Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Apa Itu Tone Deaf, Istilah Ramai di Twitter untuk Prabowo Subianto yang Sebut Gaza Lemah

Apa itu tone deaf, sebutan warganet yang disematkan pada Prabowo Subianto setelah menyebut Gaza lemah?

|
TKN Prabowo Gibran/TKN Prabowo Gibran
Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti Debat Ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan. Minggu (7/1/2024). 

TRIBUNTERNATE.COM - Apa itu tone deaf, sebutan warganet yang disematkan pada Prabowo Subianto setelah menyebut Gaza lemah?

Diketahui, calon presiden nomor urut 2 itu menjadi sorotan setelah menyebut Gaza dua kali saat acara Debat Capres Kedua (Debat Ketiga Pilpres 2024) yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).

Debat Capres Kedua ini mengangkat tema yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), yakni pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.

Ada dua momen di mana nama Gaza disentil Prabowo.

Yakni, saat menyampaikan visi-misi dan di sesi ketiga ketika mendapat pertanyaan kebijakan pasangan calon untuk menghindari intervensi karena utang yang bertambah.

Saat menyampaikan visi misi, capres nomor urut 2 yang didampingi Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres itu menyebut Indonesia harus memiliki kekuatan militer yang mumpuni.

Sebab, tanpa kekuatan militer, bangsa-bangsa lain bisa ditindas seperti yang dialami Gaza.

"Kekuatan nasional harus ada kekuatan militer. Tanpa kekuatan militer, sejarah peradaban mengajarkan bahwa bangsa itu akan dilindas seperti di Gaza sekarang ini," ungkap Prabowo.

Selanjutnya, Menteri Pertahanan RI tersebut bilang, kekayaan Indonesia bisa diambil pihak lain jika tidak memiliki kekuatan militer.

Sehingga, ia menekankan pentingnya Indonesia yang kuat secara militer.

"Akan diambil kekayaannya, akan diusir dari tanah airnya. Tidak bisa tidak. Kita harus kuat. Kita harus kuat," tegas Prabowo.

Lalu, pada saat menjawab pertanyaan kebijakan pasangan calon untuk menghindari intervensi, Prabowo juga kembali menyinggung Gaza.

"Saya tegaskan kembali bahwa pelajaran sejarah manusia yang lemah akan selalu ditindas. Kita lihat apa yang terjadi di Gaza, kita tidak boleh lemah ditindas negara lain," ujar dia.

Adapun saat ini, Gaza menjadi sorotan dunia setelah Israel melancarkan agresi militernya di Palestina sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Lebih dari tiga bulan hingga Selasa (9/1/2024) hari ini, agresi militer Israel masih belum sepenuhnya berhenti.

Selama operasi, pasukan militer Israel menyerang warga sipil dan bangunan-bangunan vital seperti rumah sakit hingga kamp pengungsian.

Warga Gaza diusir dari tempat tinggal mereka.

Sementara dikutip dari Kompas, laporan Kementerian Kesehatan Gaza menyebut, jumlah korban tewas di Gaza sudah menembus angka 23.000.

Tepatnya, 23.084 orang tewas dan 58.926 lainnya luka-luka sejak eskalasi konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023.

pbw debat capres gemoy
Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti Debat Ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan. Minggu (7/1/2024).

Pernyataan Prabowo yang menyiratkan bahwa Gaza ditindas karena tidak memiliki kekuatan militer yang lemah pun menjadi sorotan, terutama di media sosial X (dulunya Twitter).

Sejumlah warganet menyebut Prabowo Subianto dengan istilah tone deaf, misalnya sebagai berikut:

@ja*****a: "Kalau lemah, akan ditindas seperti Gaza." Pak, you're so wrong. What a tone deaf statement coming from a president candidate of a country that always so loud to support the liberation of Palestine??

@W********as: According to Prabowo, Gaza is opressed because they don't have a sufficient military power. This is such a tone-deaf statement coming from a Minister of Defense.

@ar*******ni: Did Prabowo believe that the Palestinians in Gaza are weak? Did he consider the struggles they've faced over the past 75 years, being colonized and fighting for their lives? His perspective seems quite tone-deaf.

Lalu, apa itu arti tone deaf?

Dilansir laman Kontan, tone deaf adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyindir seseorang yang tidak peka terhadap sesuatu. 

Dalam arti harfiahnya, tone deaf diterjemahkan sebagai 'tuli nada', dan berkaitan dengan musik.

Akan tetapi, ada makna lebih mendalam mengenai istilah tersebut dalam konteks sosial dan bahasa gaul/slang.

Tone deaf adalah istilah yang digunakan sebagai ketidakmampuan seseorang mengikuti nada bahkan lagu dalam melodi yang sederhana.

Tone deaf seringkali juga disebut sebagai amusia. 

Namun, istilah tone deaf kemudian meluas dan digunakan dalam konteks sosial terutama di media sosial. 

Tone deaf dalam konteks sosial artinya tidak peka akan situasi sosial.

Dikutip dari laman Dictionary, tone deaf adalah kondisi saat seseorang tidak memahami sentimen, sikap, atau preferensi publik. 

Sementara menurut laman Merriam-Webster, tone deaf adalah ketika seseorang menunjukkan ketidakpekaan atau bersikap acuh tak acuh terutama dalam hal sentimen, opini, atau selera publik.

Sehingga, tone deaf adalah kondisi saat seseorang tidak peka dan tidak bisa berempati atau bersikap acuh tak acuh dalam suatu kondisi atau situasi yang sensitif. 

Istilah tone deaf juga sering digunakan saat seseorang bertindak kurang peka terhadap isu-isu sensitif di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari. 

Contohnya, saat seseorang bersikap merendahkan orang lain karena dia berhasil mencapai suatu prestasi tertentu dan mengomentari orang yang tidak berhasil menyamai prestasinya termasuk orang-orang tidak becus. 

Selain itu, seseorang yang menganggap bahwa menikah, mempunyai anak, memiliki mobil, dan pekerjaan mapan adalah hal yang seharusnya bisa dicapai semua orang.

Kemudian, dia merendahkan orang yang tidak bisa mencapai hal tersebut.  

Sumber: Twitter, Kompas dan Kontan

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved