Dengan sepatu butut berlogo Nike yang dibelikan ibunya saat dia kelas empat SD, Melan siap bertarung.
"Mamaku beli seratus ribu itu sepatuku. Mama beli waktu saya masih kelas empat," kata Melan, Kamis (30/1/2020).
Dengan diantar ibunya, Melan dan kakak kandungnya siap bertempur di ajang lari marathon itu.
Dengan mengendarai sepeda motor, ketiganya bergegas menuju depan jalan rumah Bupati Poso, sebagai start awal ajang lari marathon 21 km itu digelar.
Dinginnya pagi buta itu tak menyurutkan semangat sang ibu untuk mengantar anaknya mengikuti lari marathon.
Apalagi Melan yakin bisa menjadi pemenang dan meraih juara serta pulang dengan membawa pulang uang hasil jerih payahnya.
Seperti ketika ia mengikuti lari marathon 5 km di Kota Palu.
Saat itu ia mendapat juara 1 dan membawa pulang uang sebesar Rp. 5 juta.
Kemudian, saat mengikuti lomba lari 10 km di Makassar ia juga juara 1 dan membawa pulang uang sebesar Rp 10 juta.
Menurut sang ibu, bakat yang dimiliki Melan berasal dari sang kakek, Jeremia Podagi.
"Kakeknya Melan juga pelari jarak jauh dan beberapa kali ikut marathon. Pernah ke Surabaya juga ikut marathon dulu. Bakat dari kakeknya ini turun sama beberapa cucunya," kata Jumilda.
Dalam lomba itu, Melan akhirnya masuk finish dan ia yakin masuk finish pertama.
"Iya, saya finish yang pertama," kata Melan.
Namun Melan harus menelan kekecewaan.
Usai dikalungkan medali, hadiah uang yang dia dengar tak juga diberikan.