TRIBUNTERNATE.COM - Pada Sidang Majelis Umum PBB, para pemimpin dari negara-negara berkembang meminta negara-negara maju untuk tidak menimbun vaksin Covid-19.
Mereka memperingatkan Majelis Umum PBB bahwa penimbunan vaksin Covid-19 oleh negara-negara maju tersebut dapat membiarkan pintu terbuka bagi munculnya varian virus corona baru.
Salah satu negara berkembang, Filipina, memperingatkan soal "kekeringan" vaksin di negara-negara miskin.
Kemudian, Peru mengatakan solidaritas internasional telah gagal, dan Ghana menyesali nasionalisme vaksin.
"Negara-negara maju menimbun vaksin (yang dapat menyelamatkan nyawa mereka), sementara negara-negara miskin hanya menunggu tetesan," kata Presiden Filipina Rodrigo Duterte seperti dikutip dari The Strait Times, Rabu (23/9/2021).
Baca juga: Jemaah Umrah Boleh Pakai Sinovac, Menlu Retno Minta Arab Saudi Perlunak Kebijakan Vaksin untuk WNI
Selain itu, Duterte juga menyinggung negara-negara maju yang kini sudah memiliki wacana untuk vaksin booster.
"Mereka sekarang berbicara tentang suntikan booster, sementara negara-negara berkembang menerima satu dosis hanya untuk bertahan."
"Ini mengejutkan, di luar keyakinan dan harus dikutuk apa adanya. Tindakan egois yang tidak dapat dibenarkan secara rasional maupun moral," lanjut Duterte.
Sekitar 35 persen orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin virus corona berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi, dan setidaknya 28 persen berasal dari Eropa dan Amerika Utara.
Sementara itu, tingkat vaksinasi di beberapa negara, termasuk Haiti dan Republik Demokratik Kongo, kurang dari 1 persen.
Presiden Ghana Nana Akufo-Addo mengatakan, Benua Afrika menanggung beban terburuk dari ketidakmerataan vaksin.
Baca juga: Kuba Jadi Negara Pertama yang Beri Suntikan Vaksin Covid-19 pada Anak Mulai Usia 2 Tahun
Sekitar 900 juta orang Afrika masih membutuhkan vaksin untuk mencapai ambang 70 persen yang dicapai di bagian lain dunia.
Presiden Kolombia Ivan Duque, mengatakan vaksin Covid-19 harus didistribusikan secara merata untuk menghindari terciptanya varian virus corona baru yang lebih berbahaya.
"Jika penundaan pemerataan vaksin terus berlanjut di semua negara, kita umat manusia terpapar varian baru yang menyerang kita dengan keganasan yang lebih besar."
"Kekebalan global membutuhkan solidaritas, jadi penimbunan tidak bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain," kata Duque.
Duque menambahkan, bahkan beberapa negara maju telah memperoleh dosis yang cukup untuk enam atau tujuh kali populasi mereka dan telah mengumumkan dosis booster ketiga, sementara yang lain belum dapat memberikan suntikan vaksin apa pun.
Presiden AS Joe Biden pada sidang tersebut berjanji untuk membeli 500 juta dosis vaksin Covid-19 untuk disumbangkan ke negara lain.
Dengan tambahan bantuan tersebut, akan membuat total sumbangan vaksin AS menjadi lebih dari 1,1 miliar dosis.
Sementara itu, pemimpin China Xi Jinping, dalam pidatonya di PBB, mengatakan bahwa China akan menyediakan 2 miliar dosis vaksin Covid-19 untuk dunia pada akhir tahun.
(TribunTernate.com/Qonitah)