TRIBUNTERNATE.COM - Youtuber Jerome Polin dan aktris Maudy Ayunda sepakat bahwa menyontek adalah hal yang hanya akan memberikan kerugian pada diri sendiri.
Hal tersebut disampaikan Maudy dan Jerome saat keduanya berbincang tentang kehidupan pribadi dan pendidikan dalam sebuah video di kanal YouTube Nihongo Mantappu yang tayang pada Senin (6/12/2021).
Seperti diketahui, Jerome Polin dan Maudy Ayunda sama-sama memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang baik.
Jerome Polin saat ini sedang menempuh pendidikan di program studi matematika terapan di Universitas Waseda Shinjuku, Tokyo, Jepang.
Sementara, Maudy Ayunda adalah seorang lulusan perguruan tinggi ternama di dunia, yakni Universitas Oxford di Inggris dan Universitas Stanford di Amerika Serikat (AS).
Keduanya sama-sama dikenal oleh masyarakat luas sebagai figur publik yang peduli dengan dunia pendidikan Tanah Air.
Dalam sebuah sesi tanya jawab di kanal YouTube Jerome, Maudy Ayunda pun mengajukan pertanyaan pada sang pemilik channel Nihongo Mantappu.
Pertanyaan tersebut adalah tentang apakah Jerome Polin pernah menyontek atau tidak selama ia menempuh pendidikan.
Lelaki asal Surabaya itu pun mengaku tidak pernah menyontek selama ia duduk di bangku sekolah, sama halnya dengan Maudy Ayunda.
Alih-alih menyontek, Jerome mengaku bahwa justru dirinyalah yang memberi sontekan pada teman-temannya.
Tak disangka, Maudy Ayunda yang saat itu menjadi lawan bicara Jerome pun mengaku bahwa dirinya juga pernah memberi sontekan pada teman sekolahnya.
"Pernahnya nyontekin sih, kaya ya sudahlah kasih jawaban," tutur Jerome Polin.
"Iya! aku juga pernah," sahut Maudy Ayunda.
Hal tersebut dilakukan Jerome lantaran masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan buruk di mana orang yang tidak memberikan sontekan justru dianggap pelit.
Lebih-lebih, jika seseorang tak ingin memberikan sontekan pada temannya, maka ia akan menjadi orang yang mendapat perundungan atau bullying dari teman-temannya.
Oleh sebab itu, Jerome dan Maudy mengaku bahwa lebih baik mereka memberi sontekan pada temannya daripada tidak.
Namun demikian, Jerome dan Maudy sepakat bahwa itu bukanlah hal yang baik dan harus sebisa mungkin dihapuskan dari dunia pendidikan Indonesia.
"Kalau di Indonesia banyak yang nge-bully orang yang nggak ngasih jawaban, dibilang pelit dan sebagainya."
"Padahal, in the first place, kamu minta jawaban itu aja sudah salah sebenarnya, tapi kenapa kamu nyalahin orang yang nggak mau kasih jawaban?," ucap Jerome.
Baca juga: Dapat Banyak Pelajaran Hidup Selama Kuliah di Stanford, Maudy Ayunda: Aku Jadi Jauh Lebih Sederhana
Jerome pun membandingkan kebiasaan tersebut dengan negara tempat dirinya merantau, yakni di Jepang.
Menurut Jerome, orang-orang Jepang tidak pernah sekalipun menyontek, bahkan memiliki niat untuk menyontek pun tidak.
Youtuber dengan 8 juta subscriber itu pun mengaku heran dengan budaya pendidikan yang ada di Indonesia.
"Sedangkan di Jepang, aku kagetnya, nggak ada tuh yang berani minta jawaban, manggil orang gitu."
"Wih kok bisa ya nggak ada niatan untuk manggil orang, noleh-noleh juga nggak, benar-benar [fokus pada diri sendiri]."
"Kenapa di Indonesia bisa sampai orang itu manggil [minta contekan]?" terang Jerome.
Maudy Ayunda pun lalu memberikan pandangannya tentang fenomena menyontek yang sudah menjadi lumrah di Indonesia.
Menurut Maudy, ada konsep yang salah dimengerti oleh anak-anak Indonesia di mana mereka menganggap bahwa nilai itu adalah segalanya.
Padahal, lanjut Maudy, hal yang lebih penting daripada nilai adalah ilmu itu sendiri.
Ia mengatakan, anak-anak Indonesia perlu memiliki kesadaran bahwa belajar adalah proses penting untuk meningkatkan kualitas diri sendiri, demi kebaikan diri sendiri di masa depan.
"Menurut aku.. yang penting juga adalah pada saat kita melihat bahwa proses belajar itu kepemilikannya di kita, bahwa this is us and me against me."
"Karena ini tuh, its me against me [ini adalah aku melawan diriku sendiri], I have to improve for my own sake [saya harus belajar demi kebaikan diri sendiri]," terang Maudy.
Jerome pun setuju dengan pendapat Maudy tersebut.
Lebih lanjut, Jerome mengatakan bahwa ujian dibuat untuk mengetahui kemampuan diri sendiri, sudah sampai di titik mana.
Dan jika kita tidak menjalani ujian dengan jujur dan hanya mementingkan hasil akhir, yaitu nilai, maka, menurut Jerome, kita telah kehilangan peluang untuk mengetahui kemampuan diri sendiri agar bisa mengevaluasi diri sendiri.
"Sebenarnya ujian itu adalah salah satu cara buat kita itu ngetes apakah kita benar-benar ngerti kan? Kalau kita jadi nyontek, we miss the opportunity untuk ngetes [diri sendiri] gitu," ucap Jerome.
"Untuk benar-benar mendapatkan evaluasi yang akurat gitu, tentang kita sendiri," sambung Maudy.
Jerome dan Maudy pun menyayangkan anak-anak yang memiliki nilai tinggi, namun tidak benar-benar memahami ilmu yang dipelajarinya.
Baca juga: Ini 5 Hal yang Dipelajari Maudy Ayunda saat Kuliah di Stanford University: Tak Mau Dikritik? Rugi!
Sebab, hal itu hanya akan merugikan diri sendiri, di mana seseorang tidak mampu menerapkan ilmu yang didapat saat ia bekerja.
"Nilainya bagus, tapi dia nggak bisa, so for what? Nilainya buat apa? Karena ilmunya yang dipakai."
"Kalau misalnya sekarang lagi sekolah, mungkin kita nggak akan ngerasa pentingnya ilmu, tapi ketika kita sudah kuliah atau kerja itu baru benar-benar berasa kalau ilmunya itu yang penting," kata Jerome.
Namun demikian, Jerome dan Maudy tak sepenuhnya menyalahkan budaya buruk yang ada di dunia pendidikan Indonesia itu.
Mereka juga menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia lah yang membuat masyarakat lebih fokus pada nilai ketimbang ilmu itu sendiri.
"Tapi balik lagi ke sistemnya sih, banyak sistem yang kaya masih mengutamakan nilai di atas segalanya."
"Kaya misalnya nilai kita SMA bisa dipakai untuk daftar PTN, jadi akhirnya orang-orang juga try hard untuk dapetin yang bagus karena ada itu," tandas lelaki berusia 23 tahun itu.
(TribunTernate.com/Ron)