Ramadhan 2024: Apakah Sikat Gigi Saat Puasa di Siang Hari Bikin Batal?

TRIBUNTERNATE.COM - Bagaimana hukum sikat gigi saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan? Apakah itu akan membatalkan puasa?

Saat ini, kita sudah memasuki hari ketiga bulan Ramadan 2024 (1445 H) jika kita mulai berpuasa pada Selasa, 12 Maret 2024.

Ada banyak hal yang kerap ditanyakan saat Ramadhan, salah satunya menyikat gigi atau menggosok gigi, terutama di siang hari, di mana umat Muslim masih menjalankan puasa.

Di satu sisi, sikat gigi merupakan bagian dari rutinitas demi menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Namun, sikat gigi saat puasa dianggap berisiko air yang digunakan untuk berkumur akan tertelan dan membatalkan puasa.

Lalu, bagaimana hukum sikat gigi saat puasa Ramadhan di siang hari?

Ada beberapa penjelasan mengenai hal tersebut.

Mengutip laman gorontalo.kemenag.go.id, sikat gigi atau bersiwak saat puasa hukumnya boleh, akan tetapi jangan sampai menelan sesuatu ke dalam kerongkongannya.

Seperti halnya berkumur yang tidak berlebihan tidak membatalkan puasa, dimikian pula menggosok gigi juga tidak membatalkan puasa.

Dasarnya adalah hadits berikut ini:

عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- يَستَاكُ وَهُوَ صَائِمٌ مَالاَ أُحًصِيْ أَوْأَعُدُّ. (رواه البخاري)

Artinya : Diriwayatkan dari ‘Amir bin Rabi’ah ia berkata : Saya berkali-kali melihat Rasulullah menggosok gigi ketika ia sedang puasa. [HR. Bukhari].

Baca juga: Jadwal Imsakiyah Kota Ternate 3 Ramadhan 1445 H/Kamis, 14 Maret 2024, Beserta Jadwal Shalat

Baca juga: Contoh Teks Ceramah Singkat untuk Kultum Ramadhan 2024, Tema Meraih Keberkahan Ramadhan

Baca juga: Tidur Seharian Saat Puasa Ramadhan, Apakah Mendapat Pahala? Ini Kata Ustaz Wahid Ahmadi

Baca juga: Penjelasan Ustaz Dasad Latif Soal Golongan Orang yang Merugi Meski Menjalani Puasa Ramadhan

Lantas, bagaimana jika sikat gigi saat puasa di siang hari setelah zuhur?

Sikat gigi di siang hari saat puasa, hukumnya makruh menurut pendapat dalam mazhab syafi’i.

Hal ini sebagaimana yang dipaparkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarh al-Muhazzab Juz I halaman 279.