelanggaran HAM
Baca juga: Livery Pesawat Diversity Wins, Bentuk Dukungan Timnas Jerman untuk LGBT di Piala Dunia 2022?

Forum Ekonomi Dunia melaporkan: “Harga kamar hotel naik selama Piala Dunia, tetapi upah pekerja jasa tidak selalu naik dengan jumlah yang sama. Ini bisa berarti balik modal cenderung lebih besar daripada untung yang didapat tenaga kerja.”
Singkatnya, orang yang punya uang bakal tetap mendapatkan uang lagi, tetapi hal sebaliknya berlaku pada orang yang tak punya uang.
Tak cuma itu, wisatawan Piala Dunia yang membeli barang dagangan, minuman, atau apa pun dari merek-merek yang jadi partner FIFA tidak berkontribusi terhadap pendapatan pajak negara tuan rumah.
Sebab, keringanan pajak yang sangat besar untuk FIFA dan merek sponsornya sangat diperlukan dalam proses bidding atau penawaran Piala Dunia.
Bahkan, Jerman disebut-sebut memberikan keringanan pajak senilai 272 miliar dollar AS agar bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.
Di sisi lain, wisatawan yang tidak bertujuan untuk melihat Piala Dunia cenderung menghindari negara tuan rumah selama Piala Dunia berlangsung.
Mereka tak ingin menghadapi keramaian, lalu lintas yang padat atau bahkan macet, dan harga-harga yang melambung.
Untuk Qatar sendiri, wisatawan yang tidak memiliki tiket Piala Dunia tidak dapat memasuki negara tersebut mulai 1 November 2022 hingga akhir turnamen.
Bisa dibilang, menjadi tuan rumah Piala Dunia tampaknya tidak menguntungkan secara finansial, setidaknya dalam jangka pendek.
Akan tetapi, ada banyak hal yang jauh lebih berarti daripada hanya sekadar uang.
Menjadi tuan rumah Piala Dunia adalah bagian dari proyeksi soft power.
Sisi lebih jauh dari sang negara tuan rumah akan tampak.
Bagaikan jendela, menjadi tuan rumah Piala Dunia membuat dunia internasional bisa melihat bagaimana infrastruktur baru menjadikannya tempat yang baik untuk berinvestasi atau berbisnis
Dan dalam jangka panjang, uang yang dihabiskan untuk menerima tamu, jika dikelola dengan benar, akan membangun kapasitas ekonomi negara tuan rumah Piala Dunia untuk berkembang.
Proyek jalan dan transportasi baru juga akan memberikan manfaat ekonomi selama bertahun-tahun setelah peluit akhir dibunyikan dan seremoni penutupan digelar di Piala Dunia.
Selain itu, event olahraga internasional berskala masif dapat menjembatani perbedaan masyarakat dan menyatukan orang melintasi perbatasan.
Misalnya, Olimpiade Musim Dingin 2018 menampilkan Korea Utara dan Korea Selatan memasuki stadion di bawah bendera yang sama.
Acara-acara ini juga mendorong anak-anak untuk berolahraga – yang nantinya akan memberi manfaat ekonomi bagi sistem perawatan kesehatan negara tuan rumah di kemudian hari.
Bagi negara tuan rumah, Piala Dunia juga berkisar tentang kebanggaan, prestise, kehormatan, dan publisitas, yang kesemuanya adalah lebih dari sekadar menghasilkan uang.
Sumber: Al Jazeera
(TribunTernate.com/Rizki A)