Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Waspada! Bakteri Antraks Bisa Hidup Puluhan Tahun meski Inangnya Mati, Simak Cara Pencegahannya

Di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana ada tiga warga di Kecamatan Semanu yang tewas setelah diduga kuat terpapar bakteri antraks.

Tribunternate.com/Randi Basri
ILUSTRASI - Seekor sapi dari Desa Gamsungi, kecamatan Tobelo Barat, Halmahera Utara, Maluku Utara. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penyakit antraks kembali merebak di beberapa daerah akhir-akhir ini.

Contohnya, di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana ada tiga warga di Kecamatan Semanu yang tewas setelah diduga kuat terpapar bakteri antraks.

Kemudian, kasus penyakit antraks juga ditemukan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Perlu diketahui, daya tahan bakteri antraks ternyata tak main-main. 

Bakteri antraks bisa hidup lama meski inangnya mati. 

Oleh karenanya, butuh waktu lama untuk memantau perkembangan bakteri ini. 

Jika inangnya sudah mati, bakteri ini juga bisa bertahan hidup di dalam tanah dengan berubah menjadi spora.

Hingga puluhan tahun, spora ini tak akan mati.

Sampai kapan pun, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) tak mungkin meninggalkan daerah yang pernah ada kasus ini.

Tim kesehatan hewan terus akan memantau daerah tersebut, sekalipun sudah tak ada hewan ternak yang mati.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H, Bisa Dikirim via WhatsApp

Baca juga: 4 Zodiak yang Cenderung Kabur dari Komitmen: Virgo yang Pemilih, Aquarius yang Tak Mau Dikekang

Baca juga: Berstatus Tersangka Kasus Penganiayaan, Kejari Halmahera Selatan Diminta Tahan Kades Palamea

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakkan Boyolali, Afiyani Rifdania mengatakan, setahun dua kali, sampel tanah di 5 desa di kabupaten itu diambil.

Sampel tanah itu kemudian dilakukan uji laboratorium, untuk mengetahui apakah ada spora antraksnya atau tidak.

"Sejauh ini, memang sudah tak ditemukan lagi bakteri antraknya. Tapi kami tidak boleh lengah, tetap akan kita pantau," kata Afi.

Selain tanah, rumput di sekitar lokasi penguburan sapi dan daerah lokasi sapi yang terkena antraks itu juga dicek.

Barangkali, rumput di tanah tersebut juga terpapar spora antraks.

Upaya lain yang dilakukan dengan memberikan vaksinasi terhadap sapi-sapi yang ada di daerah endemik.

"Kita vaksinasi rutin juga," tambahnya.

Baca juga: Viral Video Anak Tunarungu Mengaji dengan Bahasa Isyarat, Warganet: Astaghfirullah, Merasa Tertampar

ILUSTRASI Salah satu hewan Ternak Sapi milik warga Halmahera Barat yang sedang dalam pengawasan, Selasa (21/6/2022).
ILUSTRASI Salah satu hewan Ternak Sapi milik warga Halmahera Barat yang sedang dalam pengawasan, Selasa (21/6/2022). (Tribunternate.com/Faisal Amin.)

Mengenal Penyakit Antraks

Penyakit antraks yang termasuk dalam golongan zoonosis dan sangat menular ini disebabkan oleh akteri Bacillus anthracis, bukan virus.

Bakteri ini bersifat gram positif, berbentuk batang, tidak bergerak dan membentuk spora.

Bentuk vegetatifnya dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan segera menjadi spora apabila berada di luar tubuh dan terpapar dengan udara luar.

Spora inilah yang akan menyebar dengan cepat, salah satunya melalui air hujan.

Apabila hewan memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora tadi, maka hewan tersebut dapat langsung terinfeksi penyakit antraks.

Bahkan penyakit dapat timbul ketika spora tersebut mengenai bagian tubuh dengan luka terbuka.

Selain itu, hewan yang telah menderita antraks juga dapat menulari hewan lainnya melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya.

Cairan ini juga dapat mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber munculnya kembali wabah antraks di masa mendatang.

Spora antraks dapat bertahan di tanah hingga puluhan sampai ratusan tahun lamanya.

Spora ini hanya bisa mati oleh pemanasan pada temperatur 100 derajat celsius selama 20 menit atau pemanasan kering pada temperatur 140 derajat celcius selama 30 menit.

Pencegahan Antraks

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit antraks semakin meluas adalah dengan pengetatan/pembatasan lalu lintas hewan.

Hewan yang terdapat di daerah endemis antraks jangan sampai keluar ke daerah tersebut.

Selanjutnya pemeriksaan kesehatan hewan di daerah tersebut juga perlu dilakukan secara berkala oleh dokter hewan.

Ciri-ciri hewan yang terinfeksi antraks juga akan terlihat apabila hewan itu telah mati.

Bangkai hewan yang terkena antraks biasanya akan terlihat adanya darah yang keluar dari lubang-lubang kumlah, seperti mulut, telinga, hidung, dan anus.

Darah hewan dengan penyakit antraks yang mati tidak akan bisa membeku dan biasanya limpanya akan membesar dengan warna merah kehitaman.

Maka dari itu, bangkai hewan yang diduga terinfeksi antraks ini tidak dianjurkan untuk dibuka dan dilakukan pembedahan bangkai.

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil darah dari telinga dan dibuat preparat ulas.

Jadi, sebaiknya masyarakat jangan sampai nekat untuk menyembelih apalagi mengonsumsi hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya yang telah mati karena penyakit, terutama antraks.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Antraks: Jangan Konsumsi Hewan yang Sakit"

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Bakteri Antraks Ternyata Masih Bisa Hidup hingga Puluhan Tahun Walau Inangnya Mati, Begini Caranya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved