Lawan Covid19

Ini Cara Mengetahui Apakah Kita termasuk Kontak Erat dengan Pasien Covid-19, Berikut Kriterianya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Seorang anak yang menjalani tes asam nukleat untuk mengecek ada atau tidaknya virus corona dalam tubuh. - Ini cara mengetahui apakah kita termasuk dalam kategori kontak erat dengan pasien Covid-19.

TRIBUNTERNATE.COM - Satgas Penanganan Covid-19 memberikan penjabaran terperinci mengenai kriteria kontak erat seseorang dengan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Penjelasan ini penting untuk diketahui oleh masyarakat agar mereka tahu langkah apa yang harus dilakukan, jika mereka termasuk dalam kategori kontak erat dengan pasien Covid-19. 

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang kriteria kontak erat, ada pula yang disebut sebagai kasus probabel.

Kasus probabel yakni seseorang yang diyakini sebagai suspek dengan ISPA Berat atau gagal nafas akibat aveoli paru-paru penuh cairan (ARDS) atau meninggal dengan gambaran klinis yang diyakini sebagai Covid-19, namun belum ada hasil pemeriksaan tes PCR.

Nah, bagi Anda yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau dengan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19, maka Anda termasuk dalam kategori kontak erat dari pasien Covid-19.

Lebih lanjut, kriteria kontak erat ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, Isolasi dalam Pencegahan Covid-19.

Baca juga: Tren Kasus Covid-19 Nasional Turun, 5 Provinsi Lebih dari Sekali Sumbang Kenaikan Kasus Tertinggi

Baca juga: Tarif Tes PCR Covid-19 Resmi Diturunkan, Rp495.000 untuk Jawa-Bali & Rp525.000 untuk Luar Jawa-Bali

Berdasarkan Keputusan Menkes di atas, berikut beberapa kriteria di mana seseorang bisa disebut telah melakukan kontak erat dengan pasien Covid-19:

1. Sempat berkontak tatap muka/berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih.

2. Mengalami sentuhan fisik langsung dengan pasien kasus konfirmasi, seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan sebagainya.

3. Orang yang memberikan perawatan langsung pada pasien Covid-19 tanpa mengenakan APD sesuai standar.

4. Mengalami situasi lain yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian yang ditetapkan tim penyelidikan epidemiologi setempat.

Jika Anda pernah mengalami salah satu situasi di atas, maka Anda dikategorikan sebagai seseorang yang melakukan kontak erat dengan pasien Covid-19.

Kriteria kontak erat. (Satgas Penanganan Covid-19)

Lalu, apa yang harus dilakukan jika Anda termasuk dalam kategori kontak erat?

1. Lakukan karantina mandiri selama 14 hari, pantau gejala secara berkala, dan lakukan koordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat.

2. Lakukan tes awal rapid antigen/PCR, jika hasilnya negatif:

- Teruskan karantina hingga 5 hari, setelah itu lakukan tes lagi untuk pengecekan ulang.

- Jika hasil pengecekan kembali negatif, maka masa karantina telah selesai.

- Jika hasil pengecekan menjadi positif, maka wajib isolasi mandiri dan berkoordinasi dengan satgas setempat.

- Jika karantina selama 5 hari tidak bergejala, maka tidak perlu tes. Tetapi, wajib menjalani karantina selama 14 hari, dengan catatan tidak menunjukkan gejala apa pun.

Sementara, jika hasilnya positif, maka Anda perlu melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat isolasi terpusat, serta berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat.

Pahami kriteria kontak erat dan langkah-langkah perawatan di atas, agar jika kita terkonfirmasi positif Covid-19, kita mampu menangani diri kita dan orang-orang di sekitar kita secara cepat dan tepat.

Lakukan Hal Ini untuk Merawat Kesehatan Mental saat Isolasi Mandiri akibat Covid-19

Pandemi Covid-19 nyatanya tak hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.

