Derap Nusantara
Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Stimulasi yang Tepat
Pipit: "Namun, dengan stimulasi tepat yang diberikan di Rumah Anak SIGAP, anaknya mengalami perubahan positif"
TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - "Selamat pagi ibu hebat, selamat pagi ayah hebat! Selamat pagi semuanya, apa kabar? Baik! Alhamdulillah, luar biasa, rumah Anak SIGAP-ku, Rumah Anak SIGAP-mu, Rumah Anak SIGAP kita semua, yes yes yes!”
Begitulah lantunan semangat yang menyambut saat menginjakkan kaki di Rumah Anak SIGAP Jakarta Timur, yang terletak di Taman Kanak-kanak (TK) Negeri Jatinegara 01, Jakarta Timur.
Sebuah rumah yang tidak hanya memberikan tempat untuk tumbuh, tetapi juga menjadi harapan bagi masa depan anak-anak yang sedang berada dalam perjalanan paling berharga dalam kehidupan anak, yakni 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Di dalam bangunan yang terdiri atas dua ruangan tersebut, telah berkumpul para ibu dan ayah yang mengikuti kelas tematik pada pagi hari itu.
Saat para orang tua mengikuti kelas pengasuhan yang membahas terkait pentingnya mengembangkan kemandirian anak berusia di bawah 3 tahun, anak-anak pun sibuk bermain ditemani para fasilitator.
Pipit (35), salah satu orang tua, menceritakan dengan penuh haru bagaimana putranya, Raffa (3), yang sempat mengalami kesulitan berbicara akibat sering bermain gawai. Namun, dengan stimulasi tepat yang diberikan di Rumah Anak SIGAP, anaknya mengalami perubahan positif.
"Raffa sekarang jadi sering cerita, kalau pergi di jalan gitu, dia selalu ngoceh, ‘Mama, ada kereta, Mama itu ada mobil ambulans,’ Dia hafal banget kalau di jalan. Kalau misalnya kemandirian, sebelum bermain, dia izin, ‘Ma, boleh bermain? Boleh tapi (mainannya) dibereskan, ya? Ya,’ Yaudah dibereskan. Terus pas taruh baju kotor, ditaruh di keranjang dan dia bisa, "cerita Pipit saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Raffa yang dulunya jarang berbicara, kini sudah bisa meminta tolong, berinteraksi dengan teman-temannya, bahkan mengungkapkan rasa terima kasih dengan kata-kata yang penuh arti.
Bagi Pipit, perubahan positif itu bukan hanya tentang perkembangan berbicara, tetapi juga tentang bagaimana hatinya dipenuhi rasa syukur karena anaknya dapat berkembang dengan baik sesuai usianya.
Dirinya juga merasa bersyukur bisa mengakses layanan tersebut karena dia mendapatkan pengetahuan baru bagaimana menjadi orang tua. Pengetahuan tersebut tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Tak hanya Raffa, Shalom (2) putra pertama dari Arsono Zai (36) yang sebelumnya cenderung bermain sendiri menjadi anak yang lebih aktif berinteraksi dengan teman-temannya, lebih mudah mengenali warna dan benda-benda di sekitarnya.
Arsono yang aktif menemani putranya di Rumah SIGAP ini selalu menyisihkan waktu untuk belajar bersama, bahkan ia mengaku tidak jarang izin dari tempat kerja demi menemani Shalom.
Seakan terbayar sudah pengorbanan Arsono, berkat rajin menstimulus Shalom, putranya tersebut mulai menunjukkan kemandirian kecilnya, seperti meminta izin untuk bermain dan merapikan mainan.
"Kalau ada gambar hewan yang paling menonjol di sini, Shalom langsung tahu, seperti apa suaranya. Begitu juga dengan warnanya," katanya.
Perubahan yang begitu signifikan ini adalah bukti nyata bahwa stimulasi yang diberikan tidak hanya mengubah cara anak-anak berinteraksi, tetapi juga menentukan sejauh mana anak-anak dapat meraih potensi terbaik. Periode 1.000 HPK merupakan waktu yang sangat berharga karena pada masa ini otak anak berkembang pesat.