"Pengujian (ventilator) itu luar biasa," kata Dave Gallagher, associate director JPL yang bekerja dengan tim.
Para insinyur NASA telah melakukan improvisasi pada alat bantu pernapasan medis ini untuk dapat membantu mengatasi pasokan ventilator dalam upaya penanganan pandemi corona saat ini.
Mereka berharap ada produsen yang dapat memproduksi perangkat ini tanpa mengurangi produksi ventilator konvensional yang ada.
Gallagher memperkirakan biaya produksi ventilator ini sekitar 2.000-3.000 dolar Amerika Serikat.
Jika dibandingkan dengan produksi ventilator pada umumnya, biaya terendahnya bisa mencapai 16.000 dolar Amerika Serikat.
Cegah kekurangan ventilator
Banyak wilayah di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat telah melewati puncak gelombang pertama pandemi virus corona, SARS-CoV-2.
Kendati demikian, para ahli memperkirakan Covid-19 tetap akan menjadi masalah sampai vaksin virus corona baru ini dapat disetuji.
Ketika banyak wilayah dan otoritas setempat melonggarkan pembatasan, maka berbagai aktivitas bisnis akan kembali bergerak, orang-orang juga akan mulai bergaul lagi.
Hal ini, kata ahli, akan dapat kembali memicu penyebaran virus corona tersebut.
Gelombang infeksi baru, mungkin saja bisa terjadi dan tidak terkendali, jika pengawasan tidak lagi dilakukan secara ketat, baik dengan pembatasan maupun dengan lockdown.
Di setiap tempat, di mana gelombang infeksi berikutnya membanjiri rumah sakit, maka potensi kekurangan ventilator dapat terjadi.
Kondisi itu hampir terjadi di New York pada akhir Maret dan awal April lalu.
Sedangkan di Italia, kurangnya ketersediaan ventilator telah menjadi mimpi buruk, sehingga membuat dokter harus memutuskan pasien mana yang diprioritaskan.
Jika perangkat baru yang dibuat NASA dapat diproduksi dan didistribusikan secara luas di seluruh dunia, gelombang kedua pandemi virus corona ini dapat dicegah. (Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "NASA Rancang Ventilator untuk Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Corona"