Tak jarang, pasien Covid-19 yang harus menjalani isolasi mandiri, entah itu di rumah ataupun shelter khusus, mengalami stres.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Psikolog Elok Farida Husnawati dalam acara Konsultasi Psikologi bertajuk "Mengatasi Kecemasan Pasien Covid saat Isolasi Mandiri" yang digelar secara virtual pada Jumat (6/8/2021).

Elok Farida, pasien Covid-19 yang menjalani isoman kerap mengalami berbagai kecemasan, diantaranya merasa tidak dapat sembuh.

“Wah ini bisa tambah parah dan nggak bakal bisa disembuhkan, saya takut Covid-19 bakal berdampak pada aktivitas saya ke depannya," ujar Elok Farida, Jumat (6/8/2021).

Tak berhenti di situ, kecemasan lain yang dialami pasien Covid-19 yakni merasa takut dirinya akan menularkan virus ke orang lain.

Menurut Elok, biasanya kecemasan ini terjadi pada pasien yang bekerja di kantor karena banyak aktivitas dengan teman-teman di satu ruangan kerja.

“Ini sebenarnya ketakutan berlebih, jadi baiknya fokus pada penyembuhan bagi teman-teman yang positif Covid-19, baru nanti bisa memikirkan orang lain, nggak perlu takut secara berlebih,” ujarnya.

Elok menyebutkan, bahwa kecemasan-kecemasan berlebih tersebut dapat menimbulkan stres dan secara tidak sadar akan menurunkan imunitas tubuh.

Baca juga: Ada 1 Kasus Infeksi Covid-19 Transmisi Lokal, PM Selandia Baru Perintahkan Lockdown Nasional

Baca juga: Sempat Mengaku Ragu, Jerinx Akhirnya Jalani Vaksinasi Covid-19, Ajak Warga agar Tidak Takut Divaksin

Lantas, bagaimana cara menurunkan stres saat di rumah saja?

Relaksasi Pernapasan

Elok mengatakan, relaksasi pernapasan ini adalah cara yang paling mudah dilakukan.

Caranya tarik nafas dalam dari hidung kemudian tahan selama 4 detik dan dikeluarkan secara perlahan.

“Lakukan ini secara berulang sambil memikirkan hal positif, memikirkan hal yang senang atau mensugesti diri bahwa yakin diri saya sembuh,” sebutnya.

Fokus dan Nikmati Kegiatan yang Bisa Dilakukan

Elok mencontohkan, ketika Anda bisa makan dengan nikmat berarti Anda fokus dengan apa yang Anda kerjakan saat itu juga.

“Jangan ketika makan kita mikirin kerjaan gimana ya, nanti biaya dokter berapa, nah itu yang perlu dikurangi. Ketika makan ya nikmati aja dan bersyukur,” ujar Elok.

Meningkatkan Kualitas Hidup

Harus peduli dengan diri sendiri dan menimbulkan perspektif positif dengan cara menjalani gaya hidup sehat.

Menjalin Hubungan Sosial yang Positif

Pasien Covid-19 bisa berbagai informasi positif dengan orang lain atau berkomunikasi dengan orang lain melalui daring.

Hal ini bisa meningkatkan semangat dan rasa bahagia untuk bisa lebih tertarik dengan dunia luar, sehingga dapat mengurangi stres.

Lebih Aware Terhadap Kesehatan Psikologis

Menurut Elok, banyak masyarakat yang masih sering memberi komentar negatif atau nyinyir kepada pasien Covid-19 yang sedang isoman.

Sebisa mungkin Anda yang sedang menjalani isoman untuk tidak mendengarkan komentar-komentar seperti itu.

“Kalau misalkan ada yang nanya lewat WA, kok bisa sih positif? Udah matiin aja hapenya. Sayangi diri sendiri dan fokus terhadap penyembuhan diri sendiri,” ucapnya.

Jangan Lupa Bahagia

Lakukan kegiatan apa pun yang bisa membuat diri sendiri bahagia.

Misalnya dengan menulis, menonton, menyanyi dan lain-lain.

(TribunTernate.com/Ron)

Berita Terkini