Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Dalang Peristiwa G30S 1965 Masih Misteri, Ini 5 Teori di Balik Kudeta dan Pembunuhan Panglima TNI AD

Mengingat masih misteriusnya siapa yang jadi dalang G30S 1965, kini muncul sejumlah teori dari para sejarawan dan peneliti dalam maupun luar negeri.

Dokumentasi
Tujuh pahlawan revolusi korban kekejaman peristiwa G30S 1965 yang tewas di Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

TRIBUNTERNATE.COM - Jelang penghujung bulan September, Indonesia mengenang insiden berdarah Gerakan 30 September (G30S) yang terjadi 58 tahun lalu.

Peristiwa G30S yang berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965.

Dalam insiden ini, enam jenderal TNI AD dan satu orang perwira pertama militer Indonesia gugur.

Jenazah mereka dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Hingga saat ini, siapa yang menjadi dalang di balik G30S 1965 masih belum diketahui.

Diketahui, Sjam, Letkol Untung, Mayor Soejono, dan Pono dieksekusi mati, sementara Kolonel Abdul Latief dipenjara karena memimpin pasukan G30S.

Mereka menolak untuk mengungkap dalang utama dan tujuan G30S hingga akhir hayat mereka.

Mengingat masih misteriusnya siapa yang jadi dalang G30S 1965, kini muncul sejumlah teori dari para sejarawan dan peneliti dalam maupun luar negeri.

Berikut ini lima teori G30S menurut Jurnal Sejarah Volume 9: Memandang Tragedi Nasional 1965 secara Jernih dikutip dari Kesbangpol Jogja dan buku Dalih Pembunuhan Massal:

1. G30S adalah Konflik Internal TNI AD

Teori yang pertama ini diungkapkan oleh sejarawan Benedict Anderson dan Ruth McVey.

Menurut mereka, G30S berakar dari konflik internal di TNI Angkatan Darat.

G30S dinilai sebagai pemberontakan para perwira muda TNI AD di Jawa Tengah yang muak dengan jenderal di Jakarta yang pro-Barat.

Mereka memandang Jenderal Ahmad Yani dan staf umumnya terlibat korupsi dan mengabaikan bekas anak buah mereka di Kodam Diponegoro Jawa Tengah.

Sejarawan lain, John Rossa, berpendapat perpecahan dalam tubuh TNI AD terjadi menjelang G30S.

Setidaknya ada dua faksi yang sama-sama anti-PKI, namun berbeda pandangan terhadap Presiden Soekarno.

Faksi pertama dipimpin Ahmad Yani yang loyal terhadap Presiden Soekarno tapi menolak kebijakan integrasi PKI dan faksi kedua adalah penentang kebijakan Ahmad Yani.

2. Keterlibatan Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS) melalui agen rahasia CIA disebut terlibat dalam G30S.

Peneliti Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson berpendapat AS yang saat itu sedang perang dingin dengan Uni Soviet, khawatir jika Indonesia dikuasai oleh Komunis.

Diketahui, saat itu hubungan Uni Soviet dengan Indonesia cukup dekat, terutama setelah Uni Soviet mengirim senjata untuk membantu Indonesia dalam operasi melawan Belanda.

Terutama, PKI sedang berkembang pesat pada saat itu.

Kedua peneliti itu berpendapat, CIA membantu TNI AD dan memberikan dana untuk menghancurkan PKI dan menjatuhkan Presiden Soekarno.

3. PKI adalah Otak G30S

Peneliti Indonesia, Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh dalam buku Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia (1968), menyebut kemungkinan PKI sebagai otak G30S.

Menurut teori itu, tokoh PKI memanfaatkan unsur-unsur TNI untuk melancarkan kudeta.

Mereka mendasarkan teori ini dari aktivitas PKI pada tahun 1956-1965.

4. Keterlibatan Soekarno

Dua peneliti Anthonie C. Dake dan John Hughes, mengungkapkan teorinya yang menyebut keterlibatan Presiden Soekarno dalam G30S.

