Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pulau Taliabu

Sehati Bersama Orang Tua Hebat, Pemberdayaan Seluruh Masyarakat Cegah Stunting di Taliabu Malut

Perlu strategi di mana seluruh masyarakat dan pegiat desa bersinergi mencegah Stunting di Pulau Taliabu, Maluku Utara melalui 'WARUNG SEHATI'

Penulis: Laode Havidl | Editor: Munawir Taoeda
Tribunternate.com/Laode Havidl
KESEHATAN: Pemkab Pulau Taliabu, Maluku Utara mengambil gambar bersama tiga guru besar usai melaksanakan kegiatan penurunan Stunting, Selasa (16/7/2024) 

TRIBUNTERNATE.COM, TALIABU - Sehati bersama orang tua hebat di Pulau Taliabum Maluku Utara, merupakan salah satu upaya pemberdayaan seluruh masyarakat dalam pencegahan Stunting.

Slogan itu lahir setelah Kepala Dinas Kesehatan Pulau Taliabu, Kuraisia Marsaoly membentuk Warung Sehati.

"Warung Sehati adalah tempat di mana tim tenaga kesehatan melakukan intervensi ibu hamil, dan para balita terdeteksi Stunting, "katanya, Selasa (16/7/2024).

Diketahui, komitmen Bupati Pulau Taliabu, Aliong Mus dan Ketua PKK, Zahra Yolanda Aliong Mus dalam upaya percepatan penurunan dan pencegahan Stunting tidak pernah padam.

Baca juga: Cabor Sepakbola Halmahera Tengah Siap Berlaga di Popda Maluku Utara 2024

Atas usaha tersebut, Kepala BKKBN kukuhkan Aliong Mus dan Zahra Yolanda Aliong Mus sebagai Duta Orang Tua Hebat, pada 11 November 2022.

Sebelumnya, Zahra Yolanda Aliong Mus yang juga Duta SGO NGKA Stunting sangat peduli terhadap masalah kesehatan, gizi dan pengasuhan anak usia dini termasuk upaya pencegahan Stunting.

Di mana, peran SGO NGKA dalam pencegahan Stunting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pergerakan peran kader.

Termasuk kelompok Desa Wisma melalui kunjungan rumah, penyuluhan kepada masyarakat, serta terlibat aktif dalam musyawarah dan perencanaan partisipatif Desa.

Sebelumnya, prevalensi Stunting di Pulau Taliabu 2021 sebesar 35,2 persen, pada 2022 alami penurunan menjadi 23,7 persen, dan pada 2023 mengalami peningkatan menjadi 30,6 persen.

Meskipun mengalami peningkatan, berdasarkan data hasil analisis, diketahui bahwa titik paling lemah yang harus menjadi fokus perhatian dan diprioritaskan adalah pada anak umur 6-11 bulan.

Perlu strategi di mana seluruh masyarakat dan pegiat desa bersinergi mencegah Stunting di Taliabu melalui 'WARUNG SEHATI'.

Pada 11 dan 12 Juli 2024 di Aula Pulau Taliabu dilakukan pertemuan lintas sektor.

Giat itu dihardiri Sekertaris Daerah, Staf Ahli Pulau Taliabu, Kepala Dinas terkait, Kepala Desa dan seluruh pegiat desa.

Mulai dari kader posyandu, Tim Pendamping Keluarga (TPK), dan kader Pembangunan Manusia (KPM).

Dengan menghadirkan pembicara pakar kesehatan, gizi dan pengasuhan anak usia dini.

Yakni Prof. Dr.dr.Abdul Razak Thaha.,MSc.,SpGK; DR.Dra. Endang Ruswiyani.,MPd, dan DR.dr.Lucy Widasari.,MSi.

Berdasarkan hasil pertemuan dan diskusi, TPPS di berbagai tingkatan (kabupaten, kecamatandan desa) bersama seluruh masyarakat sepakat untuk mencegah Stunting pada bayi baru lahir dengan cara sebagai berikut:

1. Koordinasi, komunikasi dan pendampingan sejak catin dengan leading sektor adalah KUA, Puskesmas-Posyandu, memastikan ibu hamil meakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) teratur, minimal 6 kali selama masa kehamilan, setidaknya didampingi oleh suami pada pemeriksaan kehamilan pertama kali.

Memastikan cakupan dan konsumsi Tablet Tambah Darah oleh ibu melalui pendampingan, memastikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis sumber pangan lokal dengan edukasi dan pemanfaatan lahan pekarangan serta melakukan edukasi bagi ibu hamil dan suami sejak awal kehamilan.

Selain itu, seluruh peserta sepakat untuk memastikan praktik pemberian ASI yang benar, ibu menyusui melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian kolostrum dengan edukasi sejak masa kehamilan.

Memastikan pemberian ASI ekslusif sampai umur 6 bulan dengan edukasi dan dukungan suami serta keluarga serta memastikan ibu meneruskan pemberian ASI setelah 6 bulan hingga anak umur 2 tahun.

2. Mencegah peningkatan prevalensi stunting pada bayi dan balita (khususnya umur 6-11 bulan) dengan memastikan MP ASI dan PMT baduta dengan sumber daya lokal kaya protein hewani dikonsumsi disertai edukasi praktik pemberian makanan anak.

Mencegah bayi dan baduta dari infeksi (terutama diare dan ISPA) dengan peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, akses air bersih dan sanitasi lingkungan (termasuk STOP BABS) dengan promosi PHBS terus menerus.

Dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Bayi dan balita sakit segera memperoleh perawatan dengan memastikan kepemilikan akta lahir dan KIS terutama bagi kelompok miskin. Selanjutnya, tatalaksana balita dengan masalah gizi (BB tidak naik, BB kurang, gizi kurang, gizi buruk).

Serta memastikan distribusi dan pemanfaatan program bantuan sosial (PKH/Sembako) dengan baik dan benar.

3. Mengatasi tantangan konvergensi intervensi antar perangkat daerah dengan membuat mekanisme pemanfaatan data bersama dengan cara, memastikan setiap keluarga dan individu target sasaran masuk dalam target sasaran intervensi.

Memastikan setiap sasaran yang terdaftar dalam target sasaran memperoleh pelayanan intervensi, pastikan setiap sasaran memanfaatkan program intervensi yang dibutuhkan sesuai kriteria program dengan cara.

Yaitu melakukan pemutakhiran data secara berjenjang dan berbagi pakai data di tingkat desa sebagai peta kerja dalam identifikasi dan intervensi bagi keluarga berisiko Stunting.

Yang dimonitoring melalui rakordes/musrembangdes dan atau melalui Rumah Desa Sehat (RDS) Penguatan hulu dan hilir, dengan mengoptimalisasikan seluruh pegiat desa.

Dengan percontohan implementasi warung sehati Komitmen dan dukungan berkelanjutan dari pimpinan daerah, Dinas terkait (Bappeda, Dinas Kesehatan, DP3AKB, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian,Dinas PUPR, Dinas PMD, Disdukcapil, Dinsos, Dinas Kelautan dan perikanan, Disdikbud, Kanwil Kemenag), Keseriusan pelaksana program dan perbaikan manajemen

Sementara itu, perencanaan berbasis bukti melalui penyediaan data dasar keluarga sasaran berisiko yang lengkap dan akurat, by name by address serta adanya Integrasi program/kegiatan PPS kedalam dokumen perencanaan Daerah (Dokrenda) dalam Peningkatan APBD dan Dana Desa untuk percepatan penurunan stunting.

4. Memastikan sumber daya untuk intervensi sensitive dan spesifik TERSEDIA sesuai rencana (Bappeda dan OPD), DITERIMA (Kades dan Camat) dan DIMANFAATKAN (Kades, TPK) secara efektif dengan pendekatan berbasis hasil dengan pemanfaatan sumber daya oleh keluarga sasaran dan berdampak melakukan edukasi Kesehatan, gizi dan pengasuhan anak usia dini untuk perubahan perilaku hidup sehat mengembangkan mekanisme monitoring dan evaluasi yang efektif serta menindaklanjuti hasil evaluasi.

Diakhir acara, dilakukan penandatanganan komitmen bersama berdasarkan hasil diskusi yaitu kesepakatan dan komitmen sebagai berikut:

1. Mencegah zero stunting bayi baru lahir.

Baca juga: Video Gilanya Marc Cucurella Bareng Timnas Spanyol, Bek Chelsea Nyanyi: Erling Haaland Ketar-ketir

2. Mencegah peningkatan prevalensi stunting pada bayi dan balita (khususnya umur 6-11 bulan).

3. Mengatasi tantangan Konvergensi Intervensi Antar Perangkat Daerah melalui pemberdayaan Masyarakat di tingkat Desa yang tergabung dalam komunitas sehati, terwujudnya kesepakatan bersama dengan stakeholder terkait kerangka kerja pelaksanaan warung sehati.

Penandatanganan tersebut disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Taliabu, Kuraisia Marsaoly, S.Ag., M.E. serta pembicara Prof. Dr.dr.Abdul Razak Thaha.,MSc.,SpGK DR.Dra. Endang Ruswiyani.,MPd dan DR.dr.Lucy Widasari.,MSi. (*)

Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved