TRIBUNTERNATE.COM - Menjadi orangtua memang mempunyai banyak tugas dan tanggung jawab yang diemban.
Namun saking ingin melindungi keluarganya, banyak orangtua yang terlalu protektif atau overprotective sebenarnya memiliki tujuan baik.
Hanya saja caranya kerap kali kontraproduktif terhadap perkembangan anak.
Mereka akan berusaha melindungi anak dari rasa sakit fisik, mental, atau emosional. Mereka ingin memastikan bahwa anak-anak mereka sukses, sehingga mereka dapat meminimalkan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi ke depannya.
Masalahnya adalah mereka sering kali terlalu mendominasi pengambilan keputusan atas nama anak mereka. Mereka juga percaya bahwa merekalah yang paling tahu yang terbaik buat anak.
• Sering Dianggap Tabu, Ternyata Kentut Miliki Banyak Manfaat Kesehatan Lho!
• Kronologi Orangtua Aniaya Anak hingga Tewas Lalu Dikubur dengan Pakaian Lengkap di Banten
Kecenderungan untuk melindungi, menyangga, dan memanipulasi ini dapat terwujud dalam banyak cara.
Berikut ini beberapa contoh pola asuh yang terlalu protektif:
1. Mengontrol pilihan
Orangtua terlalu mendominasi keputusan anak. Misalnya dalam memilih baju atau memilih mainan yang mereka suka.
Anak-anak tidak diberikan kebebasan untuk memilih, sementara orangtua yakin bahwa pilihannya lah yang paling baik.
Ini secara tidak langsung mendorong rasa ketidakpercayaan dan berasumsi bahwa Anda lebih tahu.
Penting untuk memberi anak ruang untuk mempertimbangkan pilihan mereka sendiri.
Tentu saja orangtua dapat menasihati mereka, tetapi pada akhirnya orangtua sebaiknya melakukan perannya untuk mendorong anak-anak untuk menjadi pemikir mandiri dengan pendapat keperpercayaan diri mereka sendiri.
2. Berlindung dari kegagalan
Adakalanya orangtua terlalu membela kegagalan yang dilakukan anak dengan maksud untuk 'menyelamatkannya'.