Menurutnya, G30S adalah skenario Presiden Soekarno untuk melenyapkan oposisi yang sebagian besar adalah TNI AD.

5. Keterlibatan Soeharto

Seorang peneliti Brian May mengungkapkan teori tentang keterlibatan Soeharto dalam G30S.

Menurutnya, Soeharto memiliki hubungan dekat dengan Letkol Untung dan Kolonel Abdul Latief.

Sebelum G30S terjadi, Kolonel Abdul Latief yang mengetahui rencana itu kemudian melapor kepada Soeharto yang menjabat sebagai Mayor Jenderal TNI AD.

Dalam kesaksiannya di persidangan tahun 1968, Kolonel Abdul Latief menemui Soeharto, beberapa hari sebelum G30S terjadi.

Teori ini juga menyoroti Soeharto yang tidak termasuk dalam daftar jenderal yang diculik, padahal ia adalah panglima pasukan penting di Jakarta.

*) DISCLAIMER:

Lima poin di atas hanya sebatas teori sebagai bahan diskusi/pembelajaran dan bukan kepastian sebenarnya. Dalang G30S tidak pernah terungkap dalam pengadilan hingga saat ini.

Monumen Kesaktian Pancasila untuk mengenang wafatnya 6 Jenderal dan 1 Perwira dalam Peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965
Monumen Kesaktian Pancasila untuk mengenang wafatnya 6 Jenderal dan 1 Perwira dalam Peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 (https://www.bankjim.com)

Daftar Nama Pahlawan Revolusi

Berikut ini ketujuh nama pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S 1965, dikutip dari gramedia.com:

1. Jenderal TNI Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922.

Pada waktu muda, beliau pernah mengikuti wajib militer dan berperan sebagai tentara Hindia Belanda.

Lalu saat Jepang menjajah Indonesia, Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA).

2. Mayor Jenderal Siwondo Parman

Mayor Jenderal Siswondo Parman lahir pada tanggal 14 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah.

Beliau sempat masuk ke sekolah kedokteran. Akan tetapi berhenti setelah Jepang menjajah Indonesia.

3. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan

Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada tanggal 9 Juni 1925.

Ketika jepang menguasai Indonesia, Pandjaitan baru saja menyelesaikan sekolahnya.

Kemudian setelah tamat SMA, beliau menjadi anggota Gyugun atau bisa disebut sebagai tentara sukarela di wilayah Pekanbaru, Riau.

4. Mayjen M.T Haryono

Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono atau biasa dikenal dengan nama Mayjen MT Haryono ini lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 20 Januari 1924.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, ia sempat menempuh pendidikan di Ika Dai Gakko (Sekolah Tinggi Kedokteran) di zaman Jepang, meskipun tidak sampai tamat karena Jepang menyerah.

5. Mayjen R. Suprapto

Mayjen R. Suprapto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 20 Juni 1920.

Usai menyelesaikan pendidikan menengah atasnya, Suprapto lalu mengikuti sebuah pelatihan militer di Koninklijke Militaire Akademie yang berada di Bandung.

Namun tak sampai selesai karena Jepang menguasai Indonesia.

6. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir di daerah Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 28 Agustus 1922.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di AMS, ia menuntut ilmu di Sekolah Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta.

Usai tamat sekolah ia kemudian bekerja menjadi pegawai pemerintah di Purworejo, dan berhenti bekerja pada tahun 1944.

7. Kapten Czi. Pierre Tendean

Kapten Czi. Pierre Tendean yang memiliki nama lengkap Pierre Andries Tendean ini lahir pada tanggal 21 Januari 1939.

Sejak kecil ia sudah memiliki cita-cita sebagai seorang tentara.

Setelah selesai sekolah, ia bergabung di sekolah militer Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD).

Selama bersekolah disana, ia bahkan sempat berpartisipasi dalam sebuah operasi militer memberantas pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di daerah Sumatera.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 5 Teori G30S 1965 soal Dalang Upaya Kudeta dan Pembunuhan Jenderal TNI AD

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved