TRIBUNTERNATE.COM - Bintang Manchester City, Kevin De Bruyne, memilih tetap rendah hati jika sampai nanti bisa mengalahkan Inter Milan di final Liga Champions.
Manchester City bisa jadi dianggap sebagai tim penguasa Eropa setelah memenangkan Liga Premier lima kali dalam enam tahun.
Ditambah kini berpotensi meraih treble dengan trofi FA Cup sudah di kantong dan tinggal trofi Liga Champions.
Baca juga: Man City Menang Final Liga Champions Tak Bikin Bebas Hujat, Kevin De Bruyne: Kok Ga 4 Trofi Sekalian
Baca juga: Kalau Harry Kane dan Declan Rice Gabung, Man United Tetap Tak Mampu Salip Man City: Lihat Arsenal
Bagi Kevin De Bruyne, jika sampai memenangkan final UCL, maka hal itu tidak terlalu membawa dampak baginya.
Pasalnya, bintang Belgia ini beranggapan bahwa situasi klubnya saat ini memang sudah bagus.
"Ya itu membantu (jadi lebih unggul), tapi saya dalam situasi yang sangat baik dan saya tidak perlu membahas soal ini."
"Saya bahagia dengan cara saya. Jelas saya tahu itu akan membantu soal apa yang akan orang katakan tentang saya dan tim."
"Tapi itu (menang atau kalah) tidak akan membuat saya berada di tempat yang baik atau buruk. Saya mempertahankan seperti ini saya. Jika kalian bahagia dengan diri kalian sendiri, maka hal-hal dalam hidup kalian juga akan baik-baik saja," paparnya, dikutip dari mirror.co.uk.
Baca juga: Riyad Mahrez Pernah Tolak Tawaran Al Ahli, Kini Klub Arab Tawari Gaji Rp 444 M untuk Bintang City
Kevin De Bruyne Tak Sepaham dengan Pep Guardiola
Kevin De Bruyne tidak mau sepaham dengan sang pelatih, Pep Guardiola.
Hal ini terkait dengan pembuktian mereka di final Liga Champions nanti melawan Inter Milan.
Pep Guardiola menyebut akan semakin terbukti kehebatan Manchester City jika sudah memenangkan Liga Champions.
Sedangkan Kevin De Bruyne tidak mau kehebatannya cuma dianggap gara-gara satu laga saja.
Bagi Kevin De Bruyne, karier dirinya dan rekan-rekannya selama bertahun-tahun patut dihargai, meski nantinya menang atau kalah di final UCL.
"Lagian banyak di antara kami yang memang sudah hebat. Apakah ini berpengaruh (menang UCL), ya memang."
"Tapi satu laga 90 menit tidak segitunya menentukan karier. Saya sudah berlaga dalam sekitar 700 pertandingan. Satu laga 90 menit dari 700 laga tidak menentukan karier saya. Tapi jelas itu memang membantu," tegasnya, dikutip TribunTernate.com dari manchestereveningnews.co.uk.
Pep Guardiola Jelang Final UCL
Manchester City kini di ambang treble setelah menjuarai Liga Premier dan FA Cup, tinggal Liga Champions.
Manchester City akan berhadapan dengan Inter Milan di final UCL di Ataturk Olympic Stadium pada Minggu (11/6/2023) WIB.
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, mengaku dirinya tidak terlalu terobsesi dengan trofi Liga Champions.
Meski demikian, Pep Guardiola memastikan skuadnya tetap gigih untuk memenangkan final UCL.
"Ini lebih dari sekadar fakta bahwa kalau treble harus memenangkan Liga Champions. Kami sudah menengkan FA Cup dan Liga Premier," ucapnya dikutip TribunTernate.com dari manchestereveningnews.co.uk.
Pep Guardiola menyadari Liga Champions adalah trofi paling bergengsi dan terpandang di antara trofi lainnya.
"Semua orang tahu kami sudah melalui musim-musim yang luar biasa, lima gelar Liga Premier, dua FA Cup, Carabao Cup, tapi kami harus tetap memenangkan Liga Champions untuk bisa diakui seperti tim-tim lain yang pantas diakui."
"Tapi kami harus mengakui juga bahwa tanpa Liga Champions, kami sudah luar biasa, kami melalui masa-masa menyenangkan, tapi memang kami seperti melewatkan (sesuatu), jadi kami harus memenangkannya," paparnya.
Kevin De Bruyne soal Bentak Pep Guardiola
Sempat terjadi peristiwa yang cukup mengejutkan di mana bintang Manchester City, Kevin De Bruyne, membentak pelatihnya sendiri, Pep Guardiola, untuk diam.
Peristiwa itu terjadi saat semifinal Liga Champions melawan Real Madrid, tepatnya pada babak kedua.
Kini, menjelang final Liga Champions melawan Inter Milan, Kevin De Bruyne menyinggung soal peristiwa itu.
Dikutip TribunTernate.com dari cityxtra.co.uk, Kevin De Bruyne mengaku hal itu tidak berarti apa-apa dan keduanya tidak ada konflik.
"Ya, itu tidak apa-apa. Saya tidak melihat ada masalah di sana. Kami juga tak pernah membahasnya sebelum atau sesudah," ungkapnya.
Bagi bintang Belgia tersebut, hal itu adalah hal biasa dalam olahraga, apalagi skuadnya sedang dalam tekanan menghadapi laga-laga besar.
"Hal-hal ini biasa terjadi. Kalau kalian main laga kompetitif di level tertinggi, pasti akan melakukan segalanya untuk menang, dan itu terjadi pada para pemain dan para pelatih," tegasnya.
Kata Pep Guardiola
Pep Guardiola hanya bisa diam dan menunduk kala dibentak-bentak oleh anak asuhnya sendiri, Kevin De Bruyne.
Momen itu terjadi saat Manchester City melawan Real Madrid di leg 2 semifinal Liga Champions.
Setelah laga yang dimenangkan tuan rumah 4-0 itu, Pep Guardiola menjelaskan kronologi insiden tersebut.
Dikutip TribunTernate.com dari goal.com, Pep Guardiola menyebut saat itu situasi memang tengah panas setelah dua gol dari Bernardo Silva.
Sedangkan Kevin De Bruyne melakukan transisi yang membuatnya diteriaki Pep Guardiola.
Tak terima diteriaki, Kevin De Bruyne langsung meledak menyuruh sang pelatih untuk diam.
"Saat skor 2-0, kami jadi sangat terburu-buru. Setelah jeda, Gundogan kehilangan bola, Kevin membuat tiga transisi yang tidak perlu, membuat kami terburu-buru sekali karena kami harusnya melakukan yang sebaliknya, yaitu menekan lawan dan menguasainya, menekan dan menguasai."
"Tapi itu normal. Semakin ditekan, jadi terburu-buru, dan bisa kehilangan lebih, meski secara umum kami sudah main luar biasa," paparnya.
(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)